42. Chaos

208 33 4
                                    

"FUCK!"

Melwyne memaki dirinya sendiri. Ia menyadari kesalahannya sudah mengomeli Galvin saat anak itu tidak baik-baik saja.

Ia menyambar clutch nya lalu bergegas meninggalkan kantornya.

"Pak. Bapak ada janji sama Mbak Retha dan Pak Tyrell jam empat di Dakken." Kata sekretarisnya saat Melwyne keluar dari ruang kerjanya.

"Cancel semuanya." Jawabnya pendek dan tak acuh.

Melwyne bergegas masuk ke mobilnya dan melaju menuju klinik tempat Galvin berada.

***

Melwyne sampai di klinik dalam satu jam.

Klinik itu cukup besar. Ada beberapa dokter praktek disana selain spesialis orthopedi yang menangani Galvin. Disana juga terdapat beberapa kamar rawat inap dan ruang tindakan yang memadai.

Ia bertanya pada bagian informasi lalu berjalan menuju kamar rawat Galvin. Sesampainya disana Ia dihadang oleh Bayu.

"Gak sekarang Bang. Sorry. Galvin tadi bilang gak mau ketemu lo dulu." Kata Bayu sambil menahan tubuh Melwyne.

"Bay, gue cuma mau minta maaf.." Melwyne memaksa.

"Bang. Galvin sakit. Biarin dia rehat dulu dari semuanya. Gue udah tau kok masalahnya. Udah diemin dulu." Bayu masih mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Iya Bang. Kasian dari tadi nangis. Pasti capek." Timpal Putra. Berusaha menengahi Bayu dan Melwyne.

Sebelum Melwyne datang, Galvin sudah memberitahu Bayu apa yang terjadi di antara mereka dan Galvin tidak ingin bertemu Melwyne untuk sementara waktu.

"Bay gue cuma mau minta maaf!" Melwyne masih keras kepala.

"BANG!! GALVIN SAKIT!! Kalau dia bilang nanti ya NANTI!! JANGAN EGOIS!! LO LUPA SIAPA YANG BIKIN KAKI DIA SAKIT HAH??!! TEMEN LO YANG BIKIN TEMEN GUE SAKIT ANJENG!" Bayu yang sudah habis kesabaran hampir saja melayangkan tinjunya pada wajah Melwyne, namun ditahan seseorang.

Tawan berdiri disana menatap Melwyne tajam. Di belakangnya Noel berdiri mencoba menenangkan suaminya.

"Lo bilang apa tadi Bay? Siapa yang bikin Galvin sakit?" Tanya Tawan. Kini tatapan mematikan itu berbalik pada Bayu.

Bayu masih emosi. Namun Ia juga tak ingin Tawan melakukan hal yang tidak diinginkan semua orang disana.

"Temennya dia Bang. Namanya Tyrell." Jawab Bayu singkat dan jelas.

"Ikut gue lo." Tawan meraih kerah baju Melwyne dan hendak menyeretnya. Namun dihentikan Noel.

"Mas. Gak gini. Kasihan Adek." Kata Noel sambil menarik lengan Tawan.

Lelaki itu berhenti. Ia melepaskan kerah baju Melwyne dengan kasar. Dan menunjuk wajahnya. Ia mengerti perintah Noel untuk menggunakan akal sehatnya.
***

"Ikut gue! Jangan sampai lo gue seret lagi." Ia memerintahkan Melwyne mengikutinya.

Keduanya berjalan hingga ke pelataran parkir. Tawan menyilangkan lengannya di dada sambil tetap menatap Melwyne tajam.

"Jelasin." Kata Tawan pendek.

"Temen gue yang nabrak Galvin. Dia pakai mobil gue saat kejadian." Melwyne memulai penjelasannya. Ia sudah siap kalau Tawan akan menyerangnya tiba-tiba.

"Saat itu gue di US. Mobil gue dirusak dan dibilang kecelakaan. Lalu diganti baru. Tyrell pindah ke US sampai kita lulus S2. Kemarin dia pulang dan cerita itu ke gue." Melwyne menunggu umpan balik dari Tawan.

"Apa motifnya? Kenapa adek gue yang ditargetin?" Tanya Tawan.

"Persaingan bisnis bokapnya. Bokapnya kalah tender untuk produk rumah tangga merk cygnus." Jelas Melwyne. Kali ini Ia benar-benar bersiap untuk dipukul Tawan.

Tawan mendengus kesal. Lalu fokus kembali pada Melwyne. Lagi-lagi Ia menarik kerah baju Melwyne.

"Stay away from my brother! Or else, you will regret for being born to this world." Ancam Tawan.

Tawan tak menunggu jawaban. Ia langsung kembali ke dalam klinik untuk menemui Galvin.

***

"Abang jangan bilang ayah ya.. nanti ayah khawatir. Maafin adek udah nakal. Maafin adek gak nurut sama Abang." Galvin memohon pada Tawan agar tak menceritakan kejadian yang menimpanya pada Ayahnya.

"Adek ada yang mau diceritain ke Abang gak sayang?" Tawan tak menghiraukan permohonan Galvin.

"Adek takut Abang marah.." Ucap Galvin lirih.

"Abang janji gak marah. Asal adek cerita." Tawan memeluk Galvin. Meletakkan kepala anak itu di dadanya.

"Adek.. adek... sama Kak Melwyne saling suka. Awalnya karena dia suka dengerin space adek. Hubungan kita berlanjut baik-baik aja. Sampai satu hari dia kasi tau adek temennya itu pelakunya. Dia juga gak tau apa-apa sampai si temennya itu ketemu adek di pameran." Jelas Galvin.

Tawan mendengarkannya dengan seksama sambil mengusap-usap kepala Galvin.

"Dia kan juga korban jadi adek gak gimana marah. Tapi adek bilang kok adek benci banget sama temennya...yang salah kan temennya Bang." Galvin menjelaskan perkaranya pada Tawan.

"Sejauh apa hubungan adek sama dia?" Tanya Tawan lagi. Pertanyaan itu jelas membuat Galvin bingung harus menjawab apa.

"Adek.... adek bilang gak perlu pacaran. Yang penting sayang aja. Yaaa adek udah ngapa-ngapain juga sama dia." Malu-malu Galvin mengakui seperti apa hubungannya dengan Melwyne.

Tawan menghela nafas panjang. Ia memandang Noel yang berdiri disampingnya. Wajah Noel tak kalah bingung dan khawatir melihat kondisi Galvin.

"Pulang dari sini. Adek temuin ayah di Bali ya." Kata Tawan.

"Adek harus siaran Bang. Acara siaran malam adek masih ada dua minggu lagi. Abis itu rehat dulu terus adek siaran sore." Galvin memberitahukan jadwal pekerjaannya pada Tawan.

"Gak apa, nanti pas rehat aja. Adek kabarin Abang. Untuk sementara ini, adek jangan ketemu dia dulu ya. Bisa?" Tanya Tawan. Galvin mengangguk.

"Pinter adeknya Abang." Tawan mengecup kepala Galvin.

***
Setelah 24 jam. Observasi selesai. Tidak ada cidera yang berbahaya. Galvin hanya harus banyak mengistirahatkan kakinya saja, dan sementara kaki kirinya harus memakai penopang.

Siang itu Galvin diperbolehkan pulang.

"Yah... cacat lagi deh gue." Galvin lagi-lagi mengeluarkan dark jokes nya.

"Hus... ini cara Tuhan biar orang-orang makin sayang sama lo." Kata Putra. Kali ini Putra yang menggendong Galvin untuk turun dari mobil Tawan.

"Gue book 5 tiket pesawat ke Bali. Pegi liburan deh pada. Temenin adek gue." Kata Tawan. Ia segera meminta sekretarisnya mengurus semua keperluan Galvin dan teman-temannya.

"Tuh, lo tuh berkat buat orang lain tau duuutttt." Canda Bayu sambil menangkup pipi Galvin dan menciumnya gemas.

***

SPACEmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang