17- lakukanlah untukku

44 4 0
                                    

Sean menenggelamkan kakinya, menatap air kolam renang yang sedikit bergelombang karena gerakan kakinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sean menenggelamkan kakinya, menatap air kolam renang yang sedikit bergelombang karena gerakan kakinya.

Sean menghela napas panjang, awalnya dia bertekad belajar untuk menyenangkan Papahnya,tetapi semua itu pupus ketika Papahnya langsung memberi dia sebuah motor seakan dirinya begitu tidak di andalkan dan Sean sangat benci itu.

"Tara"

Karamel mendekat ke arah Sean sambil memberikan kue yang ukurannya mini.

Sean tersenyum, melihat tingkah Karamel.

"Nih, kue ulang tahun buatan Kara, spesial buat Sean tapi tadi kara buatnya di dapur Sean" Karamel tersenyum terkekeh.

Sean menggelengkan kepalanya kecil.

"Sempet buat kue, di dapur gue pula"  Sean terkekeh geli melihat Karamel.

"Ya, elah mau gimana lagi,keahlian yang gue punya cuma ini dan gue gak punya duit buat beli bahan bikin kue lo" sengit Karamel.

Sean tertawa terbahak, mendengar ucaan Karamel.

"Eeh, makasih kuenya"

"Tiup dong lilinnya, kenapa di liatin doang" Karamel semakin menyondorkan kue pada Sean.

Baru hendak meniup lilin, Karamel menyela-nya "Buat harapan dulu"

"oke" Sean memejamkan matanya, dan membuat harapan lalu meniup lilin kue.

"Yey, Happy Brithday" Karamel berucap sembari meletakkan kue tersebut di lantai.

"Nih, Kado" Karamel memberikan sebuah botol dengan isi beberapa Bintang origami di dalamnya.

Sean mengambil itu, lalu melirik ke arah Karamel sambil menaikkan sebelah alisnya, tunggu ini kan toples yang ada di rumahnya.

"Ini toples punya gue kan"

Karamel mendengus, menatap Sean.

"Iya, kan gue bilng gak ada duit buat kado lo jadi gue cuma bisa buat itu" ucap Karamel.

"Tapi itu belum penuh, besok-besok gue buatin deh buat lo biar penuh" kata Karamel lagi.

Sean menggelengkan kepalanya cepat.
"Gak perlu"

"Perlu tau, katanya kalo kita bisa bikin 1000 bintang di sini harapannya bakal terkabul."

"Dan gue ingin semua harapan lo di hari ulang tahun lo terkabul" lanjut Karamel.

Sean menatap mata Karamel dalam ,lalu menatap toples yang gadis itu berikan padanya.

"Makasih" Sean tersenyum kembali, lalu menyentuh kepala Karamel lembut.

Karamel sedikit terpaku, sikap Sean yang berubah manis padanya akhir-akhir ini benar-benar membuat reaksi tubuhnya tidak normal.

Contohnya seperti sekarang jantungnya kembali berdegup cepat, semburat wajahnya mulai memerah dan juga perutnya yang seperti dihinggapi kupu-kupu.

Karamel mengerjapkan matanya, mengatur napasnya dan menormalkan ekspresinya.

"Kenapa sendirian disini, ini hari ulang tahun lo" tanya Karamel.

"Segitunya Papah gue gak mau ngandelin gue, Kenapa Papah gue gak mau ngelihat usaha gue dulu" ujar Sean dengan nada kecewa.

"Dan ini adalah bukti, kalo Papah gue gak butuh gue" Sean berucap lagi hendak melempar kunci motornya.

"Gila, jangan lo lempar" Karamel berucap sambil menahan tangan Sean.

Sean melotot ke arah Karamel, mencoba melepas tangan mungil yang menggenggam erat lengannya.

"Lepas"

"Gak,"

"Tenang dulu, jangan emosi" Karamel berkata lagi.

"Jangan ikut campur" Sean kembali memberontak.

"Jangan gegabah Sean"

"Siapa lo?, kenapa lo harus peduli ini urusan gue"

Karamel menghela napas kasar.

Grep...

Karamel memeluk tubuh Sean, mencoba membuat cowok itu menjadi lebih tenang.

"Gue tau, ini nyakitin lo,tapi buat sekarang tolong lo tenang" Karamel mengusap punggung Sean.

Sean mengendurkan tubuhnya, kepalanya ia tenggelamkan di lekukan ceruk leher Karamel.

Dia menangis, meluapkan rasa sakit dan juga kekecewaannya.

Saat dirinya merasa menjadi seseorang yang tidak berharga dan tidak berguna.

"Lo bisa nangis sepuasnya, lo bisa jadi lemah gak papa,"

"Terkadang kita tidak harus menjadi kuat setiap saat, kita juga tidak bisa terlihat baik-baik saja ada titik di mana kita bisa menjadi lemah."

Sean mempererat pelukannya pada Karamel,mencari sebuah kenyamanan dan meluapkan segalanya lewat tangisnya hari ini.

Sean melepas pelukannya, mengusap matanya lalu menatap Karamel cukup lama.

"Kalau lo gak tau belajar buat siapa, lakuin itu buat gue," Karamel tersenyum tulus pada Sean.

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"

Tentang Kita (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang