Pagi harinya,
Chika sengaja bangun pagi untuk membuat sarapan bersama bunda Shani. Sebenarnya ketika bangun tadi ia merasa tidak enak badan, mungkin karena kelelahan akibat beberapa waktu belakangan ini dia terlalu banyak kegiatan.
Tapi Chika tidak ingin melewatkan rutinitas barunya yang setiap pagi menyiapkan sarapan untuk Aran dan bekal untuk Rain.
Semua orang sudah berkumpul di meja makan. Sarapan bersama sebelum memulai aktivitas masing-masing.
"Chika kok makannya dikit banget? Kamu diet ya?" Tanya bunda Shani.
"Enggak Bun, segini aja cukup kok" balas Chika tersenyum.
"Kamu baik-baik aja kan sayang? Muka kamu kok pucet?" Shani menyentuh pelan tangan Chika yang duduk di sampingnya.
Pertanyaan Shani membuat Aran dan Rain menatap ke arah Chika.
Chika sadar itu, ia segera menjawab. "Belum make up aja Bun, aku okey kok" katanya.
"Mama sakit ya?" Tanya Rain
"Gak kok sayang, mama sehat"
"Tangan kamu anget Chika, kamu sakit ya? Ga enak badan?"
"Hehe dikit Bun, tapi aku gapapa kok"
"Ya ampun harusnya kamu bilang sama bunda dan istirahat aja, ga perlu bangun pagi buat siapin sarapan"
"Gapapa Bun, ini kemauan aku kok, biar bisa siapin bekal buat Rain juga"
"Yaudah lanjut sarapan lagi ya, nanti kamu ikut Aran ke rumah sakit sekalian beli obat. Takutnya nanti kamu drop" ucap Shani.
"Aku sama Anin Bun" timpal Aran.
"Biar di temenin sama Chika juga, sekalian beli obat buat dia"
"Gapapa Bun, ini paling cuma kecapean aja, nanti juga baik lagi. Nanti aku beli sendiri aja ke apotik " sahut Chika karena sepertinya Aran tidak ingin ada dirinya.
"Iya papa, nanti mama sakit. Mama ga boleh sakit ya" ucap Rain
"Iya Rain, Rain makan yang banyak ya biar sehat. Habisin makanannya sayang"
"Iya mama"
Percakapan itu pun terhenti karena mereka semua fokus sarapan dan setelah itu Chika langsung bersiap-siap untuk mengantar Rain ke sekolah.
Seperti tujuan awalnya, Aran mengantar Rain lebih dulu ke sekolah, ada Chika juga yang ikut bersamanya seperti yang di perintahkan bunda Shani tadi. Setelah mengantar Rain, Aran tidak langsung pergi ke rumah sakit, melainkan ia pergi ke rumah Anin dan menjemputnya.
Aran dan Anin memang sudah membuat janji untuk ke rumah sakit bersama. Atau Aran yang meminta Anin untuk menemaninya. Ketika Anin datang, Aran membuka kaca di samping kemudi dan memperlihatkan Chika yang duduk di sana. Anin yang awalnya sudah ingin masuk pun mengurungkan niatnya dan berpindah ke kursi penumpang belakang.
Keadaan di dalam mobil berubah hening. Ketiganya tidak ada yang membuka suara sampai mobil yang di kendarai mulai melaju.
Ketiganya merasa awkward, terlebih lagi Chika yang merasa tidak nyaman karena kehadiran Anin. Bukan apa apa, hanya saja ia merasa canggung apalagi saat ingat bagaimana masa lalu mereka dulu.
Sesampainya di rumah sakit, ketiganya langsung berjalan masuk. Aran yang memang ada janji dan keperluan lebih dulu menuju ruangan dokter. Kedua wanita yang ikut bersamanya hanya mengikuti di belakang.
Ketika sampai di ruangan dokter, Aran masuk ke dalam ruangan tersebut sementara kedua wanita dewasa itu menunggunya di luar.
Tak ada percakapan apapun antara keduanya, mereka sama-sama sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Seperti orang asing pada umumnya, tak bertegur sapa, tak ada obrolan, bahkan keduanya duduk berjarak meskipun masih satu tempat duduk yang sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa 2; Hujan
Historia CortaHidup tidak selalu berjalan dengan mulus dan sesuai keinginan. Apalagi kehidupan setelah pernikahan, banyak hal yang telah dilalui oleh pasangan pasangan yang baru saja menikah. Salah satunya adalah perbedaan pendapat dan pemikiran yang tidak sejala...