8 Bulan yang lalu...
Saat ini Zeyu sedang berada di sebuah cafe yang berada di tengah kota. Cafe ini ramai dikunjungi oleh remaja seperti Zeyu apalagi jika malam minggu tiba, cafe ini pasti akan sangat banyak dikunjungi.
"Zey, besok gue nyontek tugas fisika ke lo ya?" kata Mingrui sambil mengunyah makanannya, mulutnya penuh makanan.
Zeyu mendengus, "Lo nyontek mulu!"
"Sekali ini aja lah, Zey... Please yaaa.." Mingrui bertingkah sok imut, membuat Zeyu merinding geli melihatnya. "Jijik gue liatnya!" Zeyu memutar bola matanya. Mingrui hanya menanggapinya dengan cengiran khasnya lalu memakan makanannya. Sembari menunggu Mingrui menghabiskan makanannya, Zeyu memilih untuk memainkan ponselnya. Suara lonceng yang tergantung di pintu cafe berdering, menandakan ada seseorang yang memasuki cafe itu. Zeyu refleks menoleh kearah pintu, dia terdiam melihat seseorang yang baru saja masuk ke dalam cafe. Orang itu Zheysa. Cewek yang disukainya sejak beberapa bulan lalu.
"Kenapa sih, Zey?" tanya Mingrui yang merasa aneh dengan Zeyu.
"Itu ada Zheysa" Zeyu menunjuk Zheysa yang kini sedang memesan sesuatu, senyuman tipis terukir di wajah cowok itu.
"Samperin sana Zey, mumpung sendirian dianya! Ini kesempatan lo buat deketin dia setelah selama ini lo liatin dia dari jauh aja!" usul Mingrui. Zeyu berpikir sejenak, kemudian mengangguk.
Zheysa melangkah keluar setelah selesai memesan sesuatu. Di tangannya membawa dua cup berisi kopi. Zeyu membuntuti Zheysa dari belakang, dia ragu untuk memanggil gadis itu yang kini terus menjauh. Terlihat Zheysa yang sudah menyebrang jalan sedangkan Zeyu kebingungan harus bagaimana, akhirnya dia memberanikan diri untuk memanggil Zheysa.
"Zhey-" ucapannya terpotong saat ponselnya tiba- tiba berdering, Zeyu merogoh sakunya cepat seraya melangkahkan kakinya untuk menyebrang. "Hallo?" sapa Zeyu. Zeyu berhenti melangkah secara tiba- tiba, tangannya sudah bergetar hebat. Nafasnya sesak. Asupan oksigen seperti tidak masuk ke dalam tubuhnya. "Mama meninggal?" ujar Zeyu mengulang perkataan orang yang menelepon itu. Ponsel Zeyu jatuh ke tanah, suara klakson mobil meneriakinya keras. Seakan tidak mendengar, Zeyu masih berdiri tegak dengan pikiran kosong.
Brukkkk
Tubuh Zeyu terjatuh ke atas aspal. Kesadarannya hampir hilang.
"Gak papa?" terdengar suara pria bertanya panik. Zeyu menggeleng pelan. Kepalanya yang terbentur aspal membuat pandangan buram, bahkan hampir gelap. Namun, dia harus ke rumah sakit segera untuk bertemu dengan ibunya.
"Saya gakpapa" lirih Zeyu menahan rasa sakitnya, dia berdiri tegak, kepalanya terasa sangat sakit sekarang.
"Maaf saya buru-buru, ini uang ganti rugi buat kamu ke rumah sakit, ya?" ucap pria itu sambil memberikan sejumlah uang kepada Zeyu lalu kembali masuk ke dalam mobilnya. Bodo amat dengan uang ganti rugi, Zeyu berlari dengan langkah tertatih-tatih. Pandangannya semakin memburuk. Dia berhenti sejenak dari larinya. Tangan Zeyu mengucek-ngucek matanya keras, berharap bahwa pandangannya akan kembali normal. Namun, hal itu jelas tidak akan memberikan reaksi apa-apa padanya, dan akhirnya Zeyu ambruk tak sadarkan diri.
Udara dingin menusuk kulit malam ini. Zeyu yang masih terdampar di tempat, perlahan membuka matanya. Dia masih berada di jalan yang sama seperti terakhir kali dia pingsan tadi. Hanya saja ada sebuah jaket yang menyelimutinya saat ini. Entah milik siapa. Zeyu membenarkan posisinya menjadi duduk, dia memijat pelipisnya pelan. kepala menyerangnya. Zeyu mengedarkan pandangannya, tak ada orang satupun, tak biasanya jalanan ini sesepi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Ghost
Разное"Gue mohon, jangan pergi dulu." ucap zeyu sambil menghapus air matanya. Ini pertama kalinya dia menangis karena seorang wanita, kecuali ibunya. Gadis itu benar-benar akan menghilang. Zeyu merasakan hatinya sakit kali ini. Kenapa hatinya sadar saat w...