Delapan bulan lamanya aku merantau di kota bandung. sangat tidak terasa. keindahan demi keindahan, kesedihan demi kesedihan telah aku lalui dengan sangat baik.
Bahkan Pelajaran perihal rasa rindu, persahabatan, bahkan perjalanan mengagumi seseorangpun telah aku lalui dengan sempurna.
Sepanjang aku bekerja, alhamdulillahnya semu berjalan dengan lancer. teman temanku termasuk nala memberikan pelajaran yang cukup istimewa, terutamanya perihal sportifitas yang cukup tinggi dalam bekerja.
Namun hingga pada saat ini, aku belum bisa mengungkapkan rasa cinta kepada nala. jujur saja, aku bingung harus memulai dari mana. meski aku sudah terhitung lama dekat dengannya, namun tetap saja aku belum bisa mengungkapkan seluruh hatiku kepada gadis itu.
Semangatku untuk bekerja selama ini ada pada dirinya, dia memberikan hari-hari yang sangatlah istimewa. beberapa dialog dan narasi selama Delapan bulan terakhir, sepertinya tidak akan bisa aku gambarkan, saking indahnya. Namun sayangnya, aku tidak pernah tahu apakah nala sadar dengan persaan ini atau tidak. yang jelas aku akan terus mengingat semua kepedulian yang sempat dia berikan kepadaku kala itu.
***
Hari itu berjalan dengan penuh kejanggalan. Aku saat itu sibuk melayani pembili sembari memaksa diri agar tertap semangat. Dan sedangkan Nala, dia sibuk membuat beberapa kopi untuk di hidangkan kepada pelanggan, sedangkan Amar dan Fatah, sibuk bulak balik untuk mengantarkan pesanan.
Awalnya aku sedikit kebingungan dengan semua rekan kerjaku, mereka sangat berbeda hari itu. Bagai mana tidak, saat aku awal masuk pagi, tidak ada yang menyapaku. senyuman serentak hilang di sana, mereka seolah membentuk jarak dariku.
Memang, Awalnya aku menghiraukan semuanya alih alih berpikir positif. Namun setelah beberapa jam berlalu, aku merasakan bahwa mereka hanya menjauhiku. buktinya nala bersikap seperti biasa kepada rekan kerja yang lain, dan bahkan Amarpun saling bergurau dengan Fatah.
Sesekali aku bertanya kepada Nala. namun jawabannya cukup simpel dengan ekpresi datar. "Tidak aku tidak ada masalah apapun denganmu." Sulit di pungkiri Kata kata itu semakin membuatku tidak enak hati.
Aku sangat takut akan diriku yang mungkin saja bertindak salah. Tidak kehabisan akal, aku bertanya kepada Amar dan juga Fatah. namun jawabannya sama, justru mereka lebih menunjukan ekpresi wajah yang tidak enak kepadaku saat aku bertanya.
Dengan otomatis, Saat itu juga aku bergelut dengan kepalaku sendiri, aku berpikir keras mengingat semua kejadian yang mungkin menjadi sebab utama atas perubahan mereka. semenjak itu, tidak sedikit aku melamunkan semua tindakan yang aku lakukan.
Hingga pada akhirnya, aku menyerah dengan ketidak sanggupan aku untuk menyadari semuanya. sangat jelas aku tidak pernah bergurau berlebihan kepada mereka, dan juga aku tidak pernah menyakiti hati Nala, adapun ya mungkin sedikit aku salah berbicara. namun saat itu juga aku meminta maaf padanya. lagi pula kemarin aku melihat mereka baik baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
langkah si anak pecundang (Selesai)
Teen FictionWARNING!! ❗⚠️ Cerita ini mengandung tragedi yang cukup dalam. Tidak di sarankan untuk yang mempunyai penyakit jantungan. Cerita ini, mungkin bisa di baca, sekali duduk saja. [Budayakan follow sebelum baca] Giwang Nasution, pemuda yang berasal dari...