27.

34 3 0
                                    

Sean menautkan alisnya, karena sejak tadi Karamel terus terdiam dan melamun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sean menautkan alisnya, karena sejak tadi Karamel terus terdiam dan melamun. Aneh sekali seperti bukan Karamel biasanya ketika mengajar Sean cewek itu akan sangat cerewet tetapi berbeda dengan hari ini dia lebih banyak diam.

"Karamel"

Karamel mengerjapkan matanya, lalu tersenyum ke arah Sean.

"Iya kenapa Se?!" Tanya Karamel pada Sean.

Sean menghela napas, memperhatikan Karamel kembali. "Harusnya aku yang nanya gitu, kamu kenapa hari ini lebih banyak diem. Kamu sakit atau kamu lagi ada masalah?!"

Karamel terdiam sejenak, ia lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Enggak ada apa-apa kok Se"

"Yakin kamu gak papa" Sean memastikan gadisnya itu, sebenarnya ia cukup khawatir dengan Karamel yang berubah menjadi diam seperti ini.

Karamel mengangguk cepat. "Iya aku gak papa, ayok belajar lagi"

Karamel menarik buku matematika dan segera fokus untuk mengajari Sean kembali.

Karamel menghela napas lega, ketika Sean percaya padanya dia tidak ingin membuat siapapun khawatir untuk itu ia menyimpan masalahnya sendiri bahkan Kakanya Dino pun tidak tau tentang apa yang Karamel alami kemarin.

Drt... drt.... drt...

Karamel meraih ponselnya saat ia mendapat sebuah pesan text dari nomor asing.

Keningnya sedikit berkerut namun ia tetap membuka pesan tersebut.

+62xxxxxx
Gue punya hadiah buat lo, udah gue kirim ke rumah gue harap lo suka hadiahnya.

FC

Karamel meremas ponselnya kuat, insial itu adalah inisial yang sama ketika ia mendapat paket dari orang yang tidak ia kenal.

Mungkinkah peneror itu.

Karamel mengigit bibir bawahnya, sedikit panik dan takut apa yang kali ini peneror itu mau.

"Kar"

Karamel dengan cepat menyimpan telfonnya, ia langsung memperhatikan Sean kali ini.

"Kenapa, udah selesai"

Sean mengangguk ia menyerahkan buku itu pada Karamel.

Karamel tersenyum hasil belajar Sean meningkat pesat saat ini bahkan nilainya cukup memuaskan.

"8/10 cukup bagus" Puji Karamel.

Sean tersenyum bahagia, karena pembelajaran Sean tidak sia-sia.

"Kara," Panggil Sean lembut.

Karamel menoleh dan

cup...

Karamel mematung seketika saat Sean tiba-tiba mencium pipinya.

"Sean"

Sean terkekeh pelan ketika melihat semburat pipi Karamel yang semakin lama semakin merah seperti kepiting rebus.

Seseorang kini mengepalkan tangannya erat saat melihat adegan itu, matanya memancarkan aura kebencian dan amarah yang begitu dalam.

****

Sean tersenyum sambil memasuki rumahnya bahkan dirinya tengah bersenandung saat ini.

"Sean" Panggil Eyang Nilam.

Mendengar panggilan sang Eyang, Sean mempercepat langkahnya pergi ke arah Eyang Nilam. Dia memeluk dan mencium Eyang nya secara tiba-tiba membuat Eyang Nilam sedikit bingung dibuatnya karena sikap aneh cucunya itu.

"Kamu lagi seneng ya, tiba-tiba banget meluk sama cium Eyang" ujar Eyang Nilam seraya duduk di meja makan.

"Sedikit, Sean bahagia" Sean mengulas senyum hingga matanya menyipit.

Eyang Nilam mengusap bahu Sean lembut. "Apa yang bikin cucu Eyang sangat bahagia seperti ini?!"

"Belajar dengan Karamel"

Eyang Nilam sedikit mengerutkan keningnya, Benarkah hanya karena belajar dengan Karamel makanya Sean jadi  sebahagia itu.

"Tidak perlu terlalu bersemangat, lakukan saja apa yang kamu sukai" ujar Sandi yang baru saja datang.

Senyum Sean kini memudar mendengar ucapan dari Sandi.

"Sekarang Sean suka belajar Pah!"

"Itu bagus tapi jangan memaksakan diri" ujar Sandi lagi lalu menepuk bahu Sean dan melangkah pergi.

Sean menatap punggung Sandi dengan amarah yang mulai menggebu, padahal Sean mulai belajar demi membuat Sandi bangga padanya tetapi Sandi malah menyuruhnya untuk tidak melakukannya.

Apa menurut Sandi, Sean memang selemah itu dan selalu ingin bantuan Sandi.

Sean berdecak kesal ia mengambil kembali kunci motornya serta jaketnya.

"Sean sayang mau kemana nak?!" tanya Eyang Nilam.

"Ketempat dimana Sean di hargai" Setelah mengatakan itu Sean beranjak keluar rumah dan membating pintu dengan keras.

Eyang Nilam menghela napas sambil mengusap dadanya, kelakuan anak dan cucunya memang sama persis sama-sama keras kepala.

****

Karamel mengambil paket dari tangan Dino dengan cepat, saat Dino hendak membuka paket tersebut.

Dino mengerutkan keningnya melihat tingkah Karamel yang aneh, Dia tau betul adiknya itu tidak suka belanja online dan boros uang tetapi akhir-akhir ini adiknya itu sangat sering menerima paket bukankah itu sedikit mencurigakan.

"Lo beli apaan?" tanya Dino penuh selidik.

"Ba.. barang perempuan pastinya" jawab Karamel sedikit gagap.

"Lo pasti beli yang aneh-aneh kan, kenapa sekarang sering banget lo dapet paket. Lagi banyak duit lo belanja online mulu!"

"Kepo banget lo bang, udah gue mau buka dulu paketnya"

Karamel melangkahkan dengan cepat ke arah kamarnya dan menguncinya.

Dengan perlahan Karamel membuka paket tersebut, mata karamel kembali membulat ketika ia melihat boneka dengan bentuk tangan yang mengerikan dengan banyaknya lumuran darah.

Karamel mengambil secarik kertas yang ada di baliknya.

"JAUHIN SEAN BITCH ATAU GUE AKAN CELAKAIN DINO,GUE GAK AKAN LEPASIN LO"

Itulah yang tertulis di atas kertas tersebut.

Buru-buru Karamel meremas kertas tersebut dan memasukannya kembali kedalam bungkusan paket.

Karamel mengepalkan tangannya erat, air matanya mengalir karamel takut tetapi Karamel tidak ingin siapapun terluka.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tentang Kita (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang