Bab 6 Sesuatu Yang Tidak Diharapkan

40 26 5
                                    

Jumpa lagi dengan Penulis kecil
Semoga Readers tidak bosan membaca novel ini
Yah
Salam hangat dari penulis



“Sebaiknya aku jawab saja pertanyaan darinya. Jika tidak, dia akan terus bertanya padaku, ”ucap Gresina dalam hati kecilnya.
“Maaf Tante, Tante akan segera mengetahuinya setelah kita sampai di rumah sakit, “jawab Gresina.

Mereka hanya saling menatap satu sama dengan ribuan tanya di dalam lubuk hatinya. Namun Dirga sudah menduga jika yang di rawat di rumah sakit adalah putri keduanya. Anak tengah yang selalu membantunya.

“Sudahlah Ma, Nanti kita juga akan tahu sendiri. Sebaiknya mama jangan ganggu Gresina saat tengah mengemudi. “ucap Dirga sembari menatap Reta yang masih tetap saja ingin tahu.
“Tapi Pa, Mama ingin tahu “ucap Reta.
“Sabar, Papa juga ingin tahu siapa yang di rawat di rumah sakit. Dan jika orang lain, kenapa kita di bawa ke rumah sakit, “ucap Dirga.

Dirga hanya berpura-pura tidak tahu untuk menjaga agar Reta tidak mencoba untuk tidak peduli dengan Aleta. Anak yang selalu ia kesampingkan dengan anaknya yang lain.

“Om, Tante, kita sudah sampai. “Gresina menyela pembicaraan mereka sembari menghentikan laju mobilnya.
“Gresina yang akan memberitahu ruangannya. “Gresina berjalan menyusuri lorong rumah sakit bersama mereka berdua.
“Leta, apa yang kau lakukan disini? “tanya Reta sembari berjalan menghampirinya.
“Mama, Papa “ucap Leta terkejut.
“Kenapa Papa dan Mama bisa tahu kalo Aleta ada di rumah sakit? “Aleta berbalik tanya pada Reta.
“Aku yang membawa mereka ke rumah sakit, Leta “jawab Gresina sembari menepuk dadanya.
“Walau bagaimanapun mereka harus tahu keadaanmu yang sebenarnya, “jelas Gresina.
“Mereka tidak pernah peduli padaku, Gresina “ucap Aleta Lirih.

Mereka hanya terdiam mendengar ucapan Aleta. Sebab, selama ini mereka memang selalu seperti itu. Tidak pernah memperdulikan Aleta. Terlebih sekedar menanyakan kabarnya.

“Itu tidak benar, Papa selalu memperdulikan dirimu, Nak “Dirga mengelak.
“Bohong!! “sarkas Aleta.

Aahhh .... Awwww ...

Aleta kesakitan menahan luka di kepalanya dengan telapak tangan saat ia mulai emosi dengan kedua orang tuanya.

“Maaf, saat ini pasien tidak boleh terlalu stres, kelelahan, atau terlalu memikirkan hal yang berat, “ucap dokter Daris.
“Tapi Dok, itu semua sangat tidak mungkin! “Ucap Aleta.
“Nak, yang dikatakan dokter benar. Sebaiknya untuk beberapa waktu ke depan Aleta istirahat saja, “ucap Dirga.
Reta mengepalkan telapak tangannya.
“Lukanya sudah mulai menutup. Akan tetapi, nona Aleta tetap tidak boleh kelelahan dan berfikir yang berat, “ucap dokter.

Aleta dan Gresina menarik nafas dalam-dalam. Akan tetapi, dalam tarikan nafas itu memiliki maksud yang berbeda. Aleta yang bimbang harus bagaimana ia bisa beristirahat. Sedangkan orang tuanya selalu risih saat melihat Aleta hanya duduk diam saja. Dan Gresina yang lega karena ia sudah melihat orang tua Aleta datang dan melihat keadaannya. Meskipun ia juga khawatir jika sepulang dari rumah sakit akan terjadi perdebatan diantara mereka berdua lagi.

Gresina keluar dari ruangan dan menemui suaminya untuk melepaskan beberapa kegelisahan di dalam hatinya. Gresina menjatuhkan tubuhnya ke dada Difta seraya memejamkan matanya sesaat.

“Ada apa? “tanya Difta yang saat itu memeluk Gresina.
“Aku masih mengkhawatirkan dirinya, “jawab Gresina sembari memeluk tubuh Difta.
“Kita sudah membantunya. Sekarang biarkan semuanya berjalan sesuai dengan keinginannya, “ucap Difta sembari menepuk-nepuk punggung Gresina.
“Kau terlalu memikirkan dirinya, “ungkap Difta.
“Kita belum makan sejak tadi pagi. Sebaiknya kita pergi ke restoran terlebih dahulu. Kita tidak boleh ikut campur urusan mereka lagi. Biarkan mereka yang menyelesaikan masalah yang tengah dihadapinya”

Gresina dan Difta pergi meninggalkan rumah sakit agar tidak terlalu ikut campur urusan keluarga mereka. Di sepanjang jalan Gresina meraih telapak tangan Difta yang tengah memegang rem. Saat itu juga mereka saling bertatap-tatapan.

“Apa yang kau lakukan? Aku sedang mengemudi. Jangan melakukan hal macam-macam! “ucap Difta.
“A-aku tidak melakukan apa-apa, “ucap Gresina malu-malu.

Gresina memalingkan wajahnya ke arah jendela mobilnya yang saat itu masih tertutup. Sesekali Difta menoleh ke arah Gresina dengan tawa kecilnya saat melihat Gresina yang manis ketika ia memperlihatkan senyumnya. Difta membuka jendela mobil yang ada di dekat Gresina dan saat itu juga Gresina mengeluarkan sedikit wajahnya keluar jendela mobil.

“Jangan lakukan itu! Jika kau tidak ingin hidungmu menghilang, “ejek Difta.
“Hidungku memang sudah hilang (pesek). Sudah sejak lahir hidungku seperti ini. Atau mungkin sebagian tulang hidungku kau yang mengambilnya, sayang?”
“Mungkin, “ucap Difta sembari menahan tawa.
“Asal kau tahu ya, hidung pesek seperti ini hanya milik wanita cantik sepertiku, ”ucap Gresina.

Tawa Difta semakin lepas saat melihat Gresina memanyunkan bibirnya sembari menyentuh hidung peseknya. Saat itu juga Difta mencubit hidung Gresina yang selalu membuatnya gemas dengan satu tangan mencubit hidung Gresina dan satu tangan lagi mengemudi mobil.

Awww....
“Sakit Tau!! “Ketus Gresina sembari mencengkeram pergelangan tangan Difta untuk mencoba melepaskan tangannya.
“Tidak bisakah kau tidak melakukan ini padaku? “Gerutu Gresina.
“Tidak. Aku sangat suka melakukan hal ini padamu, “jelas Difta.
“Nah, kita sudah sampai. “ucap Difta.

Gresina tertidur saat sudah sampai di sebuah restoran. Saat itu juga Difta memutuskan untuk menggendongnya dan membawa masuk Gresina ke dalam restoran. Beberapa pasang mata menatap jauh mereka. Seakan-akan melihat adegan yang ada di film layar lebar.

Emmmm ......  Mas.....

Gresina terbangun dari tidurnya saat mereka sudah masuk ke dalam restoran. Saat itu juga ia terkejut.
“Mas, jangan gendong aku di keramaian! “ucap Gresina.
“Sudah, diam saja. Biarkan saja mereka melihat kita seperti ini, “ucap Difta.
“Turunin aku mas. Aku malu, “Gresina berbisik ditelinga Difta.
“Kenapa kita harus malu? Kita ini pasangan yang sudah menikah, “jelasnya lagi.
“Sudah lama ya mas kita tidak pergi ke restoran berdua. Menikmati kebersamaan kita, “ungkap Gresina.

Difta mengangkat tangannya seraya memanggil pelayan toko untuk memesan makanan. Saat itu juga Difta menarik buku menu dan ia juga yang memutuskan makanan apa yang baik untuk pasangannya.

“Berikan padaku!! “Difta menarik buku menu Gresina.
“Aku juga mau makan! “ucap Gresina kesal.
“Iya, aku tahu. Tapi biarkan aku yang memesan makanan untukmu. “jelas Difta seraya membuka helai demi helai lembaran buku menu.
“Jika kau memesan makanan sendiri. Kau akan memakan makanan yang sudah dilarang oleh dokter, “ungkap Difta yang saat itu mencoba mengingat makanan apa saja yang tidak boleh dimakan oleh kekasihnya.
“Aku tidak akan memakan makanan yang kau larang, sayang. Jadi, berikan padaku buku menunya. “Gresina mencoba meraih buku menunya.
“Tidak!! “ucap Difta dengan tegas.
“Kenapa aku tidak boleh memesan makanan sendiri, suamiku? “tanya Gresina dengan kesal.
“Aku janji tidak akan melanggarnya, “lanjutnya.
“Kenapa hanya aku yang tidak boleh makan makanan berminyak? Padahal dia juga seharusnya tidak boleh makan hal yang sama. Tapi, kenapa dia memesannya? “gumam Gresina.




Terima kasih sudah membaca novel ini
Setelah membaca jangan lupa follow dan vote cerita ini ya
Author update lagi hari kamis, Sabtu, dan senin🥰

The Biggest Fake Family (Terbit Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang