Bandung

118 15 2
                                    

K

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


K

eadaan Kota Bandung saat ini terhitung damai. suasana sore hari begitu sejuk di sini. Jika di bandingkan dengan tuban, disini lebih dingin. Benar kata orang-orang, bandung itu tempatnya romantis dan penuh kedamaian.

    Disini aku melihat berbagai macam pepohonan yang tertata rapi di tepian jalan. bahkan kelakson kendaraan yang sedang melajupun, terhitung jarang terdengar di sini.

    Aku yakin, disini banyak orang-orang penting. petinggi- petinggi sepertinya senang berada di tempat seperti ini. sangat pas, dan strategis untuk aku mengadu nasib.

***

    “Hei.”                                    

    Seruan itu hadir dari arah belakangku, setelah aku baru saja turun beberapa meter menjauh dari bis. Setelah di rasa, suara itu tidaklah asing di telingaku.

    Dan ternyata dugaanku benar. Dia adalah laki-laki yang menemaniku saat awal masuk bis dari tuban. Dia berseru menghampiriku, perlahan aku memperhatikan langkahnya. Ternyata, perawakannya lebih pendek dariku. Dia memiliki tinggi sekitar 170 cm, dan sedangkan aku 175 cm. rambutnya bergaya sama denganku, ya itu belah dua. Namun tetap saja akulah yang paling tampan di sini. Tubuhnya sedikit terlihat kurus, entah apa yang dia makan selama hidup, hingga harus menanggung tubuh hampir seperti lidi itu, haha.

    Saat di dalam bis, dia terus berceloteh perihal harapan-harapannya saat dia sudah sampai di Bandung. Dan sepanjang dia bercerita, aku lebih banyak tersenyum menanggapinya.

    Jujur saja, Aku tidak pandai berbincang dengan orang baru, ketakutanku hanya takut bibir pedas ini salah berbicara.

    Toh akupun tahu, bahwa orang yang banyak berbicara seperti dia, hanya butuh di dengarkan. adapun jika aku menanggapi,      rasanya tidak akan habis berjam-jam lamanya. Jadi aku lebih memilih tersenyum, dan menjawab seperlunya saja. Daripada aku harus menanggung panas telinga di sepanjang perjalanan.

    “Ya?” jawabku setelah laki-laki itu berhenti tepat beberapa senti di hadapanku.

    Dia mengulurkan tangannya kearahku. “Aku belum sempat tahu namamu. Perkenalkan terlebih dahulu, aku Ano nasrullah, usiaku baru menginjak 19 tahun. Bulan kemarin baru saja berulang tahun. dan kalau boleh tahu, mas namanya siapa?” ujarnya dengan nafas masih tersengal.

    Sontak aku sedikit tertawa melihat tingkahnya, yang sangat terburu-buru, “aku Giwang nasution, umurku sama denganmu. namun yang membedakan, bulan besok aku berulang tahun yang ke-20,” Jawabku menahan tawa.

    baru kali ini aku melihat orang sekonyol ini. sepetinya dia orang yang suka bergurau. setidaknya aku sudah mendapatkan lampu hijau, untuk kembali menanggapi pertanyaan-pertanyaan dengan bibir pedas ini. toh mungkin dia bukan tipe orang yang bawa perasaan.

langkah si anak pecundang (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang