Bab 9 Buah dari ketabahan

22 11 8
                                    

"Ya!! Aku akan pergi dan hanya kembali setelah aku mau menikah!! Aku akan tetap meminta hakku sebagai anak, yaitu aku minta ayahku menikahkan ku dengan pria pilihanku! "Aleta berbalik badan dan menjawab pertanyaan Reta.


"Dasar!! Anak tidak tahu diri!! "teriak Reta.


"Aku seperti ini juga karena Mama dan papa!! Kalau aku tidak tahu diri. Lalu bagaimana dengan mama dan papa yang pilih kasih dalam kasih sayangnya!! "Gertak Aleta.


"Kalianlah yang membuatku seperti ini!! Karena kalian aku jadi anak yang kalian anggap tidak tahu diri!! "lanjutnya.


"Leta!! Kembali!! "Reta kembali mengejar Aleta. Namun, Aleta sudah jauh dari pandangan matanya.


"Jangan harap aku akan kembali ke rumah ini!! Aku akan kembali setelah aku menemukan pendamping hidupku!! "sesaat Aleta terhenti dan menoleh ke belakang seraya berteriak kearah ibunya.

Aleta berlari dengan menarik koper dan beberapa tas ranselnya. Karena di sekitar rumahnya tidak ada taksi atau ojek online. Aleta terpaksa berjalan kaki menuju kos-kosannya. Aleta tiba di kos-kosannya lalu merapikan barang-barang yang sudah ia bawa dari rumahnya.

Setelah beberapa bulan lamanya ia bekerja.....

"Alleta ini gaji pertamamu. "Seseorang datang memberikan uang hasil kerja kerasnya selama 3 tahun pada Aleta.


"Sebaiknya aku mengirimkan uang pada Ayah. "Aleta membuka amplop yang berisikan uang gajiannya.


"Walau bagaimanapun, mereka hanya bergantung padaku. Kebutuhan dapur jika tidak aku bantu mereka tidak akan makan. Karena ayah yang selalu malas bekerja dan mengeluh tentang penyakit ringannya.

Hemmmmm

Alleta menghela nafas panjang sembari menarik beberapa lembar uang dari dalam amplop. Akan tetapi, Aleta memasukkannya kembali. Sebab ia ingat uang di atmnya masih tersisa beberapa lembar uang. Jadi, Alegra memutuskan untuk menghabiskan uang yang ada di dalam kartu atm itu untuk orang tuanya dan mengisi ATM yang sudah kosong itu dengan uang gajiannya.

"Apa sebaiknya uang ini aku titipkan saja pada keponakan aku? "gumam Aleta sembari menatap uangnya. "Tapi, sebaiknya tidak. Aku pakai ATM-ku saja untuk mentransfer uang. "Akhirnya Aleta pergi menuju sebuah bank untuk mentransfer uang.

Aleta memiliki beberapa ATM di dompetnya yang satu ATM yang baru saja ia buat yang satunya lagi ATM yang sengaja ia rahasiakan nama pemiliknya agar lebih aman.

"Aku pakai saja ATM yang memakai nama palsuku. "Aletta menarik sebuah kartu ATM dari dompetnya. "Dengan begini mereka tidak akan ada yang tahu jika aku mengirimkan uang pada mereka, "lanjut Aleta.


"Sebaiknya aku menabung untuk membeli kendaraan. Meskipun jarak dari kos-kosannya menuju rumah sakit tidak terlalu jauh. Kendaraan yang aku beli bisa ku pakai untuk pergi kemanapun, "ucap Aleta.


"Atau aku beli mobil saja ya sekalian? Gaji di rumah sakit ini sangat besar. Jika untuk membeli rumah dan kendaraan bermotor saja pasti masih sisa, "gumam Aleta.


"Itu ide yang bagus. "Riliana berjalan menghampiri Aleta saat tengah menarik uang yang ada di dalam mesin ATM.


"Ikhlaskan semua yang terjadi. Mungkin jika hanya berbicara saja itu mudah. Dan untuk melakukan hal yang baru saja aku ucapkan itu yang sulit. Tapi dengan ikhlas akan memudahkan setiap jala. Yang kau tempuh.

Aleta tersenyum simpul saat mendengar nasihat dari Riliana.

"Entah kenapa aku merasa sangat dekat denganmu, "ucap Aleta.


"Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu. Kita seperti pernah saling mengenal dan memiliki ikatan yang kuat. Tapi aku tidak tahu apa yang membuat itu terjadi.


"Nanti malam, ada pekerjaan yang harus kau kerjakan. Aku diminta atasan untuk menyampaikan hal ini. Mungkin karena bos kita menganggap kita sudah kenal sebelum kita bertemu di tempat kerja. Oh ya, bagaimana dengan lukamu? Bulan depan kau harus memeriksakan lukamu itu.


"Apakah ini tentang hasil lap laboratorium? "tanya Aleta.


"Benar, meskipun kau hanya lulusan SMA. Tapi, aku yakin kau dapat mengerjakan tugas itu dengan baik, "ucap Riliana.


"Aku belum pernah menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium, Liana "ungkap Aleta.


"Sebenarnya ini bukan tugasku. Tapi ini adalah tugas untukku. Pak bos memintaku untuk mengajari dirimu tentang laboratorium. Saat pihak rumah sakit mengeluarkan pengumuman bahwa rumah sakit membutuhkan karyawan sebenarnya ada dua posisi kosong. Posisi itu Office Girl dan laboratorium. Karena saat ini banyak sekali pasien yang melakukan cek up medis dan tidak adanya yang menangani bagian laboratorium. Jadi pihak rumah sakit memutuskan untuk memindahkan Aleta ke bagian Laboratorium.


"Tapi, aku belum berpengalaman di bidang laboratorium. Bagaimana jika aku membuat kesalahan? "ucap Aleta.


"Ada seseorang yang akan membimbing untuk memahami pekerjaan di bagian Laboratorium, "jelas.

Wajah bahagia Aleta terlihat jelas saat ia mendapatkan kenaikan jabatan karena kegigihan dan kesabarannya selama ini diperhatikan oleh pihak rumah sakit.


Terkadang ketika kesabaran itu terpaksa justru akan membuat kita terbiasa untuk bersabar


Sabar dalam hal apa pun. Dalam pekerjaan ataupun ujian yang seseorang hadapi.

"Untuk bagian Official Girls kamu tidak perlu khawatir. Bagian itu sudah ada yang mengisi. Jadi, kamu bisa fokus untuk magang di bagian Laboratorium, "jelas Riliana.

Riliana memanggil karyawan lain untuk memberikan seragam baru untuk Aleta dan meminta untuk berganti pakaian di sebuah toilet. Sebelumnya Aleta hanya memakai seragam karyawan bawahan sebagai Office Girl. Karena pada waktu itu pihak rumah sakit hanya menguji seberapa gigih dan tekunnya ia bekerja diposisi itu.


Pada saat itu Aleta sering mendapat cemoohan dari karyawan lain dan bullying yang hampir membuatnya tak berdaya. Beberapa orang yang tidak menyukainya karena dekat dengan Riliana menyiram Aleta dengan air panas di bagian kakinya.

"Banyak karyawan rendahan yang menginginkan posisi laboratorium, Aleta. Tapi, pihak rumah sakit hanya memilih 1 diantara jutaan karyawan di rumah sakit ini untuk menggantikan posisi karyawan yang sebelumnya.


"Sebenarnya ada apa dengan karyawan yang bekerja di laboratorium itu, hingga ia digantikan dan baru sekarang mendapatkan gantinya? "tanya Aleta.


"Dia dibunuh oleh salah satu karyawan di tempat ini. Aku harap kamu lebih berhati-hati, Aleta. "ucap Riliana.


"Entah kenapa aku sangat mengkhawatirkan dirimu. Aku merasa kita seperti memiliki hubungan darah, "lanjut Riliana.


"Aku tidak akan mengecewakanmu, Riliana. Seseorang yang memberiku pekerjaan penting seperti ini, "ucap Aleta.


"Aku harus pergi. Ada yang ingin aku beli. Beberapa bahan makanan dan perlengkapan rumah yang masih belum tercukupi, "lanjut Aleta.


"Apakah uang itu cukup? "tanya Riliana.


"Tentu saja, gaji dari rumah sakit sudah lebih dari cukup. Aku sudah menyisihkan uangku untuk ditabung, "jelas Aleta.

Aleta berjalan meninggalkan Riliana di depan mesin atm. Saat beberapa jam kemudian, Riliana menabrak seorang perempuan muda yang berjalan menuju kearah yang berlawanan.

"Ahhh .... Maaf, Aku tidak senga.... "belum selesai Aleta berbicara wanita itu sudah jauh dari pandangan matanya.

Sorot mata tajam dengan seringainya yang menyudut ke tepi bibir membuat Aleta mengetahui bahwa dia sangat tidak menyukai Aleta.


The Biggest Fake Family (Terbit Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang