30

30 2 0
                                    

Radewa sedikit terkejut ketika melacak beberapa nomor misterius yang beberapa kali sempat meneror Karamel.

Dan salah satunya dari seseorang yang sangat dekat dan mereka begitu mengenalnya.

Ternyata memang benar apa kata orang banyak musuh dalam selimut banyak bahannya dalam lingkaran seseorang yang begitu dengan kita.

Radewa menutup laptopnya, ia lalu beranjak dari markas tempatnya.

Radewa mengambil ponselnya dan segera menghubungi Devan, ia memilih Devan untuk mendiskusikan persoalan ini ia tidak ingin Sean mengetahui tentang ini dulu sebelum buktinya terlihat lebih kuat dan lebih jelas lagi.

Radewa pun kini memilih menemui Devan di tempatnya setelah menghubungi sahabatnya itu.

Setelah beberapa menit Radewa kini sampai di tempat Devan.

"Lo serius tentang pelakunya?

"Belum seratus persen, tapi kalau bener memang dia gue gak tau harus kasih tau ke Sean gimana"

"Intinya kita harus selidikin semuanya dengan jelas baru kita kasih tau Sean" ujar Devan.

Radewa mengangguk setuju.

"Gue juga berfikiran yang sama sama lo Dev"

"Kita selidikin dengan sejelas-jelasnya, kalau memang dia jujur gue kecewa berat sih"

"Gue juga"

****

Seorang gadis mengenakan hoodie hitam kini berdecak kesal, ia mengepalkan kedua tangannya erat sambil menatap cermin yang ada di hadapannya.

"Arggg, siall" Teriaknya dengan jengkel lalu membuang semua barang yang ada di meja nya.

"Sampai kapanpun Sean cuma milik gue, Gak akan gue biarin siapapun rebut dia dari gue" ujarnya dengan tatapan tajam melihat ke arah pantulan dirinya sendiri.

Gadis itu mengambil ponselnya.

"Hallo, gue minta kalian kirim hal yang sama hari ini buat Karamel, bahkan yang lebih menyeramkan kalau bisa" ucapnya dengan jelas lalu mematikan ponselnya.

Gadis itu menyeringai senyum, "Kita lihat, sampai kapan lo bakalan bertahan".

****

Radewa dan Devan dengan cepat menyergap seseorang memakai pakaian misterius yang tengah menuju rumah Karamel.

Awalnya orang itu terus melawan, namun karena takut akan ancaman Radewa dan juga Devan akhirnya orang tersebut pun menuruti kemauan Radewa dan juga Devan.

"Cepet buka paketnya" Titan Devan.

"Tap-"

"Buka, paket itu atau kita akan laporin ke polisi" Ancam Radewa.

Orang tersebut dengan cepat mengangguk, ia menuruti perintah Radewa dan juga Devan untuk membuka isi paket terebut.

Mata Devan dan Juga Radewa kini terbelalak lebar saat mendapati sebuah boneka dengan potongan kepala terpisah dengan pisau dan banyaknya lumuran darah, serta sebuah kertas berisikan tulisan. MENJAUH DARI SEAN.

Devan bergidik ngeri, melihatnya saja membuat perut dan otak Devan serasa pusing dan mual apalagi Karamel gadis itu harus menghadapi teror ini hampir setiap saat ia sangat yakin bahwa gadis itu mungkin frustasi menghadapi ini semua sendirian.

"Sekarang gue tanya, siapa yang suruh lo buat lakuin semua ini jawab!"

"Anu-"

"Ana-anu, cepet jawab atau gue pukul dan seret lo ke penjara sekarang juga mau lo, mendekam di penjara" ancam Radewa lagi.

Orang tersebut langsung menangkup kan tangannya di depan dada. "Ampun saya jangan di penjara saya masih ingin melihat istri dan anak saya"

"Ya udah kalau gitu kasih tau siapa yang lakuin ini" Seru Devan sambil menarik kerah baju orang tersebut.

Tentang Kita (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang