Danau

37 5 0
                                    

Angin malam terasa menusuk bagian kulit, termasuk semua luka yang ada di tubuhku. Baju sudah tercompang-camping akibat perlakuan keji kemari.

     Tubuhku di seret oleh pria berambut pendek dan panjang, menuju Danau yang Ano maksud.

     Pasrah

     Pasrah

     Pasrah

     Yang aku rasakan sakit ini.

     Tuhan telah memberikan takdir buruk di akhir hidupku. Semesta tidak lagi membantuku dengan keajaibannya. Rasanya pembalasan dendam harus secepatnya terhapus dalam benakku, karena, akhir hidupku sudah berada di depan mata.

      Dua ratus meter, aku di seret oleh manusia-manusia keji ini.  Ano dan ato sepertinya mengawalku dari belakang.

     Saksi mata akan selamanya bisu. Hal ini adalah pengasinganku untuk selamanya. Kelam, gelap, nestapa, yang aku rasakan saat ini.

     Gemuruh angin terdengar jelas, menyapu perlahan air yang terhitung sangat tenang. Aku sudah sampai di bibir danau.

     Jantungku semakin berdebar. Tubuhku gemetar menahan rasa dingin dan juga kegelisahan. Air tawar itu mungkin akan menjadi teman terakhirku untuk selamanya. Dan lumpur yang ada di dalamnya, akan menjadi pusara yang tidak akan ada seorangpun akan mendatanginya.

     Selamatinggal dunia

     Selamat tinggal Nala

     Selamat tinggal ibu

      Selamat tinggal Ade

      Selamat tinggal mas Nadif

      Dan tunggu Giwang bapak, Giwang akan menyusulmu, malam ini juga.

     “Lepaskan anak itu,” Ato memberikan aba-aba.

      Bruk…

      Tubuhku tersungkur di atas tanah. Keadaan tangan kakiku masih terikat tambang, dengan sangat erat. Luka yang ada di bagian punggung dan dahi terasa kembali perih. Sepertinya darah kering sudah retak, di karenakan pergerakanku tadi.

     “Talikan pemberat itu di kakinya,” seru ato kembali memberikan aba-aba.

     Pemberat? Apa maksud dari pemberat itu?

     Tubuhku Masih gematar, pergerakan tidak bisa lagi aku lakukan, lantas terkejut mendengar pernyataan itu.

      Ibu, bapak, Ade, mas Nadif. Maafkan giwang, Giwang saat ini tidak bisa berbuat apapun. Jika seandainya giwang tidak dapat di temukan untuk selamanya. Giwang hanya berharap, bahwa kabar kematian giwang secepatnya tersampaikan.

     Ikhlaskan anakmu ini Bu, Tidak apa, mungkin setelah ini, giwang akan abadi bersama bapak di alam yang berbeda. Meskipun pusara Kita, terbentang jauh dengan sebuah jarak.

     Giwang tidak bisa lagi berpikir bahwa semua ini tidak adil. Giwang percara dengan tuhan. Semoga dengan kematian giwang, kalian bahagia menjalani hidup. Giwang sayang kepada kalian semua. Dan giwang, akan selalu menunggu kehadiran kalian di alam yang berbeda.

langkah si anak pecundang (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang