Bab 23 Jalan Berliku

1 0 0
                                    


Saat mereka dalam keadaan terpuruk, saat itu jugalah ada seorang petugas kepolisian yang mendengar pembicaraan mereka dari beberapa hari yang lalu. Ia berniat menolong mereka. Sebab, petugas sipir itu juga tidak menyukai para polisi yang ada di dalam kantornya. Selain itu, ia tidak menyukai tindakan yang dilakukan beberapa polisi yang sudah lama bekerja sama dengan ayah Yuari.
“Apakah aku harus menolong mereka? Aku paling tidak suka jika ada hal seperti ini, ”gumam Fero.
“Tidak, tidak, tidak. Jika aku membantu mereka, maka aku akan diturunkan dari jabatan ku. Tapi, jika aku tidak menolong mereka ... Aku sendiri yang tidak bisa melihat orang yang tidak bersalah dihukum atas keinginan orang bedebah itu. “Fero berjalan ke sana kemarin memikirkan hal yang tengah membuatnya bingung.
Tiba-tiba terdengar suara dukungan kebaikan dari arah belakang.
“Lakukan saja jika itu menyangkut menolong seseorang. Aku akan menjamin pekerjaanmu. Dan tidak akan dipecat dari posisimu. Justru kau akan ku angkat sebagai brigadir dan dia yang berbuat tidak adil akan aku cabut dari gelarnya sebagai komandan. “Jendral laksamana Galuh berjalan menghampiri Fero.
“Dia sudah banyak memakai uang hasil korupsi. Karena bekerja dengan Direktur gila itu. Selama ini memang tidak ada yang menentang dan berani memecat dia karena tidak memiliki bukti korupsi itu. Akan tetapi, aku berhasil menemukan berkas korupsi itu.
“Tapi, jika hanya aku yang berusaha menjatuhkannya itu sangat tidak mungkin “
“Tenang saja, anak buahku akan selalu membantumu. Aku akan memerintahkan beberapa polisi untuk menjagamu”
Saat itu juga ibu Aleta mencari keberadaan Aleta. Sebab, saat ia pergi ke tempat kerjanya ia tidak melihat Aleta. Saat itu Reta ingin meminta bantuan pada Aleta karena keadaan keuangan keluarganya mengalami penurunan. Akan tetapi, Reta tidak bertemu dengan anaknya. Sejak dulu Aleta selalu menjadi tulang punggung keluarga dan kedua orang tuanya bergantung padanya hingga pada akhirnya ia menemukan titik lelah setelah sekian lama ia menjadi tulang punggung keluarga. Reta berpikir bahwa jika seharusnya kakaknyalah yang seharusnya berada diposisi dia saat itu. Saat keluarga tengah membutuhkan bantuannya, Justru kakak Aleta tidak mau ikut andil dalam membantu mereka. Padahal, anak yang selalu disayang Reta dan Dirga mendapatkan bagiannya masing-masing, setengah harga dari harta Dirga sedangkan Aleta tidak mendapatkan apa pun.
Pada dasarnya seorang anak tidak berhak menanyakan tentang bagian dari harta orang tuanya, tanpa terkecuali jika mereka sudah tiada.
Akan tetapi, jika orang tua tidak bisa adil maka sebaiknya jangan memberikan apa pun pada mereka. Jika mereka tidak ingin melihat kebencian dan iri dalam hati seorang anak.
“Pa, kita sudah tidak punya simpanan lagi. Kita juga sudah tidak punya uang untuk mentransfer uang ke adiknya Aleta, Pa”
“Papa juga sudah tidak punya uang lagi, Ma”
“Terus kita harus bagaimana lagi, Pa”
“Papa tidak tahu, Ma”
“Aleta, kita masih punya Aleta, Pa”
“Jangan, jangan minta bantuan apa-apa lagi pada Aleta. Biarkan dia membahagiakan dirinya sendiri. Selama ini dia sudah banyak berkorban untuk kita. Hubungi saja anak kesayanganmu itu. Dia yang seharusnya membantu kita”
“Pa, Dia sudah berkeluarga dan sudah memiliki anak. Tanggung jawabnya sudah besar. Belum jika suaminya mengizinkan dia untuk mentransfer uang ke kita. Jika tidak?”
“Nah, itu juga yang harus kau pikirkan, Ma. Aleta belum tentu mau membantu kita”
“Kenapa tidak? Dia sudah memiliki pekerjaan yang bagus, anaknya penurut dan gajinya juga besar terlebih lagi dia belum mempunyai tanggung jawab yang besar”
“Ma, papa katakan sekali lagi. Jangan meminta bantuan lagi padanya!”
“Cuma dia satu-satunya yang bisa membantuku”
“Ma! Sudah kubilang padamu! Jangan meminta bantuan pada Aleta lagi!” bentak Dirga.
“Seharusnya mama meminta bantuan pada anak pertamamu itu! Dia yang kau berikan banyak harta untuk modal berkeluarga dan modal usaha! Bukan Aleta!”
“Bahkan kau tidak memberikan uang sepeser pun pada Aleta. Apakah kau juga akan memberikan modal saat Aleta menikah nanti? Kau hanya memikirkan Kakak dan adiknya Aleta saja. Sedikit pun kau tidak memikirkan anak tengah yang selalu membantumu. Kau memaksaku untuk menjual lahan pertanian untuk diberikan pada mereka. Tapi tidak untuk Aleta.
“Mama tidak mau tahu! Pokoknya mama akan tetapi meminta bantuan pada Aleta. Dia termaksud anak yang berbakti pada kita. Dan dia juga tidak bisa melihat kita terus mengeluh”
“Kalau kau sudah tahu tentang itu, kenapa kau tetap menyia-nyiakan Aleta dan selalu bersikap tidak adil padanya.” Dirga tersendak dengan tetesan bening yang berjatuhan Sili berganti diwajahnya.
“Tanpa kau sadari, kau mengatakan dengan jelas semua itu. Tapi kau tetap berlaku tidak adil pada anakmu sendiri”
Aleta pergi dengan wajah memerah dalam hatinya menemui Aleta yang saat itu ia tengah menjadi tahanan di penjara. Apakah Reta akan semakin parah jika mengetahui Aleta dipenjara dan semakin berlaku tidak adil padanya?




















The Biggest Fake Family (Terbit Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang