15. Usaha yang Mengkhianati Hasil

199 27 11
                                    

Galvin duduk di ruang tunggu dosen bersama Putra dan Bayu pagi itu. Mereka sepakat bertemu dengan kaprodi pukul sembilan pagi.

"Kak Galvin." Tiba-tiba seorang gadis menyapanya.

Gadis itu berparas setengah bule. Rambutnya coklat. Kulitnya putih pucat. Badannya cukup berisi namun dengan postur proporsional.

"Kamu...." Galvin berusaha mengingat-ingat nama akun yang ingin ikut bersamanya hari ini.

"Tefy kak." Jawab gadis ditu.

"Ahhhh iya Tefy. Sini. Kita mengadu ke bapak kaprodi tercinta. Sini duduk." Galvin bergeser hingga Tefy bisa duduk di sebelahnya.

"Gue baru mulai sih kak, belom se capek lo ngadepin pak TJ." Jelas Tefy. Gadis itu tertunduk sambil memainkan map berisi draft Bab pertama skripsinya.

"Ya jangan sampai lah. Kalau bisa ganti sekarang mending sekarang aja. Kalau gue kan gak bisa maju gak bisa mundur jadinya." Kata Galvin.

"Eh ini kenalin, Bayu sama Putra. Gaes ini Tefy, dia suka dengerin space gue." Tefy melambaikan tangannya pada keduanya, disambut senyuman dua bodyguard Galvin.

"Putra sama gue ngambil skripsi duluan gue. Putra sama Nino sidang minggu depan. Gue? Masih nguplek bab 3 dan 4. Gak tau udah bener atau belum." Jelas Galvin. Kata - kata Galvin membuat Tefy bersimpati. Gadis itu menggenggam tangan Galvin erat untuk memberinya semangat.

"Pasti bisa kak! Nanti lo wisuda bareng kak Putra sama kak Nino." Gadis bule itu memberi semangat kakak kelasnya yang mulai putus asa.

***

Mereka dipanggil untuk menghadap setelah menunggu sekitar satu jam.

Saat itu juga Pak Saefullah sang kaprodi menegur dosen pembimbing Galvin.

Keputusan terakhir. Dosen bernama Tedy Junaedi itu akan membimbing skripsi Galvin dan Tefy dalam waktu tiga dan enam bulan sesuai dengan tenggat waktu yang diatur oleh Universitas. Proses bimbingan keduanya akan dipantau langsung oleh Kaprodi.

"Deal ya pak, kalau bapak sekali lagi mangkir dari waktu bimbingan yang disepakati dengan anak-anak, mau tidak mau saya akan teruskan kasus ini ke Dekan. Kasihan pak udah nanggung anaknya ngerjain skripsi sejauh ini." Kata lelaki berumur empat puluh tahunan itu via conference call yang direkam oleh Putra sebagai bukti.

***

Setelah selesai, keempatnya berterimakasih lalu pamit pulang.

Putra, Galvin dan Bayu langsung meluncur ke tempat toko tempat mereja bekerja.

Sesampainya disana, Tommy sudah menunggu dengan cemas. Ia juga khawatir pada studi Galvin yang sudah dianggapnya sebagai adik sendiri.

Galvin menceritakan betapa alotnya diskusi mereka pagi tadi. Tommy mendengarkan dengan seksama. Ia juga sebetulnya geram pada dosen pembimbing Galvin, namun tak bisa membantu banyak.

"Istirahat dulu. Besok lanjut lagi, ya." Kata Tommy setelah Galvin menyelesaikan ceritanya. Anak itu hanya mengagguk.
***

Seminggu kemudian...

Seminggu kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SPACEmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang