Bab 7 Keluarga Toxic

10 9 3
                                    

Salam hangat dari Author
Maaf kalo author Cuma bisa up satu bab yah


“Ayo, kita sebaiknya pulang ke rumah! “Difta menggandeng tangan Gresina.
“Tapi, aku masih ingin tetap berada didekat Mereka, “ucap Gresina.
“Bukankah aku sudah bilang? Jangan ikut campur urusan mereka lagi! Aku gak mau istriku terseret masalah mereka! “ucap Difta dengan tegas.
“Baiklah, aku akan menuruti perintahmu “ucap Gresina dengan murung.
“Bukannya aku melarangmu untuk membantu mereka. Tapi, aku tidak ingin istriku terkena masalah. Hidup kita sudah damai, sayang. “Difta berjongkok di hadapan Gresina sembari menyentuh wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Saat itu juga Gresina tersipu malu. Mereka kembali untuk berpamitan dengan Keluarga Aleta dan pulang ke rumahnya. Meskipun berat ia meninggalkan temannya. Karena saat ini ia tahu bahwa Aleta membutuhkan dukungan dari seseorang. Akan tetapi, ia juga tidak bisa membantah perintah suaminya.
“Aleta maaf, kami harus pulang terlebih dahulu. Semoga kau cepat sembuh. “Gresina memeluk erat-erat tubuh Aleta yang masih terhubung dengan selang infus.
“Kau tidak perlu mengkhawatirkan diriku. Aku akan baik-baik saja meskipun seorang diri, “ucap Gresina.
“Meskipun aku tidak yakin dengan ucapanmu. Tapi aku harap semua yang kau alami cepat selesai. “lanjutnya lagi.
Gresina dan Difta dengan berat hati meninggalkan Aleta. Gresina perlahan berjalan keluar dari ruangan Aleta dengan linangan air mata yang mengalir bersama Isaknya. Dan saat itu juga Difta memeluk erat tubuh istrinya sembari berjalan menyusuri lorong. Difta memutuskan untuk mengangkat tubuh Gresina karena menurutnya ia tidak ingin melihat istrinya terus menerus menangis.
“Aku akan membawamu ke suatu tempat, sayang. “Difta menurunkan Gresina ke dalam mobil
“Kita mau pergi ke mana lagi? “tanya Gresina sembari mengusap air matanya.
“Istriku yang cantik, manja dan manis. Aku akan membawamu ke tempat yang paling kau sukai, “jelas Difta.
“Sepertinya aku tahu. Kau mau bawa aku ke sebuah kedai kue bukan? Tempat dimana kita pertama kali kencan, “ungkap Gresina.
“Kau masih ingat dengan hal itu, sayang? “Gresina menatap Difta dengan lekat.
“Bagaimana aku bisa melupakan hal itu, sayang? Saat itu adalah saat yang paling membahagiakan bagiku. Sama seperti saat aku dan kau menjadi satu dalam tali pernikahan, “ucap Difta sembari memandang langit yang cerah dengan mengenang masa lalunya.

Gresina mengirimkan pesan singkat melalui ponselnya untuk Aleta dan memberitahu Aleta bahwa ia tidak bisa lebih lama berada di dalam rumah sakit.

“Sebaiknya aku
memberitahu Aleta. Jika aku tidak bisa menemaninya lagi di rumah sakit. “gumam Gresina sembari menekan tombol keyboard di ponselnya

Disisi lain, wajah Aleta memerah seakan-akan ia tidak menyukai keberadaan orang tuanya. Namun, karena keadaannya saat itu masih sangat lemah. Aleta hanya dapat memandang mereka dengan emosi.

“Apa yang kau lakukan di tempat ini? “Reta bertanya dengan nada tingginya.
Aleta hanya memalingkan wajahnya saat Reta bertanya seperti itu.
“Apa mama tidak bisa melihat? Aleta sedang tidak baik-baik saja. Dia sedang sakit. Lihat!! Kepalanya berlumuran darah di bagian yang diberi perban. Perhatikan baik-baik!! Jangan hanya mementingkan ego mama saja. Tapi perhatikan juga perhatian Aleta.
“Papa ini, selalu saja membela Aleta. Sedangkan kita masih punya Adiknya Aleta yang membutuhkan banyak biaya. Ayo!! Cepat pulang! Kalau kamu terus-terusan di rumah sakit yang ada Cuma menghabiskan banyak uang saja.
“Papa sama mama aja yang pulang duluan. Aku nanti juga akan pulang. Pulang di tempat dimana gak seharusnya aku ada disitu. Mama gak usah khawatir. Biaya pengobatanku bisa aku tangani sendiri. Aku bisa tanpa bantuan mama dan papa. Lagi pula mama dan papa tidak pernah membantuku.
“Ayo Pa, kita tinggalkan tempat ini! Dia sudah merasa hebat bisa membiayai pengobatannya sendiri. ”Reta berjalan keluar ruangan rawat inap pasien.
“Ia sebaiknya kalian pergi saja! Aku gak butuh keluarga toxic seperti kalian. “umpat Aleta sembari memalingkan wajahnya.
“Percuma saja jika aku bekerja keras untuk kalian. Jika kalian hanya memanfaatkan aku sebagai anak tengah, “gumam Aleta.

Kedua orang tua Aleta pergi meninggalkan ruangan Aleta. Dengan linangan air mata sang ayah yang tanpa henti dan pandangan matanya yang tetap saja menatap Aleta. Aleta menangis sesenggukan merasakan sakit dikepalanya dan juga memikirkan perlakuan kedua orang tuanya.

Dirga melepaskan tangan Reta yang mendorongnya keluar ruangan seraya berkata, “Ini semua salah mama!, “Dirga menuding Reta dengan jari telunjuknya seraya membentak Reta.
“Kalau mama tidak pernah bersikap seperti itu pada Aleta. Mungkin hal ini tidak akan terjadi!,” ucap Dirga kesal. “Papa tidak mau tau. Pokoknya papa akan mencari cara untuk membiayai perawatan Aleta sampai benar-benar pulih! “Dirga berjalan meninggalkan Reta yang semakin kesal.
“Papa ini selalu saja membela Aleta, ”ketus Reta.

Disisi lain Aleta masih tetap dengan keadaannya. Iya terus menerus menangis sampai kepalanya terus mengeluarkan darah sembari menggerutu.

“Selama ini aku sudah banyak berkorban untuk mereka. Bahkan hasil jualan motorku aku sisihkan dan kuberikan padanya, “gumam Aleta.
“Suatu saat mereka akan menyesal. Jika aku sudah menikah dan tidak lagi memikirkan mereka. Tapi, aku tetap tidak bisa melakukan hal itu. Melupakan mereka dan membiarkan mereka berkeluh kesah. Aku selalu saja ingin mengulurkan tanganku untuk mereka. Meskipun mereka tidak menganggap pengorbananku saat itu dan lebih melihat pengorbanan dari kakakku yang jauh.
“Hidup dalam keluarga toxic hanya membuatmu lelah dan kecewa, nona “ucap dokter itu.
“Akan tetapi, jika kau menjalaninya dengan ikhlas. Itu akan membuat hidupmu dipenuhi dengan keberkahan, “lanjutnya.

Dokter itu meninggalkan
ruangan pasien seraya mengusap rambut Aleta yang terus berlumuran darah. Perawat yang ada di ruangan seraya tanpa henti membasuh kepala Aleta dengan sebuah cairan yang entah apa namanya. Salah satu diantara perawat itu mencoba menenangkan Aleta.

“Nona, jika kau terus menangis ... Luka yang ada di bagian kepala akan terus mengeluarkan banyak darah, “jelas. Perawat Riliana.
“Jika nona bersedia, saya akan merekomendasikan Anda untuk bekerja di rumah sakit ini, “ucap Riliana. “Pihak rumah sakit baru saja mengeluarkan pengumuman bahwa rumah sakit ini membutuhkan karyawan baru.
“Tapi aku hanya lulusan SMA. Setahu saya rumah sakit hanya memperkerjakan orang lulusan S1 “ ucap Aleta.
“Tidak nona, beberapa pekerjaan di rumah sakit ada juga yang membutuhkan karyawan dengan jenjang pendidikan SMA, “jelas Riliana.
“Jika nona bersedia biaya pengobatan nona akan saya usahakan untuk mendapatkan pengurangan biaya pengobatan untuk beberapa hari ini. Itu termasuk jaminan kesehatan yang disediakan oleh pihak rumah sakit, “lanjutnya lagi.
“Kalau aku bekerja di tempat ini. Aku akan mendapatkan gaji yang lebih banyak dan uang itu bisa aku tabung untuk masa depanku. Aku tidak bisa mengandalkan orang tuaku. Karena mereka saja melihatku seperti ini sangat sulit untuk mengeluarkan uang sepeserpun untukku, “ucap Aleta dalam hati kecilnya.

Hai Readers
Maaf banget nih baru bisa up bab novel
Beberapa hari ini
Semangat nulis sudah mulai menurun
Sebab tak ada dukungan dari keluarga
Oh ya jangan lupa vote dan tinggalkan jejak komentar yah
See you next episode 🥰☺️

The Biggest Fake Family (Terbit Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang