28

32 4 0
                                    

Sean terdiam di gudang sendirian, ia tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini Karamel sepertinya menjauhinya bahkan ia sampai tidak datang untuk les mereka dan saat di kelas setiap Sean ingin mendekati Karamel gadis itu menghindar.

Sean jadi merasa aneh dan bingung apakah dirinya melakukan kesalahan besar pada gadis itu dia sungguh tidak mengerti ini.

Sean menghela napas berat, sambil memijat pelipisnya yang terasa pening.

Setiap Sean bertanya pada Karamel lewat chat ada apa dengannya dan apa dia baik-baik saja, Karamel selalu menjawab baik. Tetapi yang di rasakan oleh Sean itu sebaliknya dia merasa ada sesuatu yang aneh dari diri Karamel.

"Kenapa lo sendirian di sini?!" tanya Devan pada Sean.

"Gue lagi bingung sama Karamel"

Devan mengerutkan keningnya.

"Karamel kenapa lagi?!"

"Akhir-akhir ini dia kaya menghindari gue"

"Lo buat salah kali sama Karamel"

Sean menggelengkan kepalanya dengan cepat seingatnya semuanya baik-baik saja.

"Gak"

"Ya kenapa lo gak cari tau, ada apa sama cewek lo!"

"Justru itu gue lagi berusaha buat bicara sama Karamel tapi justru dia terus-menerus menghindar dari gue Dev"

"Ya udah kalau gitu gue akan bantuin lo, supaya bisa bicara sama Karamel"

"Lo serius mau bantuin gue"

"Iya"

"Thaks"

"Santai aja kita kan sahabat bro"

Sean menghela napas lega ia menepuk pundak Devan sebagai rasa terimakasih nya, Karena jujur ia sendiri bingung menghadapi sikap Karamel.

****

Naura mendesah kesal saat ia berusaha memecahkan soal fisika yang susahnya sudah di luar nalar, ia sudah berusaha mengerjakan soal fisika sejak tadi tetapi tidak ada yang bisa ia kerjakan satu pun menyebalkan.

Sebenernya Naura ingin meminta bantuan dari Karamel tetapi akhir-akhir ini Karamel terlihat aneh dan begitu sibuk untuk itulah dia lebih memilih belajar sendiri meskipun hasilnya dirinya yang pusing saat ini karena tidak sanggup mengerjakannya.

"Aarggg, rasanya kepala gue mau meledak" Naura frustasi mengacak rambutnya sambil meletakan pena di meja dengan bantingan sedikit keras.

"Gue benci Fisika, matematika dan segala per-angka an ini, kenapa gak ada satupun yang nyantol sih di otak gue susah banget" Keluhnya menatap buku di hadapannya dengan kesal.

"Bego"

Naura menyerngit, ketika sebuah suara kini tiba-tiba terdengar di telinga nya seperti sebuah penghinaan baginya.

Tetapi itu tidak menampik bahwa apa yang di katakan sedikit benar karena sejak awal Naura tidak menyukai pelajaran dan payah kalau soal itu jelas nilai pelajaran Naura menguasainya, tetapi jika yang ini Naura angkat tangan paling depan.

"Lo hina gue"

"Itu fakta kan"

Naura memutar bola matanya kesal,lalu melempar Radewa dengan buku yang ada di hadapannya.

Dengan sigap Radewa menangkapnya sebelum buku itu mencapai wajahnya.

Radewa menarik kursi dan duduk di samping Naura, ia menatap gadis itu sejenak penampilannya sedikit urakan dan rambutnya acak-acakan, jelas Naura bukanlah tipe gadis yang begitu feminim.

"Susah??"

Naura mendesah sebal, ia menatap tajam pada Radewa. "Kalau gak susah udah selesai dari tadi kali tuh soal fisika"

"Oh"

Mulut Naura menganga lebar ketika mendapat jawaban dari Radewa yang hanya ber-oh ria saja.

Naura menarik bukunya dari tangan Radewa dengan kasar. "Pergi aja sana kalau lo cuma gangguin gue, gue mau belajar"

Radewa tersenyum kecil, sambil menepuk kepala Naura. "Ayok gue bantuin"

Mata Naura berbinar sempurna, secara Radewa adalah salah satu siswa terpintar di kelasnya jadi memanfaatkan kepintaran Radewa tidak ada salahnya bukan.

"Serius!!"

"Gak." Jawab Radewa.

Mata Naura melolot tajam sambil memukul bahu Radewa dengan keras membuat cowok itu sedikit meringis. "Yak, Radewa nyebelin pergi aja ke neraka sana lo" umpat Naura dengan perasaan dongkol.

Radewa mengusap bahunya mendengar umpatan Naura.

"Canda elah, mana sini gue bantuin gak usah mengutuk gue sampe segitunya"

"Biarin lo aja yang minta di kutuk sendiri"

Radewa menggelengkan kepalanya kejam dan pedas sekali omongan gadis itu.

Tentang Kita (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang