Bab 5 Bukan Rumah Yang Sebenarnya

50 33 9
                                    


Terima kasih sudah berkenan membaca cerita ini


Jangan lupa vote dan komen di akhir cerita


Beberapa orang terpaksa bersabar untuk memenuhi keinginannya dan memilih untuk mengalah saja demi kedamaian dalam keluarga.





Setiap kali Aleta menginginkan sesuatu atau meminta sesuatu selalu saja dijadikan perdebatan oleh ibunya sampai-sampai Aleta memilih untuk menenangkan mereka dan berkata....


Aleta tiba di rumah setelah mencari rumput dan datang menghampiri mereka untuk melerai perdebatan yang selalu dibuat oleh ibunya.


"Sudahlah Ayah, turuti saja kemauan Mama. Lagi pula yang dikatakan mama ada benarnya. Umurku juga masih belum terlalu tua dan aku juga masih terlalu muda untuk menikah"


Aleta kembali harus bersabar demi keinginannya sendiri. Entah sampai kapan Aleta harus bersabar. Mungkin sampai ia menikah Aleta akan tetap seperti itu. Bisa dibayangkan jika Aleta seorang pria.


"Saat ini Karina lebih membutuhkan uang itu, Pa. "Karina menepuk pundak ayahnya. Mencoba untuk meyakinkan ayahnya untuk mengalah pada ibunya.


"Baiklah, Ayah akan mengalah untuk kali ini. Tapi, jika suatu saat nanti Aleta menikah. Ayah tidak akan mendengar ucapan mama. Dan tidak akan peduli lagi. "Dirga berjalan meninggalkan mereka dengan kekesalannya.


"Seharusnya kamu itu sebagai pengganti kakakmu bisa diandalkan, Leta!! "ketus Reta.


"Mama sudah membesarkan kamu sampai sekarang! Seharusnya kamu sudah bisa membantu keperluan keluarga ini!"


"Aleta akan bekerja lebih keras lagi Mah. "Aleta meletakkan telapak tangannya di kepala.


Luka yang disebabkan oleh kecelakaan pada waktu itu masih belum pulih. Hingga saat ini, saat Aleta berpikir terlalu keras, darah dari luka itu keluar hingga membuat sehelai rambutnya basah. Lantas Aleta bergegas meninggalkan ibunya yang tengah emosi menuju ke kamar untuk menghubungi seseorang.


"Siapa yang harus aku hubungi disaat seperti ini? Tidak mungkin aku mungkin aku menghubungi Gresina sekarang. Pasti sekarang dia lagi sibuk mengurus keluarganya. "Aleta membaringkan tubuhnya diatas ranjang seraya berpikir apa yang harus ia lakukan.


"Lagi-lagi aku dan Ayah harus bersabar untuk diriku. Ayah yang selalu membelaku selalu kalah oleh mama. Sebenarnya aku tidak ingin ayah seperti ini dan aku juga tidak ingin ayah selalu mengalah pada mama.


"Kenapa Aku yang harus selalu bersabar, seperti ini, seperti yang tidak pernah diharapkan, "gumam Aleta.


"Haruskah aku yang selalu bersabar? Aku hidup dan tinggal di sebuah rumah. Tapi rumah yang tidak pernah memberiku kenyamanan dan kasih sayang. Ini bukan rumah. Ini hanyalah sebatas persinggahanku."


Linangan nirwana yang tiba di wajah lembut Aleta mulai berjatuhan. Bagaikan embun yang tak terlihat merutuki kesedihan dalam hatinya. Jemari lentiknya perlahan dengan atau tidak sadar mengusap embun di pelupuk matanya .


Luka diujung kepalanya semakin parah. Saat Aleta bersedih atau terlalu banyak yang dipikirkan itu akan berdampak pada lukanya.


Aahhh .... Awww ....


Aleta secara refleks menyentuh lukanya yang mengeluarkan darah dengan telapak tangannya.


"Sebaiknya aku pergi ke dokter. "Aleta beranjak dari pembaringannya segera bergegas berganti pakaian lalu keluar dari kamarnya.


"Nak, kau mau pergi ke mana?" Dirga menengok kearah Aleta yang baru saja keluar dari kamarnya.


"Pergi ke tempat teman kerja, Yah. Aleta barusan mendapat kabar kalau ada pekerjaan yang datang tiba-tiba. "jelas Aleta.


"Nak, apakah kau baik-baik saja? "tanya Dirga.


"Aku tidak apa-apa, Ayah. Letha hanya sedikit pusing saja. "Jawab Aleta.


