45. Sengketa

128 21 7
                                    

Galvin dan keempat sahabatnya sudah kembali ke Kota Kembang.

Semenjak kecelakaan di Bali, Galvin tak diizinkan untuk pergi diatas jam 7 malam. Ia harus sudah berada di rumah jam 9 malam. Jadwal siaran Galvin disesuaikan. Tak hanya itu, Galvin juga tidak diizinkan naik motor. Tawan membelikannya sebuah mobil bertransmisi otomatis.

"Capek ya Bay.." Kata Galvin. Ia baru saja akan beranjak tidur bersama Bayu malam itu.

"Ape lagi?" Tanya Bayu. Ia tahu kalau Galvin bukan kelelahan karena pekerjaan. Melainkan batinnya yang lelah.

"Capek aja. Tiba-tiba hidup berubah, sekarang gini besok gitu." Katanya Ia berbaring bersebelahan dengan Bayu sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Ya kan emang harus gitu. Kalo gak gitu mati dong. Udah sih bayik ngaco mulu ah kayak orang gede aja lu. Dah tidur, besok buka toko." Bayu menarik Galvin ke dalam pelukannya malam itu.

"Bay.. kapan gue boleh ketemu kak Melwyne??" Tanya Galvin. Anak itu sudah sangat lelah menahan rindunya.

"Tanya gue, tanya Bang Tawan noh." Jawab Bayu. Bayu benar-benar tak bisa memberi Galvin jawaban akan pertanyaannya karena Tawan lah yang memberi perintah pada Melwyne untuk menjauhi Galvin.

Galvin hanya merengut. Ia tahu perintah Tawan tak bisa ditawar. Ia juga tahu Tawan begitu khawatir akan dirinya.

***

"Dana udah masuk dari bokap gue." Melwyne mengabari Tyrell via telepon siang itu.

Keduanya mulai disibukkan dengan proyek real estate milik Tyrell. Dimulai dari mencari lahan, dan mengurus pembebasan tanah. Semua prosesnya dibantu oleh team Melwyne.

Perlu beberapa bulan untuk menyelesaikan perkara pembebasan lahan. Setelah meninjau beberapa tempat, mereka memilih lokasi yang sedikit mepet ke kabupaten.

Walaupun yang berhasil diakuisisi hanya separuh dari luas tanah yang mereka inginkan namun masih ada kesempatan untuk memperluas area itu.

Melwyne benar-benar membantu Tyrell dengan segala kemampuannya agar proyek itu dapat segera terselesaikan.

***

"Istirahat dulu Wyne." Tyrell menaruh secangkir kopi di meja kerja Melwyne.

"Thanks." Lelaki itu masih serius memeriksa denah yang dikirimkan pegawainya tadi siang.

"Ini lo udah siapin RAB per unit belom sih? Kok desainnya kayak gini. Yakin ke kejar?" Tanya Melwyne. Sedari siang dahinya berkerut memeriksa setiap lembar denah dan desain yang dikirimkan pegawainya.

"Udah, besok gue suruh team gue kirim lo ya." Kata Tyrell. Melwyne menatapnya.

"Besok. Sekarang! Kapan kelarnya besok2 mulu! Ini udah molor seminggu dari deadline gue." Serunya membuat Tyrell terlonjak kaget.

"Tapi ini udah jam 11 malem Wyne. Lo udah dua hari begadang." Tyrell khawatir melihat keadaan Melwyne.

"Kirim sekarang atau gue cancel semuanya?" Ancam Melwyne. Tyrell mendengus kesal lalu pergi menghubungi team nya untuk mengirimkan file yang diminta Melwyne.

***
Keesokan harinya, Melwyne baru saja sampai kantor bersama Tyrell ketika sekretarisnya mengikutinya masuk ke ruang kerja.

"Pak tadi ada telpon dari Sonya, dia mau datang kesini urgent." Melwyne hanya mengangguk setuju. Lalu wanita itu keluar lagi.

Tak lama, wanita lain mengetuk pintu Melwyne. Gadis itu bertubuh kecil dan berambut panjang. Setelah diizinkan masuk Ia duduk berhadapan dengan Melwyne, bersebelahan dengan Tyrell.

SPACEmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang