Bab 3 Pasrah dan Menerima Keadaan

95 71 109
                                    

Tidak ada yang menginginkan anak yang kasih sayangnya dibeda bedakan. Akan tetapi, setiap orang memiliki pemikirannya sendiri dan kita sendiri tidak tahu apa yang orang lain pikirkan.

Aleta mengendarai motor tanpa memperhatikan apa pun. Hingga beberapa menit kemudian.
Tin .... Tin ..... Tin ....
Salah satu teman Aleta membunyikan klakson mobilnya untuk menyadarkan Aleta dari lamunannya.
“Aleta!! Perhatikan jalanmu!! “Gresina keluar dari jendela mobilnya untuk memberitahu Aleta bersamaan dengan itu Gresina menekan klakson mobilnya berkali-kali.
Aleta tersadar dan menarik rem motor yang ia kendarai. Saat itu Aleta tidak menyadari bahwa di hadapannya ada sebuah mobil besar yang hampir ia tabrak.
“Aleta!!! “Gresina menghentikan mobilnya dan mencoba untuk membawa masuk Aleta yang saat itu jatuh dari motornya.
Aleta tidak sadarkan diri meskipun tidak ada luka parah ditubuhnya dan keadaan motornya baik-baik saja. Hanya saja yang membuatnya tidak sadarkan diri Aleta mendapat benturan keras dikepalanya.
“Astaga Aleta!! Kepalamu berdarah. “Gresina mengangkat kepala saat itu juga ia terkejut melihat bagian kepala Aleta mengeluarkan darah.
Gresina mengangkat tubuh Karina dan membawanya masuk ke dalam mobil. Setibanya mereka di rumah sakit Gresina meminta dokter untuk merawat temannya itu. Namun....
“Dok, saya mohon berikan perawatan yang terbaik untuk teman saya! “Gresina menyatukan kedua tangannya.
Aleta sadar dari pingsannya dan menyahut ucapan Gresina bersama dokter yang hendak merawatnya di rumah sakit. “Aku tidak ingin di rawat, Gresina. “Aleta mencoba mengangkat tubuhnya dan bersandar di dinding rumah sakit.
“Tapi Leta, kamu butuh perawatan, “ucap Gresina.
“Tidak akan ada yang membiayai perawatan di rumah sakitku nanti. Tidak ada juga yang akan merawatku di tempat ini. Tidak ada yang peduli denganku selain dirimu, Gres, “ungkap Aleta dengan nada lirihnya.
“Aku yang akan membiayai perawatanmu di rumah sakit dan aku juga yang akan merawatmu, Leta, “jelas Gresina.
“Kau sudah berkeluarga. Jika kau selalu mementingkan diriku .... Bagaimana dengan keluarga kecilmu? Aku tidak mau jika suamimu memarahimu, Gresina. “jelas Aleta.

Gresina menghela nafas panjang sembari memikirkan keadaan temannya itu. Iya terlalu peduli dengan Aleta sampai-sampai ia melupakan hal yang lebih penting. Aleta kembali ke rumahnya dengan diantarkan oleh Gresina. Aleta meminta Gresina untuk merahasiakan kejadian dan sakit yang ia alami saat ini.
“Antarkan aku pulang! Aku tidak ingin di rawat di rumah sakit. Jika aku tetap berada di rumah ini .... Itu hanya membuat keributan di rumahku saja. Setiap kali ada peristiwa ibuku selalu saja berdebat dengan ayahku. Bahkan saat aku sakit pun ibuku memilih untuk pergi dan tidak merawatku di rumah. ”ungkapnya.
“Aku akan berusaha sendiri untuk membiayai perawatanmu sendiri. Aku akan rutin tes ke rumah sakit. Jadi kau tidak perlu khawatir, “lanjut Aleta.
“Tapi, lukamu membutuhkan perawatan lebih intensif, Leta. “Gresina bersikeras untuk merawat Aleta di rumah sakit.
Sembab matanya bagaikan tetes air yang hendak jatuh ke Pertiwi
lebam, merah, menahan Isak yang hendak membasahi rona
Menatap wajah dan merah yang masih mengalir dari kepalanya
“Aku tidak apa-apa. Aku mohon jangan menangis! “Pinta Aleta dengan telapak tangan yang masih menutupi luka di kepalanya.
“Setidaknya obati dulu lukamu, Leta. “pinta Gresina.
“Baiklah, aku akan meminta dokter untuk mengobati dan memeriksa lukaku. Tapi, setelah itu aku akan tetap pulang dan tidak ingin di rawat di rumah sakit. “ucap Aleta.
Dokter meminta Aleta kembali ke ranjangnya dan merebahkan tubuhnya untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
“Nona, lukamu harus dijahit. Lubang di kepala Anda sangat lebar. “Jelas Dokter Armadila sembari menyisir rambut di kepala Aleta untuk memeriksa lukanya.
“Jika tidak, nona akan kehilangan banyak darah dan setelah itu akan kehilangan beberapa ingatan, “jelas Dokter Armadila.
“Baiklah Dok, silahkan lakukan perawatan! Gres, jangan hubungi siapa pun dari keluargaku. Meskipun kau menghubungi keluargaku itu semua sia-sia tidak akan ada yang peduli dan datang menengokku, “ungkap Aleta lagi.
Gresina semakin sedih mendengar ucapan Aleta. Pasalnya Gresina selalu mendapatkan perhatian lebih di keluarganya sendiri. Sangat berbeda jauh dari yang dialami oleh Aleta.
“Kenapa nasibmu seperti ini, Leta? “ucapnya lirih dalam hati kecilnya. “Kau juga berhak mendapatkan hak itu. Aku harap kau segera menikah! Agar kau memiliki seseorang yang selalu memperhatikan dirimu dan menjagamu dengan baik.
“Lukaku tidak akan pernah sembuh jika kau tidak berhenti menangis, Leta, “ucap Aleta sembari tersenyum kecil diwajahnya.
“Kecantikanmu berubah menjadi jelek jika kau tidak berhenti menangis. Lihatlah wajahmu dicermin! Make up yang kau pakai luntur dan membuat wajahmu seperti monster dalam dongeng, Gresina. “Aleta mengejek temannya agar berhenti menangis.
“Aku tidak menyangka ... Keluargamu yang dipandang banyak orang seperti ulama bisa melakukan hal itu. Tidak memberikan hak yang sama pada anaknya, “ucap Gresina.
Dalam benak Aleta selalu mencoba untuk cuek dalam keadaan apa pun. Entah itu keadaan keluarga yang selalu dipenuhi dengan drama atau masalah apa pun. Karena menurutnya hanya dengan begitu ia bisa tenang meskipun tanpa kasih sayang orang tuanya.
“Kenapa kau begitu tabah untuk semuanya, Leta? “tanya Gresina. “Aku tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya jika aku berada di posisimu saat ini. Bahkan saat aku berada di rumahmu ... Mereka tidak pernah bisa melihatmu berdiam diri. Mereka selalu berusaha membuatmu terus bekerja. Dan jika kau terlihat bersantai sedikit saja .... Maka mereka pun langsung memarahinya.
Aleta tersenyum simpul diwajahnya seakan – akan apa yang ia alami saat ini hanyalah hal biasa.
“Apakah kau tidak pernah memberontak dan mengatakan apa yang kau inginkan pada orang tuamu? “
“Jika saja adikmu tidak meminta untuk sekolah di perguruan tinggi .... Mungkin nasibmu tidak akan seperti ini. Setiap anak berhak mendapatkan hak yang sama. Wajar saja jika kau iri pada adikmu. Aku juga akan iri jika berada di posisimu saat ini. Mungkin menurutmu ini adalah hal yang sudah biasa. Tapi, menurutku ini tidak benar.
“Mungkin saat itu ibuku terlalu terobsesi dengan anak perempuan. Sehingga ia mencoba melahirkan seorang anak lagi. Akan tetapi, apa yang ia harapkan tidak sesuai keinginan. Sehingga ia melampiaskan semuanya padaku dan memberikan seluruh kasih sayangnya pada adikku Karina, “ucap Aleta Lirih.
“Nona, karena Anda tidak mau dibawa ke ruang operasi dan tetap berada disini untuk menjahit luka Anda. Jadi, kami terpaksa melakukan pemeriksaan dan menjahit luka Anda disini. Untuk semua perawatan ini Anda tidak perlu membayar. “sahut Dokter Armadila sembari memberikan catatan obat.
“Yang benar, Dok? “tanya Gresina.
“Tapi nona harus rutin melakukan pemeriksaan di rumah sakit ini, “lanjut Dokter Armadila. “Luka yang dimiliki cukup dalam. Mungkin memang seharusnya harus dirawat. Tapi, Karena nona bersikeras untuk tetap melakukan rawat jalan .... Kami dari pihak rumah sakit tidak dapat memaksakan nona. “Jelas Dokter Armadila.
“Leta, Tapi jika kau tetap berada di rumah dalam keadaan seperti ini .... Mereka akan menganggap luka yang kau miliki tidak parah ... Dan akan tetap memaksamu untuk terus bekerja, “ungkap Gresina. Bagaimana jika lukamu semakin parah?

The Biggest Fake Family (Terbit Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang