Skripsi Galvin sudah hampir rampung. Tinggal merapikan bagian-bagian kecil seperti daftar isi, kata pengantar dan daftar pustaka.
Galvin memasukkan semua nama sahabatnya di bagian kata pengantar. Tak lupa teman ngobrol baruny Melwyne. Karena tidak tahu nama lengkapnya, Galvin segera menanyakannya langsung.
Galvin melempar ponselnya i atas tempat tidur lalu tersipu malu sendiri membaca balasan pesan dari Melwyne, baru kali ini Ia memiliki teman ngobrol yang begitu dekat namun belum pernah bertatap muka sama sekali.
Galvin menggelengkan kepalanya, Ia harus kembali fokus. Ia meraih ponselnya lagi lalu mencoba menghubungi sang ayah.
Berkali-kali mencoba, teleponnya tetap tidak kunjung tersambung. Galvin akhirnya menyerah dan menghubungi Grace.
Kali ini mata Galvin berkaca-kaca membaca pesan dari ayahnya. Ia segera menyelesaikan skripsinya. Setelah draft rampung, Galvin memasukkannya ke dalam map berwarna kuning miliknya dengan sangat hati-hati.
"Udah kelar?" Tanya Bayu. Ia baru saja pulang dari toko. Galvin mengangguk sambil membereakan meja belajar Bayu.
"Ya udah tidur gih. Besok kan harus bangun pagi." Kata Bayu. Ia menaruh tas nya di kursi meja belajar lalu melepaskan kaos yang dipakainya.
"Mandi gih, gue masakin makan
malem." Galvin meletakkan tas nya disamping tas Bayu lalu beranjak ke dapur.***
Semerbak wangi bawang goreng dan rempah-rempah tercium dari dapur rumah kontrakan itu. Tak hanya Bayu, Tommy yang baru saja datang pun tergoda dan langsung berjalan menuju dapur."Masak apa Galv?? Wangi banget!!" Seru Tommy.
"Cuma nasgor kari Bang, doyanan si Bayu. Abang doyan ga? Gue banyakin nih.." Galvin menawarkan.
"Ya mau dong!! Wangi gini juga!" Seru Tommy bersemangat. Galvin mengangguk dan menuangkan seluruh isi rice cooker ke dalam wajan.
Ketiganya duduk di meja makan. Galvin menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga. Bayu dan Tommy makan dengan lahap.
Masakan Galvin sangat sederhana, namun tidak dengam rasanya. Semua makanan yang dimasak Galvin kaya rasa dan sangat lezat. Terkadang Bayu menggoda Galvin agar membuka usaha restoran. Tapi hal itu hanya mengingatkan Galvin pada kenyataan bahwa kakinya sakit dan tidak mungkin berdiri seharian di dapur.
***
Pagi menjelang. Galvin bangun lebih awal dan bersiap berangkat menemui dosen pembimbingnya. Dalam hati, Ia terus berdoa semoga semua berjalan lancar.
Bayu mengantar Galvin hingga ke depan ruang dosen. Dosen merangkap Kaprodi itu sudah ada di kampus sepagi itu.
Galvin masuk ke dalam ruangan lalu mulai bimbingan.
Bayu menunggu dengan cemas. Satu jam terasa begitu lama. Ia sudah menghabiskan beberapa batang rokok pagi itu.
Setelah dua jam, Galvin keliar dari ruangan Kaprodi sambil memeluk map kuning berisi draft skripsi di dadanya. Ia berjalan pelan menghampiri Bayu.
"Gimana? Acc ga?" Tanya Bayu.
Bibir Galvin mengerucut. Bayu sudah bersiap kalau-kalau hasilnya tak sesuai harapan. Namun diluar dugaan, Galvin mengangguk pelan.
"Revisinya cuma sedikit. Kata bapak, langsung daftar sidang aja nanti siang. Gue kerjain revisinya sekarang aja mumpung masih sepi jadi nanti bisa gue print di tempat fotocopy depan." Jelas Galvin.
"YAAAAAAYYYYY OKE KERJAIN KERJAIN!!" Bayu bersemangat. Mereka berjalan ke perpustakaan untuk mengerkakan revisi yang tak seberapa banyak itu.
Selesai direvisi, Bayu langsung membantu Galvin ke tempat printer di warung fotocopy depan kampus. Mereka lalu kembali ke kampus dan menyerahkan draft skripsi untuk daftar sidang.
Semua prosedur pendaftaran selesai dalam waktu satu jam. Setelah bolak balik fotocopy, mengisi formulir, mencetak pas foto dan lain-lain akhirnya Galvin dan Bayu bisa istirahat di pendopo dekat pelataran parkir.
"Bay... kaki gue sakit..." Keluh Galvin sambil mengusap kaki kirinya.
"Aduh... tadi kebanyakan jalan ya? Sini lo bobok sini uuu cayangnya Bayu kecapek an.." Bayu menarik tubuh Galvin agar tidur di pangkuannya agar kaki Galvin bisa rileks.
Sambil mengusap-usap kepala Galvin, Bayu menghubungi tiga sahabatnya yang lain agar datang ke kampus untuk merayakan keberhasilan Galvin.
***
"Pak Yono tau tokonya kan?" Melwyne bertanya pada sopirnya pagi itu. Ia membawa sekotak coklat kesukaan Galvin yang disebutnya coklat mahal.
"Tau Mas, itu di depan yang cat nya biru muda. Saya kan sering kesitu antar pesanan Mas buat Mas Galvin. Tapi kalau kampusnya saya gak tau." Jawab sang sopir.
Kampus Galvin sangat besar memang. Dengan jarak dari satu fakultas ke fakultas sejauh satu bukit, tentu saja tak semudah itu mencari seorang mahasiswa.
Melwyne nekat mencari Galvin karena semalam Galvin bilang di telepon akan ada bimbingan terakhir hari itu. Kebetulan Melwyne mengambil jalan dari arah Bank yang tak jauh dari pintu gerbang sebelah utara Kampus. Pintu masuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
"Mas tau fakultasnya Mad Galvin?" Tanya Yono, Ia menjalankan pelan mobilnya.
"Enggak, tapi kita cari aja.. Pak kalau ada toilet berhenti dulu ya." Kata Melwyne. Yono mengangguk mengerti.
"Mas! Itu Mas Galvin!" Seru Yono tiba-tiba ketika melihat sosok Galvin di pendopo.
Melwyne mendongak mencari sosok yang ditunjuk Yono. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon Galvin sambil memperhatikan apakah sosok yang dilihatnya benar-benar Galvin.
"Halo..?" Suara Galvin terdengar di ponsel Melwyne. Namun lelaki itu segera menutup telponnya.
"Pak, jalan. Pulang." Perintahnya pada Yono.
"Loh, gak jadi nyusul tah Mas? Itu bener kan Mas Galvin, lagi tiduran di paha nya Mas Bayu." Jelas Yono.
"Pulang Pak. Sekarang." Melwyne mengulangi perintahnya.
Yono menurut lalu memutar balik mobil ke arah pintu keluar.
***
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACEman
FanfictionMewGulf fanfiction; Galvin (G ulf) iseng membuka space di aplikasi twitter untuk menghilangkan penat saat mengerjakan skripsi. Diluar ekspektasi space Galvin didengarkan banyak orang. Hingga akhirnya Galvin bertemu seseorang yang kelak merubah hidu...