44. The Deal

125 21 2
                                    

"Once this project failed. Then you give up your position as CEO. I'm not joking boy... not joking..." Lelaki berambut putih itu menggoyang-goyangkan jarinya pada Melwyne.

"Sure Dad. It's a deal between men." Melwyne menjulurkan tangannya. Lelaki yang Ia panggil ayah itu menjabatnya.

Mereka lebih terlihat seperti rekanan bisnis daripada ayah dan anak siang itu.

Melwyne dan Tyrell sepakat untuk menawarkan pembiayaan proyek real estate milik Tyrell pada ayah Melwyne yang masih tinggal di Amerika.

Setelah presentasi yang panjang, Lelaki enam puluh lima tahun itu setuju dengan perjanjian apabila gagal, Melwyne harus mundur dari posisi CEO.

***
"Kok lo langsung deal aja Wyne. Gue aja jiper bokap lo mau invest sebesar itu." Kata Tyrell ketika mereka dalam perjalanan pulang ke rumah Melwyne.

"Bersyukur bego! Kapan lagi bokap mau buang duit sebanyak itu buat lo. Kerja yang bener!" Seru Melwyne.

Sesampainya di rumah, Melwyne langsung masuk kamar dan beristirahat.

"Kalian berantem apa lagi sih Rell?" Tanya Stella - Ibu Melwyne pada Tyrell.

"Tauk tuh tante ngomel-ngomel melulu. Dari sebelum berangkat." Keluh Tyrell.

Tyrell menyusul Melwyne ke kamarnya. Lelaki masih sibuk dengan ponselnya. Tyrell duduk di sebelahnya.

"Lo mau gue ngapain Wyne, biar gue dapetin maaf lo?" Tanya Tyrell. Melwyne hanya menatapnya sebentar lalu kembali pada ponselnya.

"Lo mau gue nyamperin Galvin terus minta maaf sama dia? Gue akan lakuin itu. Bahkan kalau lo mau gue minta maaf sama orang tuanya, gue juga mau Wyne. Asal lo gak galak gini sama gue." Tyrell meraih lengan Melwyne. Lelaki itu masih saja tak acuh.

"Wyne. Lo tau gue ga punya temen banyak. Gue waktu itu bener-bener bodoh gak pikir panjang. Gue gak pikir bakal kehilangan lo kayak gini." Lelaki itu benar-benar terlihat menyesal. Lagi-lagi Tyrell memandangnya.

"Lo kerja yang bener. Jangan sampai uang yang bokap gue keluarin sia-sia. Posisi yang gue pertaruhkan sia-sia. Jangan sampai lo ngancurin hidup orang lain kedua kali." Kali ini Melwyne menjawab dengan lebih lembut namun tetap tegas.

"Iya gue janji. Tapi please jangan galakin gue terus. Gue takut kalau lo galak-galak gitu." Rengeknya.

Melwyne menarik nafas panjang sambil mengangguk.

***
Melwyne baru saja bersiap tidur malam itu. Ia membuka ponselnya dan membaca pesan Galvin yang belum terbalas.

 Ia membuka ponselnya dan membaca pesan Galvin yang belum terbalas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melwyne tersenyum. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan keinginan membalas pesan Galvin. Kadang tanpa terasa air matanya menetes. Tentu saja lelaki itu juga merindukan tingkah menggemaskan Galvin.

***
"Galaw mulu, jelek ah." Ledek Bayu. Galvin masih menatap ponselnya. Menunggu balasan dari Melwyne.

"Hnggg jahat lo.. lagian lo kenapa malah berantem sih." Rengek Galvin.

"Dih, gue berantem belain lo. Apes aja dia ketemu Bang Tawan juga. Untung gak di gebok sama si Abang." Bayu tak acuh sambil membereskan meja di hadapannya.

Galvin menghela nafas panjang lalu menaruh ponselnya di laci meja kasir.

***
Melwyne masih tak bisa tidur malam itu. Ia memutuskan untuk duduk di balkon kamarnya sambil menikmati segelas anggur.

"Lo masih gak ngobrol sama Galvin, Wyne?" Tiba-tiba Tyrell muncul dan berdiri di sampingnya. Melwyne tak menjawab, hanya mengangguk lalu menyesap anggurnya.

"Maaf ya gara-gara gue lo jadi gak bisa ngobrol sama dia." Kata Tyrell.

"Lo sadar gak sih Rell? Selama ini lo gak pernah menyesali perbuatan lo?" Tanya Melwyne. Lelaki itu mengernyitkan dahinya sambil menatap Tyrell.

"Gue menyesal kok, kan gue bilang minta maaf. Gue bakal minta maaf sama keluarganya kalau lo mau." Jelas Tyrell menatap Melwyne dengan khawatir.

"See? Kalau gue mau. Selama ini lo menyesal karena udah menempatkan gue di posisi gak enak. Lo gak pernah menyesal karena lo udah jahat sama Galvin," Melwyne menenggak anggurnya sampai habis.

"Gue gak dengar tuh lo bilang, iya Wyne gue mau minta maaf karena udah bikin Galvin sakit, menderita kehilangan mimpinya, keluarganya struggle. Selama ini yang gue dengar lo nyesel udah bikin gue gini gitu. Rell. Gue gak kenapa-napa. Yang kenapa-kenapa karena kelakuan lo itu Galvin." Lanjutnya.

Tyrell tak menjawab, pun tak menyanggah kata-kata Melwyne.

Melwyne menghela nafas panjang lalu menatap Tyrell.

"Mending lo introspeksi. Berbenah diri. Kekuasaan bokap lo gak akan selalu ada dan bisa digunakan. Lo gak bisa bergantung sama dia terus." Melwyne mulai menasihati Tyrell.

Rrrrrrrr

Ponsel Melwyne bergetar. Ia melihat ponselnya.

"Lo istirahat sana. Besok kita pesawat pagi." Katanya pada Tyrell yang masih terdiam disana, lalu masuk ke dalam kamar untuk menerima telepon.
***

SPACEmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang