Pagi harinya, keluarga Aran sedang sarapan bersama. Ada Rain juga yang sudah siap untuk berangkat ke sekolah dan sedang melahap sereal kesukaannya. Kebiasaan Rain yang tiap pagi hanya sarapan sereal. Meski begitu, Shani tetap menyiapkan bekal untuk Rain makan siang nanti.
"Dek, bekalnya Oma taruh di tas ini ya, nanti makannya di abisin ya sayang" ucap Shani sambil menutup tas kecil berisi bekal untuk Rain.
"Siap omah" sahutnya memberikan jempolnya.
Rain tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penurut. Ia selalu menuruti apapun yang ayah dan omanya ajarkan padanya.
"Ran, hari ini ada check up lagi kan?" Tanya Shani di sela sarapannya.
"Iya Bun, tapi nanti aku mau ke cafe dulu, mungkin agak siangan aja"
"Aku mau ikut ya papa" pinta Rain
"Hm? Yaudah boleh" sahut Aran mengusap kepala anaknya gemas.
"Nanti abis jemput Rain, aku pulang jemput bunda"
"Iyaa, inget, jangan cape cape ya kamu"
"Iya bun"
Setelah itu tak ada lagi obrolan dari Aran dan bundanya sampai mereka selesai sarapan.
Setelah bersiap, Aran akan mengantarkan Rain ke sekolahnya. Mereka sedang diperjalanan menuju sekolah Rain.
Beberapa menit kemudian mereka sampai, Aran mengantarkan Rain sampai ke depan pagar sekolahnya.
"Belajar yang bener ya" pesan Aran sembari berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Rain sambil membenarkan seragamnya.
"Siap pa" sahut Rain mengangkat tangannya tanda hormat.
"Inget pesen papa, kalo ada yang ngasih kamu jajan jangan diterima ya? apapun dan dari siapapun itu"
"Kalo Tante cantik?"
"Jangan, bilang aja ga boleh sama papa, gitu. Okey ganteng?" Ucap Aran
"Okey papa ganteng" sahut Rain tersenyum
"Yaudah sana masuk" suruh Aran
Rain mengangguk dan menyalimi tangan Aran, lalu setelah itu ia pun masuk ke dalam sekolah.
Aran tersenyum tipis melihat anaknya yang dengan riang masuk ke dalam sekolah. Ia bersyukur mampu membesarkan dan memenuhi kebutuhan Rain sampai saat ini. Bukan hal yang mudah baginya mengurus Rain sejak awal, tapi sekarang anak itu tumbuh dengan baik dan pintar. Ia merasa berhasil menjadi orang tua untuk Rain dan akan selalu mengusahakan yang terbaik untuknya.
Aran berbalik untuk kembali ke mobilnya. Atensinya teralihkan saat melihat ada seseorang dibalik pohon yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Hanya terlihat rambut, sepertinya dia perempuan.
Aran bergidik ngeri, ia berfikir mana mungkin ada hantu sepagi ini, tapi jujur saja orang yang berada dibalik pohon itu membuat bulu kuduknya berdiri karena untaian rambutnya yang panjang. Sesegera mungkin Aran memasuki mobilnya dan pergi dari sana.
Seseorang yang tadi bersembunyi dibalik pohon itu hanya bisa menatap kepergian mobil yang sudah hampir menghilang dari penglihatannya. Perasaan lega juga sakit dapat ia rasakan dengan jelas. Dugaannya selama ini benar.
"Anakku ..."
***
"Kamu udah lama?" Tanya seseorang menghampiri Aran yang sedang sibuk memainkan kamera untuk memotret menu baru di cafenya.
"Ah hai, lumayan sih" sahut Aran tanpa menoleh karena ia masih fokus pada kamera ditangannya.
"Coba liat hasilnya" pinta orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa 2; Hujan
Cerita PendekHidup tidak selalu berjalan dengan mulus dan sesuai keinginan. Apalagi kehidupan setelah pernikahan, banyak hal yang telah dilalui oleh pasangan pasangan yang baru saja menikah. Salah satunya adalah perbedaan pendapat dan pemikiran yang tidak sejala...