Bab 16 Pertemuan Takdir

2 0 0
                                    



Aleta berjalan menuju kembali ke kantornya. Sebelumnya ia menyimpan baik-baik barang pemberian Riliana di dalam dompetnya. Saat itu Aleta terkejut ketika melihat kartu kredit yang biasa disebut Black card diberikan padanya.
“Dari mana saja kau, Aleta? ”tanya Yuari.
“Disaat keadaan genting kau justru pergi menemui penghianat itu”
“Jangan sembarangan berbicara Senior!! Senior Riliana tidak mungkin melakukan hal jahat seperti itu”
“Apakah kau punya buktinya? Bukti kuat yang menjelaskan bahwa Riliana bukan pelaku kejahatan. Jangan sok pahlawan deh! Kamu baru di rumah sakit ini. Sedangkan aku sudah lama bekerja di tempat ini dan jauh sudah lama mengenalnya. Dia hanya baik di hadapan semua orang. Tapi, di belakang ia busuk!”
“Cukup!!”
“Jaga ucapanmu Yuari!!”
“Oh!! Jadi sekarang kamu berani memanggilku dengan namaku! Kamu mulai kurang ajar ya! Di mana sopan santunmu padaku? Saat kamu baru masuk menjadi karyawan di rumah sakit ini kamu tidak berani memanggilku dengan sebutan nama. Tapi sekarang kamu berani ya.
“Orang sepertimu tidak pantas untuk dihormati!!”
“Apa yang diberikan Riliana padamu hingga kau membelanya mati-matian?”
“Oh. Aku tahu. Pasti karena dia sudah memberimu pekerjaan di Rumah sakit ini, Bukan?”
“Kau membalas budinya dengan membela penghianat itu mati-matian. Atau kau yang justru dalang dibalik peristiwa yang terjadi di rumah sakit?”
Yuari terus menyudutkan posisi Aleta hingga menjadi tontonan bagi para karyawan yang bekerja di rumah sakit itu. Tuduhan yang diberikan Yuari pada Aleta membuat para karyawan berbalik menyalahkan Aleta sebagai dalang dibalik peristiwa yang terjadi di rumah sakit itu. Yuari berusaha untuk menjatuhkan citra Aleta di hadapan para karyawan dan saat itu juga Yuari ingin menjebloskan Aleta masuk ke dalam. Penjara bersama Riliana.
“Benar,  Aku memang ingin membalas Budi pada Senior. Karena karyawan selain dirimu yang mengenal lebih jauh lagi.
“Kau hanya berusaha menjatuhkan Senior. Rencana licikmu membuat keadaan semakin memburuk!!”
“Kalian dengar sendiri. Dia ingin membalas Budi pada Senior kesayangannya. Akan tetapi, sebelum ia membalas Budi Riliana .... Ia menjebloskan Riliana ke dalam penjara dan menyusun semua rencana ini”
“Omong kosong apa lagi yang kau katakan Yuari. Kau mencoba menghasut para karyawan untuk membenciku dan menjebloskanku ke penjara?”
“Kalian jangan percaya begitu saja padanya. Dia hanya membual saja!”
“Jika kau bilang aku hanya membual saja. Terus mana buktinya!”
“Tunjukkan buktinya di hadapan semua karyawan!”
“Justru kau yang hanya membual! Membuktikan ucapanku saja kau tidak bisa. Apalagi kalau membuktikan Riliana bersalah atau tidak”
“Aku beri kau waktu 9 bulan. Jika kau berhasil membebaskan Riliana aku tidak akan memenjarakanmu. Tapi, jika kau tidak bisa. Maka kau juga akan masuk ke dalam penjara.
“A-apa!! Kenapa kau juga ingin memasukkan ku ke dalam penjara? Aku hanya membela yang benar!”
“Yang kau bela justru membuatmu masuk penjara. Kau orang baru disini. Jadi jangan ikut campur dalam masalah ini jika kau tidak ingin masuk penjara juga sepertinya.
“Ayah, ini adalah kesempatanmu untuk menggantikan posisi tua Bangka itu, “ucap Yuari dari hati kecilnya.
“Dengan tergantikannya posisi Riliana dan Posisi Presdir semua orang yang menghalangiku akan aku hancurkan,”
Dalam kasus ini ayah Yuari yang juga termaksud pejabat besar dalam sebuah perusahaan memanfaatkan kesempatan ini untuk menggantikan posisi Presdir. Mata-mata yang selama ini mengintai di rumah sakit Riliana kembali ke kantor rumah sakit umum yang ada di desa untuk memberitahu ayahnya Yuari.
“Tuan, Rumah sakit Grup AP tengah mengalami kegaduhan dan saya mendengar dari mata-mata yang ada di sana Presdir mengalami koma dan putrinya masuk sel tahanan karena kasus penghinaan, ”jelas asisten Presdir Jinario.
“Bagus, ini adalah kesempatanku untuk membalasnya. Perintahkan seseorang untuk mengintai rumah sakit. Dan pastikan dia berbuat sesuatu untuk membuat presdir tidak sadarkan diri untuk selama-lamanya!”

Semua Karyawan menatap Aleta dengan sinis seraya berbisik-bisik pada karyawan lainnya. Mereka semua percaya dengan bualan Yuari. Akan tetapi, lagi-lagi seseorang datang dan membuat para karyawan berubah pikiran dan tidak jadi berburuk sangka pada Aleta. Seorang pria yang memakai jas hitam dengan pita bunga mawar di sakunya. Pria itu tinggi semampai dengan kulit putih dan hidung mancung serta potongan rambut yang selalu menjadi daya tarik tersendiri. Dengan sepatu pantofelnya ia berjalan menghampiri kerumunan yang tengah merudung Aleta. Pria itu membawa sebuah tas di satu tangannya.
“Yang dikatakan oleh Aleta itu Benar. Jangan percaya dengan wanita licik itu!! Dia hanya ingin menjatuhkan musuhnya saja!”
“Siapa dia?”
“Pria tampan itu. Apakah dia orang penting yang akan menggantikan posisi Presdir?”
















The Biggest Fake Family (Terbit Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang