Penghianat?

23 7 0
                                    

Aku pulang dengan keadaan senang. Kabar baik telah menyertaiku hari ini. Ano harus tahu perihal semua ini, aku akan menunjukan kepadanya. Bahwa aku telah berhasil menuntaskan tantangan darinya.

Tepat pukul sembilan malam aku sampai di kosan, setelah aku menikmati hari yang sangat istimewa, bersama Nala. Semua itu sangat menyenangkan. Semesta telah benar-benar memihak kepadaku hari ini.

Akhirnya, setelah aku sempat kehilangan rasa akan cinta. Kini di hidupkan kembali dengan seseorang yang sangat istimewa.

Kesempurnaan Nala, saat ini telah aku dapatkan dengan sepenuhnya.

***

Ano...

Ano...

Aku berseru lantang di hadapan kamar ano. Namun tidak ada jawaban dari dalam. Sesekali aku kembali memanggil ano dengan nada suara lebih lantang, namun hasilnya tetap nihil.

Saat ini aku berpikir bahwa ano sedang di kamar mandi. Namun saat aku melihat kamar mandi yang ada di samping balkon, justru malah suasana hening yang aku dapatkan. Tidak menyerah, aku menjcari ano ke semua penjuru kosan. Mungkin saja dia sedang menjemur Banju atau berman-main ke tetangga kosan.

Setelah beberapa menit aku mencari, tetap semuanya nihil. Tidak mungkin rasanya ano masih berada di tempat bekerjanya. Lagi pula tidak biasanya dia pulang larut malam.

Biasanya pukul delapan lebih, dia sudah ada menyambutku di bibir pintu kamar. Ah, tapi mungkin saja dia sedang ada acara bersama teman-teman pekerjaannya, sehingg harus pulang lebih lambat.

Belum sempat aku masuk kedalam kamarku. Saat ini aku memutuskan duduk di kursi balkon untuk menunggu kehadiaran ano. Tidak sabar rasanya menunggu reaksi tercengang ano atas kabar baik hari ini.

Perlahan aku merogoh hanphone yang ada di saku celana sebelah kiriku. Saat aku membuka layar handphone, ternyata jam sudah menunjukan pukul sembilan tiga puluh. Perasaanku sangat kawatir dengan keadaan ano, semenjak kejadian dua minggu kebelakang. Aku selalu menanyakan kabar ano. Aku sangat takut, ada apa-apa pertihal kepalanya.

Sesekali aku mentelphone ano. Namun tidak ada jawaban darinya. Tidak menyerah di sana, aku langsung menelphone ano kedua kalinya. Namun tetap tidak ada jawban.

Perasaanku mulai khawatir. Tidak mungkin rasanya dia membiarkan telephone dariku, sedangkan notifikasi telephone itu jelas-jelas berdering. Tidak habis berpikir. Saat ani aku mengirim pesan kepada ano. Notifikasi menunjukan ceklis dua, yang berartikan dia masih mengaktifkan data seluler.

Beberapa menit aku menunggu balasan dari ano. Namun hasilnya tetap nihil. Ano tidak meresphone, bahlan dia tidak sekalipun membaca pesanku.

Keadaan malam ini sangat dingin, Gerimis perlahan mulai berjatuhan dari langit. Sontak aku langsung beranajak berteduh dan sekalian kembali memastikan kamar ano.

Keadaan di sini masih terlihat hening. Sedangkan di luar sana, air hujan sudah mulai membesar. Keresahanku mulai memuncak, aku mencoba kembali menghubungi ano, beberapa menit aku menunggu jawaban, ternyata masih tidak ada hasil.

Saat ini aku kembali membuka pesan. Ternyata masih tidak ada jawaban dari ano. Tidak berlama lama aku langsung kembali mengirim pesan alih-alih menanyakan kabarnya saat ini.

Sangat tidak di sangka. Saat aku mengirim pesan, tiba-tiba pesanku sudah mununjukan ceklis satu, yang berarti ano sebenarnya sudah tahu semua panggilan dan pesanku tadi. Buktinya dia mematikan data seluler setalah aku berkali-kali menghubunginya.

Entah ada masalah apa, sehingga dia mengabaikan semua pesan dan panggilan dariku.

Perlahan aku memastikan pintu kamar ano. Mungkin saja dia sedang menjahiliku kali ini.

Namun, aku terkejut setelah mendapatkan pintu yang ternyata sudah tidak terkunci. Tidak berlama-lama, aku langsung membuka lebar pintu itu. sangat tidak terduga. Kali ini aku lebih panik.

Saat aku membuka lebar pintu kamar ano. Aku malah mendapatkan keadaan kamar yang sudah kosong. Saat ini aku hanya melihat satu kasur dan satu lemari yang tentunya pasilitas kamar.

Barang-barang ano telah sempurna hilang. Tas besarnyapun kini tidak terlihat. Sontak aku langsung masuk dan memastikan semuanya. Dengan cepat aku membuka lemari ano, dan ternyata sudah benar-benar kosong. aku tidak tahu maksud dari semua ini apa.

Tubuhku serentak mematung mendapatkan semua ini. Tidak mungkin rasanya dia bergurau sampai seperti ini. Ada apa dengan dia, dan apa salahku. Sehingga dia pergi tanpa memberiku kabar sedikitpun.

***

Hujan semakin deras. Aku yang kebingungan terus meratap langit kelabu dengan wajah khawatir. Ada apa dengan diriku, ada apa dengan hidupku. tidak sekali aku menerima kebingungan yang cukup hebat, sehingga hal itu, berhasil membuatku terbanting jauh ke dalah buaian sebuah narasi rumit.

Ingin rasanya mencari kebenaran untuk bisa mencari dan menghampiri ano. Namun cuaca sangat tidak mendukung. Sehingga mau tidak mau aku akan menunggu besok hari untuk mencari keberadaan Ano.

***

langkah si anak pecundang (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang