Aku menghampiri tempat bekerjanya Ano. Dia pernah memberikan alamat kepadaku dulu. Lantas, aku langsung mendatanginya dengan penuh keresahan yang cukup menggebu gebu. Alasan samar membuatku terus di hantui rasa amarah yang sangat hebat. Aku tidak tahu Masksud dari semua ini apa.
Saat pulang bekerja, aku di temani Nala untuk beranjak pergi ketempat Ano bekerja. Pada saat itu, semua kontak dan sosial media Nala, ikut menjadi korban pemblokiran.
Aku semakin curiga dengan niat Ano. Tidak mungkin rasanya, jika tidak ada masalah apapun. dia sudah sampai memutus semua kontak yang ada di handphone Nala.
Saat ini, dia sudah terlihat jelas telah berusaha menghindar dariku. Aku sangat ingin mengetahui maksud dari semuanya. Uang itu sangat besar. Nominal yang tentunya tidak bisa di anggap main-main jika hilang tanpa jejak.
Jangan sampai, bapak tidak jadi membayar hutang gara-gara masalah tidak jelas ini.
"Hujan sepertinya akan turun, giwang." Lirih Nala menggenggam tanganku.
Saat ini, aku dan Nala beranjak ketempat kerja Ano, Dengan menggunakan taksi online. Karena saat aku mengecek lokasi di handphone, jaraknya luyan jauh, tidak mungkin rasanya harus di capai dengan jalan kaki saja.
***
Alamat sudah sempurna aku pijaki. Nala menyapu pandang sekitar café. Bangunannya cukup terlihat besar dan yang tentunya cukup mewah. Sesekali aku memerhatikan pegawai dengan teliti. Dengan harapan, Ano berada di sana.
Tidak berlama-lama. Aku langsung memasuki area café, sesekali aku melirik kesemua penjuru caffé dengan pandangan sedikit bingung. Namun tidak lama kami berdua menyapu pandangan. Ada satu orang perempuan, berseragam kariawan yang menghampiri kami.
"Maaf bak, mas. Caffenya sudah mau tutup," ujar perempuan itu seraya tersenyum hangat kepada kami berdua.
Sontak, Nala menatapku. "Ayo tanya giwang," lirih Nala menepis tanganku.
"aouh, iya bak. Kami kesini bukan mau memesan," ujarku sedikit gugup, dan kebingungan mau bicara apa.
"Kalau begitu. Ada keperluan apa ya mas?" jawab perempuan itu kembali melempar pertanyaan.
"kamu saja yang jawab Nala. Aku tidak bisa berbasa basi," bisikku kepada Nala.
Sontak Nala menghela nafas dalam, menatapku sedikit tersenyum. Mungkin dalam kepalanya berbicara. sudah tidak aneh.
"Jadi gini bak. Kami mencari teman kami yang bekerja di sini. namanya Ano Nasrullah," ujar Nala membuka suara untuk mewakilkanku.
"Kalian teman Ano?" ujar perempuan itu sedikit terkejut menatap kami.
"Iya, memangnya kenapa bak?" jawabku kembali bertanya heran dengan ekspresi yang perempuan itu keluarkan.
"dua hari yang lalu ano di keluarkan dari tempat ini. Dia Melakukan kasus, penyelipan uang perusahaan mas," ujar perempuan itu menatap kami dalam.
Sontak, aku sangat terkejut dengan hal itu. Sangat jelas, permasalahan dari semua ini adalah uang. Namun aku masih Sangat tidak menyangka akan berakhir seperti ini.
Pantas saja. Ano selama ini, tidak pernah bercerita perihal kesulitan uang. Mungkin saja, di Minggu Minggu sebelumnya pula, dia menanyakan perihal uang itu, hanya memancingku untuk menentukan kapan uang itu akan di ambil.
Sungguh sangat tidak terduga. Apa maksud dari perlakuan kejinya itu. Sehingga dia benar benar tega membabi buta sampai mencari uang dengan tindakan yang sangat tidak benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
langkah si anak pecundang (Selesai)
Novela JuvenilWARNING!! ❗⚠️ Cerita ini mengandung tragedi yang cukup dalam. Tidak di sarankan untuk yang mempunyai penyakit jantungan. Cerita ini, mungkin bisa di baca, sekali duduk saja. [Budayakan follow sebelum baca] Giwang Nasution, pemuda yang berasal dari...