2. Little Galvin

218 30 1
                                    

"Besok-besok kalau gak sempat isi kabarin gue. Nanti gue isiin." Galvin dan Nino baru saja sampai di asrama. Galvin hanya cemberut ketika Nino membantu Galvin membuka helm nya.

"Thanks ya No, udah mau anterin gue dan temenin gue hari ini." Kata Galvin. Keduanya berjalan menuju kamar Galvin di lantai 3 gedung asrama.

"Lo gak mau nginep rumah gue aja? Gue khawatir deh, lo itu males banget makan, ngopi mulu, tidur kalo udah ketiduran di meja belajar. Gue lama-lama cerita nih sama Grace." Nino kembali mengomel.

"Issshh jangan cepu! Nanti kakak sama bokap gue khawatir. Kasian bokap kalau kesini harus tutup warung." Kata Galvin.

"Ya mangkannya jangan bikin khawatir. Waktunya makan ya makan. Waktunya tidur ya tidur. Skripsi kerjain biar cepet kelar." Kata Nino. Keduanya sampai di kamar asrama Galvin.

Begitu sampai di kamar, Galvin langsung membuka laptop dan hasil revisi skripsinya di meja belajar. Hal itu membuat Nino menghela nafas panjang. Pasalnya sebelum pulang, Galvin berjanji akan makan terlebih dahulu, dan mereka sudah membeli makan siang dalam perjalanan kembali ke asrama.

"Kann gue ngomel gak didengarin. Makan dulu Galvin." Kata Nino kesal.

"Lagi ada ide, tanggung." Galvin tak acuh. Ia berkutat dengan laptop dan kertas-kertas di meja nya.

Nino bergegas mengambil makanan yang mereka beli. Ia duduk di samping Galvin.

"Hadeh... bayiik bayikk.. nih a.." Nino menyodorkan sendok berisi makanan pada Galvin.

Anak itu menurut dan membuka mulutnya walaupun mata dan pikirannya masih tertuju pada pekerjaannya selama Nino menyuapinya.
***
Jam tiga sore waktunya Galvin bekerja di distro milik Tommy dan Bayu. Hari itu Bayu sedang mengecek produksi yang terletak di sebuah konveksi di sisi selatan kota Bandung.

Galvin bekerja dari jam 3 sore sampai jam 9 malan untuk shift siang. Sedangkan untuk shift pagi Ia memulainya jam 9 pagi sampai jam 3 Sore.

Galvin memang sudah terbiasa mencari kerja sampingan sejak sekolah menengah. Selain Ia jago untuk memasarkan produk sesuai dengan jurusan yang diambilnya-Komunikasi Bisnis, Ia juga pekerja keras.

Galvin tak mau membebani orang tuanya yang kini menetap di pulau dewata semenjak membuka usaha restoran yang Ia sebut warung di sana.

"Gimana skripsi lo Galv?" Tanya Tommy Ia sedang duduk di meja kasir sementara Galvin sibuk mendandani manekin.

"Revisinya banyak bang, mana dosen gue susah banget ditemuin. Tadi pagi aja akhirnya gue cegat di deket kantor pajak. Padahal janjian di c4. Mana lift rusak. Untung ditemenin Nino" Kata Galvin cemberut.

Ya, sudah beberapa bulan ini skripsi Galvin terkendala dosen pembimbingnya yang sulit ditemui.

"Udah kelamaan Galv, hampir setahun skripsi lo. Si Nino sama Putra udah mau kelar tuh.." Kata Tommy. Ia ikut khawatir atas keadaan Galvin.

"Gue udah pernah lapor direktur jurusan Bang. Dosbing gue berkilah dia gak pernah nyusahin mahasiswanya. Padahal udah janjian aja dia bisa banget gak datang." Raut wajah Galvin berubah putus asa.

"Gapapa, dikerjain aja. Kalau mentok kabarin. Nanti kita bantuin. Jangan di pendem sendiri." Tommy berjalan menghampiri Galvin dan menepuk bahunya. Galvin hanya mengangguk.

Tommy hanya bisa mengusak rambut tebal anak itu untuk memberinya dukungan.
***
Memasuki liburan kampus, asrama mulai sepi. Banyak Mahasiswa/i perantau pulang kampung. Galvin memilih untik tetap tinggal. Uang yang selama ini Ia dapat dari hasil kerja sampingannya ditabung agar bisa menyewa kamar kost setelah lulus.
***

SPACEmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang