“Saat itu, mama dan papa tidak pernah memedulikan aku. Mama dan papa selalu membiayai kakak dan adikku. Bahkan saat aku ingin makan dengan suapan dari mama, mama justru membentakku dan mengatakan jika aku harus mengalah dengan adikku. Padahal yang seharusnya mengalah adalah kakakku bukan aku”
Pikirannya semakin kalut saat tidak ada yang Aleta harapkan untuk kebebasannya kepergiannya dari rumah orang tua justru membuatnya semakin menderita. Akan tetapi, jika ia kembali, mungkin itu akan menambah beban dalam benaknya. Aleta tidak tahu harus bagaimana lagi. Saat-saat seperti ini ia hanya teringat dengan masa kecilnya yang selalu bersedih.
“Ma, Aleta ingin dibiayai seperti mama papa membiayai semua keperluan kakak dan adik, ma”
“Maaf Aleta, mama dan papa sudah tidak memiliki uang lagi untuk membantumu”
Aleta hanya pergi meninggalkan dia setelah mendengar ucapan itu. Padahal yang ia tahu mamanya masih menyimpan uang banyak di dalam kamarnya. Akan tetapi, Aleta berpikir mereka tidak mau membantunya.
“Aku tahu mama punya uang banyak. Tapi kenapa disaat aku membutuhkannya mama tidak ingin uangnya dipakai untuk keperluanku?”
“Tidak bisakah mama adil padaku? Kakak dan adik dibuatkan makanan yang lezat. Sedangkan aku diberikan setengah dari makanan itu. Mama mengirim makanan untuk adik yang diluar kota. Tapi kenapa semuanya tidak disisakan walau hanya seujung kuku saja untukku”
Tersirat sebuah lukisan yang mengurai derai air mata saat ia merasakannya. Linangan air mata yang berhamburan jatuh membasahi potret wajah cantik itu.
Ia, yang dahulu merona dengan ukiran tangannya. Kini tergores dengan linangan air mata duka. Berjalan dengan tertatih menuju pembaringannya.
“Seharusnya mereka memperlakukan kakakku seperti itu. Karena kakaklah yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga”
“Dunia tidak pernah mengatakan itu tidak adil bagiku. Tapi dunia mengatakan itu adil bagiku. Sebab mama papa memberikan sisa harganya untuknya. Tanpa kerja keras dan jeri payah. Kakakku hanya tinggal menikmatinya. Mendapatkan modal menikah, modal usaha, sekaligus mendapatkan pekerjaan dan rumah baru untuk hidup berdua bersama istri dan anaknya “
“Itu tidak adilllll!! Tidak adil!!” Aleta berteriak histeris di dalam rumahnya saat itu.
Aleta mengunci dirinya di dalam kamar dan memorak-porandakan seluruh barang yang ada di dalam kamarnya hingga tak ada satu pun barang yang terlihat rapi. Aleta menangis tersedu-sedu sampai ia terbaring lemah diatas kasurnya hingga beberapa menit Kemudian Aleta tidak sadarkan diri. Tidak ada satu pun ayah atau ibunya yang menghampiri Aleta saat itu meskipun saat itu mereka mendengar teriakan Aleta. Aleta tersadar dari pingsannya seorang diri karena saat itu ayah dan ibunya tidak mengetuk pintunya sama sekali. Aleta kembali bangun menatap ke sebuah cermin yang menempel pada lemarinya. Sesaat ia melempar cermin itu dengan sebuah kotak yang tidak membuat cermin itu pecah sama sekali. Lalu ia kembali menatap telapak tangannya dan saat itu juga Aleta berpikir untuk memukul cermin itu dengan telapak tangannya.
Aleta kembali histeris dan menangis tersedu-sedu.
“Biarlah!! Aku tidak akan mengobati luka ini. “
Aleta berpikir untuk kembali kabur dari rumah untuk yang ke sekian kalinya. Jauh sebelum ia melarikan dan mengalami kecelakaan maut dan bekerja di rumah sakit. Aleta sempat pergi dari rumah.
“Rumah ini sudah tidak ada tempat lagi bagiku. ”Aleta mengemas barang-barang dan pakaiannya ke dalam tas.
“Aku akan pergi. Untuk yang pertama kalinya aku meninggalkan rumah derita ini. “pandangan Aleta menuju ke segala arah.
“Selamat tinggal, Ma, Pa.” Aleta menggendong tasnya dan pergi dari rumah.
Saat itu Orang tua Aleta sama sekali tidak peduli meskipun mereka melihat Aleta membawa barang-barangnya dari rumah dan pergi meninggalkan mereka.
“Mau pergi ke mana aku? ”gumam Aleta.
“Aku tidak tahu harus pergi ke mana. “Aleta terus berjalan tanpa tujuan dengan menggendong tas ransel dan kopernya.
Hingga akhirnya Aleta pergi ke sebuah pondok pesantren untuk menempuh pendidikan agama selama 3 tahun lamanya. Namun, setelah itu ia keluar dari pondok pesantren dan kembali ke rumahnya. Meskipun pada akhirnya ia kembali kabur dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Biggest Fake Family (Terbit Cetak)
Teen FictionKisah Aleta yang memiliki saudara kembar. Namun dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang sama dengan kakak dan adiknya. Aleta selalu saja mengalah dan tetap berusaha berbakti pada orang tuanya meskipun terkadang apa yang sudah banyak ia lakuka...