Bab 21 Adimarga

3 0 0
                                    


“Sial!! “Defrin berjalan keluar dari rumahnya setelah ia berada cukup lama di dalam tempat persembunyiannya.
“Sebaiknya aku temui saja mereka terlebih dahulu. “Defrin berjalan sempoyongan karena kakinya sempat terkilir saat berlari.
Ia begitu kesal dan bingung bagaimana cara membuat Aleta keluar dari tahanan. Sebab, seluruh petugas kepolisian berada di bawah pimpinan ayah Yuari. Hingga saat Aleta dan Yuari masuk ke dalam sel tahanan. Ada seorang polisi yang tidak terpengaruh dengan uang sogokan dari ayahnya Yuari. Pengawal Darlis masih berkeliaran di seluruh penjuru kota dan mereka juga sudah membuat poster yang bergambar wajah Defrin.
Defrin tiba di kantor polisi dengan penyamarannya ia berpura-pura mengunjungi salah satu tahanan yang ada di sana.
“Aku harap tidak ada petugas kepolisian yang mengenaliku. ”Defrin berjalan menuju meja yang menjadi tempat seorang pimpinan polisi.
“Saya ingin menjenguk teman saya yang bernama Karen. ”ucap Defrin sembari duduk di kursi.
“Untung saja Karen masih ada di tempat ini. Mungkin juga dia bisa membantuku. “Defrin menghampiri salah satu sel tahanan bersama seorang polisi.
“Siapa kau? Aku tidak mengenalmu “ucap Karen.
Defrin melepas rambut palsu dan saat itu juga Karen terkejut
“Defrin”
Defrin menutup mulutnya dengan satu jari telunjuknya.
“Tolong pelankan suaramu? Aku saat ini sedang menyamar agar petugas tidak mengenaliku”
“Kenapa tiba-tiba kau menemuiku?”
Sesaat petugas polisi menengok ke arahnya. Akan tetapi, salah satu petugas itu tidak jadi menengok ke arah Defrin. Sebab, pimpinan polisi tengah memanggilnya.
“Hampir saja aku ketahuan, ”desus Defrin seraya mengelus dadanya.
Karen melanjutkan pertanyaannya. “Dan kenapa kau berpakaian seperti ini?”
Defrin berpura-pura bersalaman dengan Karen untuk memberikan sebuah surat yang sudah ia buat beberapa hari yang lalu.


Seraya Defrin perlahan berjalan meninggalkan sel tahanan Karen ia menghampiri Aleta dan juga Riliana.
“Maafkan aku, aku kehilangan beberapa berkas yang bisa menyelesaikan kasus ini”
Aleta memeluk kedua lututnya disudut ruangan saat semua harapannya seakan-akan sirna. Berharap ia bisa terbebas dari tahanan dan bisa melanjutkan hidupnya kembali. Aleta berpesan pada Defrin untuk mengambil ponselnya yang saat itu di sembunyikan oleh pihak polisi. Aleta juga meminta Defrin untuk memegang kartu black card milik Riliana. Akan tetapi, Riliana tidak mengizinkannya dan Riliana tetap meminta Aleta yang memegang kendali atas kartu kredit yang ia miliki.
Sebab...
“Tidak! Aku tidak mengizinkan Defrin memegang kartu kreditku. Karena bisa saja musuh menangkapnya lagi dan menggunakan kartu kreditku untuk kepentingannya sendiri”
“Kartu itu hanya ada satu didunia Aleta! Aku sengaja memberikannya padamu untuk keperluanmu!”
“Senior, pelankan sedikit suaramu, ”bisik Aleta.
“Tidak, pokoknya aku tidak setuju.” Riliana berjalan menuju ranjang tahanannya.
“Lebih baik, kau simpan saja kartu kredit Riliana. Kau lebih membutuhkan itu dibandingkan denganku”
Aleta hanya menangis tersedu-sedu saat Defrin memberitahu hal itu. Ia tidak mengatakan sepatah kata pun untuk menjawab ucapan Defrin. Yang ada dibenaknya saat itu hanyalah ingin keluar dan kembali bekerja seperti biasa.
“Aleta? “Riliana menatap Aleta yang  sudah putus asa.
Sesaat ia menghampiri Aleta dan memeluknya dengan erat. “Maafkan aku. Karena aku, kau masuk ke dalam sel tahanan”
“Seharusnya kau tidak masuk bersamaku. Maafkan aku, Aleta. “Riliana memeluk Aleta semakin erat hingga ia meneteskan air mata.
“Kenapa? kenapa aku harus tertangkap oleh ayah dari Yuari! “Defrin terduduk di depan sel tahanan Riliana.





















The Biggest Fake Family (Terbit Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang