17

692 140 11
                                    

Seketika Aran mengepalkan tangannya ketika ia mendengar kata itu lagi. Kata kata yang membuatnya terjebak pada seorang gadis pemabuk.

Lagi, setelah sekian lama kata itu keluar dari mulut wanita yang sama, yang membuat hubungannya di masa lalu harus gagal dan menjalani hidup dengan seseorang yang tidak ia inginkan.

"Sudah 5 tahun, entah itu hobby kamu atau memang nafsu" Tidak berhenti disana, Chika dengan berani mengatakan hal yang dapat memancing emosi Aran.

Ia tersenyum remeh saat Aran berbalik dan menatapnya dengan tajam juga penuh kebencian.

Aran berjalan ke arah Chika, mencengkram kuat pergelangan tangannya hingga Chika meringis. Kata kata tadi bukan hanya membuatnya emosi, tapi juga malu karna disana ada beberapa karyawannya yang mendengar. Meski ia tak pernah melakukan hal itu, tapi tetap saja itu akan membuatnya di pandang tidak baik oleh orang-orang.

"Gak cuma mesum, kamu juga kasar ya sekarang" Chika terkekeh pelan. Meski tangannya semakin memerah karna kuatnya cengkraman Aran.

Aran dengan kasar menarik Chika keluar dari cafenya, ketika berada di luar, ia mendorong tubuh Chika dengan kuat hingga punggungnya terbentur ke mobil.

"Awsshh.."

"Berani kamu bicara seperti itu lagi di depan saya?!" Kata kata Aran penuh penekanan, ia mendekat pada Chika dan mencengkram rahangnya.

Aran menatap wajah itu dengan penuh amarah, emosinya benar benar meningkat sekarang.

Chika memegang tangan Aran dan mencoba melepaskan tangan itu yang mencengkram rahangnya, tapi nihil tenaga Aran jauh lebih besar hingga ia meringis kesakitan. Ia bahkan kesusahan bernafas saking kuatnya cengkraman itu.

Chika dapat melihat dengan jelas emosi di mata Aran, semakin ia menatap matanya, semakin pula kebencian itu membesar dari mata laki-laki itu.

Chika hanya pasrah, ia sudah tidak bisa melakukan apapun lagi, semakin ia berontak makan semakin kuat cengkraman Aran pada rahangnya.

Bulir air mata perlahan jatuh dari mata indah Chika, ia menahan sakit dan juga sesak saat melihat tatapan penuh kebencian itu. Di masa lalu mata hitam pekat itu menatapnya penuh cinta, tapi di masa sekarang tatapan itu hanya menyisakan kebencian yang dalam.

Perlahan Aran mengendurkan cengkramannya ketika melihat air mata yang jatuh di pipi mulus Chika bersamaan dengan dirinya yang juga mundur. Chika langsung terbatuk saat itu juga.

Aran memandangi tangannya sendiri dan Chika bergantian. Tanpa sadar tangannya berhasil menyakiti orang lain. Aran mengepalkan tangannya kuat, kenapa ia selalu tak bisa menahan emosinya menyangkut apapun itu yang berhubungan dengan Chika?. Sebesar apapun bencinya pada chika, tak seharusnya tangan itu melukai fisik orang lain.

"Kenapa gak bunuh aku aja sekalian? Kamu benci aku kan?" Chika yang masih kesusahan mengatur nafasnya kembali berbicara.

"Harusnya aku yang marah, semalam kamu ada di club sama aku, apa yang kamu lakukan?"

Chika bertanya dan menatap Aran dengan berani.

"Lagi lagi kamu berbuat mesum kan?"

"Tutup mulut kamu Chika!" Sentak Aran.

"Benar kan? Apa yang kamu lakuin di club' semalem kalo bukan itu? Aku tau kamu ga pernah suka pergi ke tempat itu"

"Atau kamu sengaja ngikutin aku dan lagi lagi kejadian dulu terulang, dimana kamu memanfaatkan keadaan aku yang lagi mabuk"

"Mungkin bukan cuma aku, bisa aja kamu memanfaatkan keadaan orang lain yang gak sadar demi memuaskan nafsu kamu"

"Stop Chika! Stop!"

Rasa 2; Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang