"Udah gak usah nangis. Kita naik wahana yang lain aja." tiba-tiba seseorang merangkul bahu Lieza. Tubuh Lieza menegang, lalu menoleh kepada sang pelaku.
"Lo kok ada di sini?" tanya Lieza heran saat melihat Zeyu yang berada di sampingnya.
"Males aja." jawabnya enteng. Lieza mengerutkan keningnya bingung.
"Kok gitu?" tanya Lieza, tangisnya sudah berhenti. Zeyu menaikan bahunya acuh, tangannya masih setia merangkul Lieza. "Lepas, Zey. Nanti lo disangka gila gara-gara ngerangkul yang gak ada." kata Lieza mencoba melepaskan rangkulan Zeyu.
Zeyu menoleh. Rangkulannya ia lepaskan. "Lo ada, cuman orang gak bisa liat lo aja." ucap Zeyu dengan entengnya.
"Ya karena alasan itu, karena memang gue gak keliatan." ujar Lieza. Zeyu menaikan kedua bahunya acuh, lalu berjalan mendahului Lagi-lagi dia seperti itu! "Mau kemana?!" teriak Lieza, mengejar Zeyu.
Dan di sinilah mereka, di atas ketinggian yang jaraknya sangat jauh untuk menginjakan kaki di atas tanah. Di atas sini, mereka bisa melihat taman bermain dari sudut pandang yang berbeda, melihat orang berlalu lalang, dan bisa melihat kota sekitar yang mengelilingi taman bermain.
Angin kencang menyapu rambut Lieza hingga berterbangan di udara. Mulutnya tidak henti berdecak kagum dengan pemandangan yang dia lihat "Gila, Zey! Gue baru pertama kalinya naik bianglala." ujar Lieza antusias. Tangannya memegang pegangan besi yang ada, terlihat jelas sekali bahwa Lieza ketakutan.
Zeyu terkekeh kecil. "Lo antusias, tapi takut." ejek Zeyu. Lieza mendelik kesal.
"Ye! Bilang aja lo juga takut kan?" ujar Lieza tak terima. Cowok itu menaikan sebelah alisnya. "Takut bilang aja kali!"
"Gue gak takut. Pegang aja tangan gue gak gemeteran, emangnya lo." Zeyu mengulurkan tangannya untuk Lieza periksa. Lieza menyambar tangan Zeyu yang terulur, dan benar saja, tangannya tidak bergetar tidak seperti dirinya. "Bisa lepasin tangan gue gak?" ujar Zeyu datar karena tangannya yang tak kunjung dilepas oleh Lieza.
Lieza langsung melepaskan tangan Zeyu, kemudian membuang muka ke arah lain. "Zey, lo foto-foto kek. Masa ke taman bermain gak ada kenangannya sama sekali" ucap Lieza mengalihkan pembicaraan.
"Oke"
Cowok itu mengeluarkan ponselnya, kemudian menyodorkannya kepada Lieza. Lieza mengernyit bingung. "Fotoin kali!"
"Nyusahin." ujar Zeyu sinis, anehnya tetap dilakukan. Dengan malas-malasan Zeyu memfoto Lieza yang tersenyum manis. Lieza berganti gaya, kedua tangannya di angkat ke udara dengan tawa bahagia. Zeyu tersenyum simpul. "Udah. Ngabis-ngabisin memory gue aja." kata Zeyu.
"Coba gue liat." Zeyu menyodorkan ponselnya yang langsung di terima oleh Lieza. Lieza menggeser layar itu, dengan senyum yang tak pudar. "Orang liat pasti bianglalanya doang." ucap Lieza terkekeh.
"Yang penting lo dan gue bisa liat ada lo disana." ujar Zeyu, Lieza mendongak menatap Zeyu yang juga menatapnya.
Lieza tersenyum, lalu mengangguk.
Hening setelahnya. Keduanya tidak ada yang membuka suara. Zeyu yang sibuk dengan ponselnya, sedangkan Lieza masih fokus menatap pemandangan di bawah.
"Ayo!" ujar Zeyu saat pintu bianglala itu terbuka, tak terasa mereka sudah ada di bawah lagi. Seperti biasa, Zeyu selalu berjalan duluan, dan Lieza mengikutinya di belakang. "Za, gue la-" Zeyu menengok ke belakang, tapi Lieza tidak ada di belakang.
"Zey, gue pengen nonton itu!" Lieza menunjuk sebuah pertunjukan drama musikal disebuah tempat terbuka. Terlihat banyak yang meminati pertunjukan itu, terdengar suara ratusan penonton yang memberi tepukan meriah untuk sang aktor.
"Lo aja, gue males." ujar Zeyu kemudian duduk di bangku yang disediakan taman itu. Lieza mendesah kecewa. Padahal ia ingin sekali menonton itu.
Dengan terpaksa, Lieza hanya bisa menonton dari kejauhan. Sesekali Lieza memberikan tepukan kecil ketika sesuatu yang menarik terjadi.
Sedangkan Zeyu yang duduk tak jauh dari Lieza, matanya fokus memainkan ponsel. Zeyu melirik Lieza sekilas, kala disela dia memainkan ponselnya.
Zeyu mengangkat ponselnya, bersiap untuk memfoto Lieza yang berdiri disana. Dan..
Cekrek!
Zeyu tersenyum kecil. Hasil fotonya Bagus. Terlihat Lieza dengan pandangan matanya ke arah pertunjukan itu, sedangkan tangannya bertepuk tangan. Zeyu suka foto itu, walaupun orang lain tidak bisa melihat hal menarik apa yang ia potret.
"Cape ya, Zey?" Lieza menoleh ke samping, terlihat wajah Zeyu yang terlihat kelelahan setelah jalan-jalan ke taman bermain tadi siang. Zeyu mendudukkan dirinya di sofa, lalu menyenderkan kepalanya. "Makasih, ya, Zey." ujar Lieza tiba-tiba membuat Zeyu langsung menoleh.
"Buat?"
"Buat Hari ini. Gue seneng!" Lieza tersenyum manis membuat Zeyu tertegun melihatnya. "Sekali lagi makasih."
Zeyu membuang pandangannya ke arah lain. "Hm."
"Zey?" panggil Lieza.
"Hm?" jawab Zeyu tanpa menoleh, pandangannya fokus ke depan, tepatnya pada TV yang menyala.
"Lo risih gak dengan adanya gue?" tanya Liexa ragu. Zeyu diam sejenak.
"Kadang."
"Gue nyusahin lo mulu, ya?"
"Hm."
"Lo benci sama gue?"
"Enggak juga."
"Kalau gue sering nyusahin, gue minta maaf, ya?"
Kali ini Zeyu menoleh, menatap serius Lieza yang ada di hadapannya.
"Lo kenapa sih? Gak biasanya lo nanya gini." ujar Zeyu. Lieza diam, matanya tak lepas dari manik mata Zeyu. "Kenapa?" Tanya Zeyu lagi.
"Gapapa."
"Aneh banget." Zeyu mendelik kesal. Dia paling malas jika seseorang berbicara tidak jelas seperti ini. Zeyu kembali menonton TV.
"Kalau ingatan gue udah kembali gimana?" tanya Lieza. Zeyu diam, tatapannya kosong. "Lo gak sedih?"
"Enggak."
Lieza mendengus kesal. Dia sudah yakin jika jawaban Zeyu seperti itu.
Tok.. Tok.. Tok....
Zeyu menoleh ke arah pintu. Kakinya malas untuk beranjak pergi, masih lelah karena seharian ini dia pergi berjalan-jalan.
"Lo gak mau bukain, Zey? " tanya Lieza.
"Ini juga mau." setelah mengatakan itu, Zeyu beranjak dari duduknya, berjalan mendekat ke arah pintu. Dibukanya pintu tersebut dan..
"Astaga."
Zeyu kembali menutup pintu rumahnya, lalu menatap sosok Lieza yang duduk di sofa yang tengah menatapnya bingung.
"Kenapa, Zey?"
"Lo!" Zeyu berjalan mendekat, lalu berhenti tepat dihadapan Lieza.
"Apaan?" tanya Lieza ngeri dengan tatapan Zeyu yang terlihat kesal.
"Lo ngapain bawa hantu-hantu itu ke rumah?!" Zeyu mengepalkan tangannya kesal. Satu hantu saja sudah cukup merepotkannya, apalagi di tambah lagi.
"Gu-gue gak bawa mereka."elak Lieza.
"Boong!"
"Enggak kok!"
"Kalau lo boong, gue usir lo!"
"Eh, iya-iya, gue ngaku. Habisnya mereka kasian, Zey, kesepian katanya." ucap Lieza. Zeyu mendesah kesal.
"Tapi kenapa harus dibawa ke rumah gue juga!"
"Tapi, Zey-"
Tok.. Tok.. Tok..
Keduanya sama-sama menoleh ke arah pintu. Pintu rumah Zeyu kembali diketuk. Zeyu menghela nafasnya pelan.
"Itu urusan lo." ujar Zeyu yang melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Lieza mengangguk pelan, kemudian berjalan untuk membuka pintu.
Pintu itu akhirnya terbuka, yang membuat Lieza diam.
"Li Mei?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Ghost
Разное"Gue mohon, jangan pergi dulu." ucap zeyu sambil menghapus air matanya. Ini pertama kalinya dia menangis karena seorang wanita, kecuali ibunya. Gadis itu benar-benar akan menghilang. Zeyu merasakan hatinya sakit kali ini. Kenapa hatinya sadar saat w...