(3)Pagi yang buruk.

5 2 0
                                    

-Happy Reading-

Pagi-pagi sekali Maudya telah tiba di sekolahannya yang masih tampak amat sangat sepi,bahkan satupun murid belum gadis itu lihat sejak melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Sebenarnya hal ini bukanlah kali pertama kali baginya untuk berangkat pagi,mungkin bisa dibilang sudah cukup sering Maudya berangkat pagi-pagi buta.Bukan tanpa alasan dirinya berangkat sepagi ini,namun ia memiliki berbagai macam alasan yang salah satunya untuk menghindari tatapan permusuhan serta ketidak senangan dari siswa-siswi di sini,tak hanya itu,ia juga sungguh amat sangat malas jika bertemu dengan geng pembully yang biasanya selalu mencari masalah padanya.

Ya.Selama dua tahun bersekolah di SMA Merah Putih dirinya tak luput menjadi salah satu dari korban bully yang dilakukan oleh Maura bersama teman-teman gadis itu yang kekurangan muka.

Ya.Maudya menyebut teman-teman Maura kekurangan muka lantaran mau berteman dengan Maura dengan tujuan mencari sensasi dan agar mereka disegani,tak hanya itu Maura juga kaya jadi siapaih yang tak mau berteman dengan orang kaya.

Kecuali Maudya tentunya.

Kini gadis itu tampak menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangannya yang berada di atas meja.Matanya tampak terpejam merasakan perasaan lelah yang entah mengapa menghujami dirinya.

Entah sudah selama apa matanya terpejam hingga kini matanya terbuka kembali tatkala merasakan pergerakkan pada bangku sekitarnya.

Kepala gadis itu mendongak,menatap beberapa siswa maupun siswi yang tampak berbincang-bincang dengan tawa mereka,hingga kini tatapan mereka tertuju pada wajah bantalnya.

"Lihat deh gendut.Pagi-pagi udah ngebo"

"Em...gak heran sih badannya kayak banteng,orang kerjaannya tidur mulu"

"Miris banget sih.Padahal kalau dilihat-lihat dia itu cantik kalau aja badannya gak kayak banteng terus mukanya gak banyak jerawatnya"

"Iyasih.Lagian dia kayak gitu juga karena dia gak mau ngerawat dirinya sendiri"

"Mau ngerawat diri gimana sih tik,buat makan aja dia susah"

"Hahaaa...benar juga,diakan anak biasiswa"

Memangnya mengapa jika dirinya anak biasiswa?,memengnya mengapa jika dirinya tidak cantik dan gendut?.

Huft.Mencoba untuk mengabaikan,kini gadis itu memilih menatap jendela yang menampakkan pemandangan lapangan di bawah sana.

Tangannya yang tadinya berada di atas meja kini perlahan turun hingga berada tepat di atas pangkuannya.Perlahan telapak tangan berisi itu tampak mengepal bersamaan dengan suara tawa teman kelasnya yang menggelegar.

Siapa bilang dirinya tak marah?,siapa bilang dirinya tak sakit hati dengan ucapan mereka?,dan siapa bilang dirinya dengan lapang dada menerima ucapan mereka tentang fisiknya?.

Ia juga manusia yang punya hati tentunya.Jadi mau sejujur apa mereka membicarakan fisiknya,hatinya juga turut sakit mendengarnya.Lagian siapa sih yang ingin berada di posisinya?,miskin?,badan gendut dengan banyak jerawat?,tak terawat?,dan kucel?,siapa yang mau?,bahkan kalau boleh jujur dirinya tak mau berada di posisi ini.

Namun apalah daya,dirinya harus bersyukur diberi kesempatan hidup hingga saat ini,diberi kesempatan untuk dapat menikmati indahnya dunia,bersyukur karena memiliki tubuh sehat dan mulut yang sehat juga tentunya,tak seperti mereka yang merasa telah amat sangat sempurna tanpa berkaca bahwa mulut mereka butuh diperbaiki.

Bukan hanya mulut,hatipun juga harus turut diperbaiki.

Krieet!.

Suara tarikkan bangku di belakangnya tak membuat Maudya mengalihkan atensinya barang sedikitpun,karena ia tahu siapa orang itu.

MAUDYA || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang