Deretan kebahagiaan tidak akan bisa menguragi rasa semangat dalam tubuh ini. 2 hari lamanya aku berdiam diri di kosan bersama ano. Sulit di pungkiri, Ano saat itu panik dengan kejadian yang aku alami, tidak jarang dia menanyakanku akan rasa sakit yang aku rasakan, namun kenyataannya pada saat itu ano sedang berada di posisi sakit juga, perhatiannya tidak kalah hebat. Pada saat pertama aku pulang ke kosan aku benar benar kesulitan berjalan, bahkan rasanya untuk berdiripun aku sedikit kesulitan, dan untungnya di sepanjang aku sakit ada ano yang sudah terlebih dahulu membaik.
Dua hari aku berbaring di kasur menahan rasa sakit di sekujur tubuh, dan dalam jarak itu juga ano menyempatkan untuk pergi beranjak mencari pekerjaan. Alhamdulillahnya saat itu juga ano di permudah tuhan untuk segera bekerja, dan di hari kedua aku masa pemulihan, ano dengan semangat berangkat kerja di hari pertamanya.
Pekerjaannya sama denganku. Dia bekerja sebagi crew autlate di salah satu café, yang membedakan jarak tempuh ano lebih jauh dariku, jadi membutuhkan beberapa menit untuk dia sampai di tempat kerjanya.
***
Pagi hari ini aku siap memulai aktifitas baru, mataku terbuka lebar dengan tubuh sudah terasa lebih baik, lamat lamat aku menatap jam hanphone yang sudah menunjukan tepat jam 7 pagi, sedikit terkejut, namun untungnya hari ini aku masuk pukul 9 pagi, jadi rasanya aku masih banyak waktu untuk sholat dan bersiap siap terlebih dahulu.
Jangan Tanya aku sholat apa. Saat ini aku belum bisa bangun pagi yang selalu di amanatkan bapak waktu itu, yang penting selagi sempat apa salahnya aku menunaikan sholat subuh jam 7 pagi, toh tidak ada hukum dosa di karenakan kesiangan yang tidak di sengaja, justru yang dosa itu ketika tidak menunaikan solat sekalipun.
Keadaan kosan sudah kosong, sepertinya ano sudah berangkat terlebih dahulu untuk berangkat kerja, ya mungkin jadwalnya bekerja lebih pagi di bandingkan denganku. Saat sakit aku tidak terlalu sering berbincang dengan ano, kepalaku sangat pusing jika harus membuka mata terlalu lama, jadi aku lebih memilih banyak tidur untuk menerka rasa sakit, toh saat itu juga ano lebih sering kelaur kosan untuk mencari pekerjaan.
***
"Selamat pagi." Suara itu hadir saat aku baru saja masuk dari pintu utama.
Tiada lain tiada bukan itu suara dari perempuan berambut laki laki yang bernama nala, dia menyambutku dengan senyuman hangat, dan di susul dua pemuda lain yang ada di belakangnya, dengan tangan terlihat sibuk membereskan mesin mesin kopi yang ada di atas bagian bar utama. Mereka ikut tersenyum ramah menyambutku, begitupun dengan aku. aku melangkah mendekati mereka bertiga seraya bertanya apa yang harus aku lakukan saat ini.
"kau simpan dulu tas selempangmu di ruang tunggu kemarin." Ujar nala sembari memindahkan satu benda kecil yang ada di hadapannya.
Sontak aku langsung menyimpan tasku di ruangan tunggu itu, dan segera kembali beranjak mendekati mereka yang masih sibuk membersihkan ruko yang masih senggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
langkah si anak pecundang (Selesai)
Teen FictionWARNING!! ❗⚠️ Cerita ini mengandung tragedi yang cukup dalam. Tidak di sarankan untuk yang mempunyai penyakit jantungan. Cerita ini, mungkin bisa di baca, sekali duduk saja. [Budayakan follow sebelum baca] Giwang Nasution, pemuda yang berasal dari...