Akhir pekan telah di habiskan dengan bekerja. Libur kali ini aku ambil di awal pekan. Karena tidak mungkin rasanya aku mengambil libur di akhir pekan. Ruku sedang ramai-ramainya pengunjung, jadi pak David tidak akan mengizinkanku untuk bisa libur.
Dan saat ini, Waktu yang sangat pas. cafe di awal pekan tidak akan terlalu ramai. Jadi aku biarkan amar dan Fatah untuk meng handel semua pekerjaan ruko.
***
Sebenarnya. dua Minggu kebelakang, aku terus menerus mengurungkan niat, untuk mengungkapkan rasa cinta ini kepada Nala. Dan saat ini, mungkin waktu yang pas untuk mengungkapkan semuanya.
Meski Sebenarnya, aku belum sepenuhnya yakin dengan jawaban yang akan Nala lontarkan. Namun, Ano terus memaksaku untuk secepatnya mengungkapkan rasa cinta ini.
Dua Minggu kebelakang, Ano sering menanyakan kabar dari hal itu. Namun aku selalu beralasan kepadanya. bahwa, belum ada waktu yang pas untuk berbicara ini, dengan Nala.
Maka dari itu, mungkin kesempatan libur kali ini. Aku akan memanfaatkan dan membuktikan keberanianku kepada Ano. Toh di libur awal pekan ini, aku berkesempatan sama liburnya dengan Nala.
Sejak pagi hari. Aku sudah mengabari Nala untuk menemaniku pergi berjalan-jalan. Pada saat itu, dengan senang hati, Nala menyetujui ajakanku.
***
Jam sudah menunjukan pukul tiga sore. Saat ini aku sudah bersama Nala di toko buku. Tempatnya ada di pertengahan kota Bandung. Dan toko buku ini, menjadi toko buku terbesar di kota Bandung.
Sengaja aku mengajaknya ke tempat ini. Karena tempat ini adalah tempat paforit aku ketika sedang ada waktu luang. Rasanya semua komik yang aku belipun berasal dari sini, tempat ini seperti surga bagiku. Dan di sini, aku bisa membaca-baca buku, menenangkan pikiran, menjamu dan mengumpulkan rasa semangat diri.
"Kenapa kamu mengajakku ketempat ini giwang," Tanya Nala menatap heran ke arahku.
Sulit bagiku mencari basa-basi dalam hidup. Mau tidak mau aku hanya mempunyai tempat ini untuk menjadi alasan mengajak Nala keluar berjalan-jalan.
Dan Sebenarnya, tadi pagi aku tidak memberi tahu Nala akan mengajaknya kemana. Yang jelas, saat itu aku hanya memintanya untuk menemaniku ke salah satu tempat.
"Aku hanya minta di temani untuk membeli buku komik Nala," jawabku tertawa kecil di hadapannya.
Tatapan aku kepada Nala tidak seperti biasanya, kini terbalut rasa malu yang sangat luar biasa. Entah apa yang harus aku bicarakan di sini, tidak mungkin rasanya aku terus terang tanpa basa-basi.
Tanganku saat ini sibuk mengutak ngatik buku novel yang ada di rak buku, dengan perasaan tidak karuan. Sedangkan saat ini Nala hanya membututiku dari belakang, dia terlihat sedang memerhatikan buku-buku yang tertata rapih di atas rak.
"Katanya, komik yang kamu cari Wang. Kenapa novel yang kamu baca," ujar Nala menatapku yang sedang berpura-pura sibuk membaca belakang sampul buku.
Sebenarnya akupun tidak tahu kenapa. Tubuhku terlalu kikuk sehingga membawaku kesini. Andai saja dia tahu maksud dari semuanya apa, jelas aku tidak akan segugup ini.
"Aouh, aku hanya penasaran saja Nala. Siapa tahu kali ini aku akan membeli novel," celotehku beralasan.
"oh ya? Kalau begitu, aku ikut Carikan buku untukmu," jawab Nala santai sembari ikut memilih-milih buku.
Nala saat ini tidak kalah sibuk membaca satu persatu belakang sampul buku. Sedangkan aku, saat ini bergantian memerhatikan Nala yang sedang pokus memilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
langkah si anak pecundang (Selesai)
Подростковая литератураWARNING!! ❗⚠️ Cerita ini mengandung tragedi yang cukup dalam. Tidak di sarankan untuk yang mempunyai penyakit jantungan. Cerita ini, mungkin bisa di baca, sekali duduk saja. [Budayakan follow sebelum baca] Giwang Nasution, pemuda yang berasal dari...