Aleta menghampiri ayahnya dan mencium tangan Dirga. "Letha pergi dulu ,Ayah. "Aleta berjalan keluar rumah.


Setibanya Aleta di depan halaman rumahnya, Gresina keluar dari mobil bersama suaminya.


"Letha? Kau mau pergi ke mana? " Gresina menghampiri Aleta yang hampir jatuh karena tidak kuat menahan sakit dikepalanya.


"Aku dan suamiku memutuskan untuk menengokmu. Tapi, kau sudah mau pergi. "Gresina membopong Aleta untuk duduk di teras rumahnya.


"Aku mau pergi ke dokter. Sepertinya lukaku masih belum kering, "ucap Aleta Lirih.


"Astaga Letha, Darah yang keluar dari kepalamu sangat banyak. "Gresina terkejut saat darah itu keluar hingga ke leher Gresina.


"Mas, tolong angkat Aleta ke dalam mobil. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit. "Gresina membuka pintu mobilnya.


Gresina duduk di kursi belakang bersama Aleta. Sedangkan suaminya duduk di kursi depan seorang diri. Dalam perjalanan ke rumah sakit kepala Aleta terus mengeluarkan darah sampai membuat pakaian Gresina dipenuhi darah. Aleta tidak berhenti merintih di sepanjang jalan.


"Mas, apakah masih jauh dari rumah sakit? "tanya Gresina.


"Sabar, sebentar lagi kita akan sampai. "jawab suami Gresina sembari memutar kemudi mobilnya.


Beberapa menit kemudian.....


"Mas, Aleta pingsan! "Ucap Gresina.


Saat itu Gresina hendak mengangkat tubuh Aleta. Namun, saat ia hendak melihatnya, Aleta sudah tidak sadarkan diri. Suami Aleta berinisiatif untuk mengangkat tubuhnya. Dengan berlari ia membawa Aleta menuju ruangan. Jauh sebelum itu suami Gresina meminta istrinya untuk menghubungi keluarga Aleta.


"Cepat! Hubungi keluarganya. Kita tidak punya banyak waktu. "Suami Gresina segera berlari menyusuri lorong rumah sakit.


Gresina berinisiatif untuk langsung menjemput keluarga Aleta untuk mempercepat waktu. Sebab, keluarga Aleta hanya Aleta yang memiliki ponsel pintar (Android). Orang tua Aleta hanya memiliki ponsel yang orang miliki pada zaman dahulu (Hp Nokia).


"Sebaiknya aku jemput saja mereka. Jika aku menghubunginya .... Seingatku Aleta pernah bilang kalau orang tuanya tidak punya Hp Android. "Gresina membuka pintu mobilnya lalu menyalakan mesin mobilnya.


Gresina melaju dengan kecepatan tinggi hingga hampir menabrak seorang anak kecil. Untungnya Gresina berhasil menghentikan laju mobilnya dan segera memindahkan anak kecil itu ke halte segera setelah itu Gresina berlari untuk masuk ke dalam mobil.


"Semoga saja mereka ada di rumah. "Gresina menutup pintu mobilnya dan mulai menyalakan mesin mobilnya.


Gresina tiba di rumah Aleta


"Om, Tante, sebaiknya kita pergi ke rumah sakit. Gresina datang ke rumah Om dan Tante untuk menjemput Om dan Tante, "ucap Gresina.


"Kenapa Om dan Tante harus pergi ke rumah sakit, Gresina? "tanya Reta.


"Siapa yang tengah di rawat di rumah sakit? "Sahutnya.


"Om, Tante, tanyanya nanti saja. Sekarang kita harus cepat pergi ke rumah sakit. " ucap Gresina sembari membukakan pintu mobil belakangnya untuk mereka.


"Nak, bisakah kau menjelaskan pada kami? Jangan buat kami bingung seperti ini? "tanya Reta.


"Maaf, aku tidak bisa memberi tahu kalian, "ucap Gresina dalam hati kecilnya.


"Jika aku mengatakan bahwa Aleta yang dirawat di rumah sakit aku takut kalian akan memulai berdebat dan tidak segera pergi ke rumah sakit"


"Kalian seharusnya bisa menjadi contoh untukku dan Aleta. Kalian orang tua yang tidak bisa menjadi panutan bagi anak-anaknya, "ucapnya lagi dalam hati.


"Nak, Kenapa tidak menjawab pertanyaan Tante? "tanya Reta lagi.



Semoga para Readers menyukai karyaku yang satu ini


Terima kasih sudah berkenan mampir


Dan jangan lupa vote dan follow akun WPnya🥰





The Biggest Fake Family (Terbit Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang