Hari pertama

33 2 0
                                    

Pagi yang cerah, secerah wajah Meylieza pagi ini. Hari ini adalah hari pertama Zeyu membantunya untuk mencari alasan Meylieza bunuh diri. Meylieza amat sangat senang pagi ini, tidak seperti biasanya Meylieza bangun pagi-pagi dan sudah mengelilingi sekolah.


"Ahh seger..." ucapnya seraya menghirup udara yang sejuk. Meylieza kembali senyum-senyum tidak jelas seperti orang gila, untung tidak ada yang bisa melihat kegilaan Meylieza saat ini kecuali Zeyu.

"Gila lo!"

Meylieza membulatkan matanya kaget lalu membalikan tubuhnya untuk melihat sumber suara itu.

"Ehh Zeyu " cengirnya. Meylieza merapihkan rambutnya yang agak sedikit berantakan karena terlalu berjingkrak kegirangan pagi ini. "Tumben dateng pagi?" tanya Meylieza basa-basi.

"Masalah buat lo?" tanyanya sinis.

"Enggak sih hehe" jawab Meylieza nyengir. Zeyu melangkahkan kakinya menuju perpustakaan yang ada di sekolahnya yang membuat Meylieza bingung. "Mau ngapain ke perpustakaan?"

"Siapa tau aja ada informasi tentang lo" jawabnya yang masih fokus dengan perjalanannya. Hanya beberapa meter saja mereka sudah sampai di perpustakaan sekolah. "Kita cari album foto setiap angkatan, siapa tau aja ada lo disana" ucapnya sambil memilih-milih buku yang ada di rak. Meylieza mengangguk. "Emang lo mati kapan sih?" tanya Zeyu.

"Enggak tau" jawab Meylieza jujur. Zeyu menghembuskan nafasnya kasar.

"Gimana mau cari tau tentang lo kalau gitu"

"Tapi gue yakin kok pasti gue sekolah disini" ucap Meylieza.

"Tau dari mana?"

"Seragam yang gue pake" jawabnya.

"Emang lo fikir seragam itu cuman sekolah kita doang gitu? Sekolah lain juga banyak kali!" bicara Zeyu tegas. Meylieza menundukan kepalanya takut, Zeyu yang merasa kasihan, Zeyu lalu memegang dagu Meylieza lembut lalu mengangkat kepala Meylieza untuk menatapnya. Mata mereka kini saling bertemu.

Deg..

Jantung Meylieza rasanya kali ini, benar-benar akan jatuh. Mata mereka masih saling menatap sampai akhirnya Zeyu menurunkan tangannya dari dagu Meylieza, tangannya kini berada di kedua pundak Meylieza.

"Dengerin gue, kita harus tetap berusaha cari apa yang kita cari. oke!" bicara Zeyu menegarkan Meylieza. Meylieza mengangguk. "Lo emang pengen banget pergi dari dunia ini? Dan hidup bahagia dialam lo yang sebenarnya?" tanya Zeyu, Meylieza diam.

"Enggak! " suara hati Meylieza

"Y-ya...maulah!" jawab Meylieza bohong dengan perasaannya. "Kan gue udah janji kalau gue udah nemu alasan itu, gue bakalan pergi dari hadapan lo selamanya" ucap Meylieza sambil menahan tangis yang ingin dia keluarkan saat ini juga.

"Gue gak mau pergi zey, semenjak ada lo disini"
bicaranya dalam hati lagi.

"Oh iya ya. Lo udah janji sama gue" ucap Zeyu
tersenyum bahagia. Zeyu melepaskan tangannya dari pundak Meylieza lalu kembali fokus kepada buku-buku yang ada di rak.

"Tapi gue takut apa yang gue takutin terjadi." ucap Zeyu. Zeyu membalikan tubuhnya menghadap Meylieza

"Apa yang lo takutin?" tanya Meylieza penasaran.

"Gue takut..." Zeyu menggantung ucapnya.

"Takut apa?"

"Gue takut..."

"Takut apa sih? Gue penasaran nih!" ucap Meylieza yang mulai geram.

"Gue takut dimarahin guru piket karena ngacak ngacak buku diperpus" jawabnya sambil tertawa terbahak- bahak. Meylieza memanyunkan bibirnya sebal namun kembali tersenyum manis.

"Gue seneng deh, bisa liat lo ketawa kayak gini" gumam meylieza, namun tetap terdengar oleh Zeyu. Zeyu kembali merubah ekspresinya ke ekpresi datar lagi. "Yah, kok datar lagi mukanya?"

"Bodo!"

•••

Hujan turun deras malam ini. Zeyu terus saja membalikan tubuhnya agar mendapatkan posisi yang nyaman untuk tidur, tapi nihil. Zeyu menatap jam dinding yang tertempel di dinding.

20:16

la kembali membenarkan selimutnya lalu mencoba memejamkan matanya namun tetap tidak bisa. Zeyu sudah lelah, lalu bangkit ke posisi duduk.

"Kenapa ya cewek itu selalu datang disaat hujan dan duduk dikursi itu?"

Ucapan yang Zeyu ucapkan dulu kini teringat lagi saat hujan datang malam ini. Dia terakhir ketemu Meylieza saat di perpustakan tadi, setelah itu dia tidak bertemu lagi. kembali menidurkan tubuhnya lalu memejamkan matanya.

"Bodo! Gue gak peduli!" ucapnya meyakinkan diri.

•••

Meylieza pov

Aku duduk di bangku taman sekolah dengan tatapan kosong. Dengan baju yang sudah basah kuyup dan tangis yang keluar tetapi tidak terlihat akibat terbawa oleh hujan yang jatuh di pipiku. Aku menatap sekeliling sekolah, ada beberapa hantu yang bermuka seram sedang menatapku saat ini. Aku menundukan kepalaku takut.

"Gue takut" lirihku dalam hati.

"Sedang apa kau disini??"  terdengar suara bisikan yang membuatku semakin takut dan aku semakin menundukan kepalaku.

"Sedang apa kau disini??" tanyanya lagi padaku. Aku semakin gemetaran.

"Pergi!! Gue bilang pergi!!" teriak ku memberanikan diri sendiri. Hantu itu tersenyum lebar yang semakin membuatku takut. "Pergi gue bilang!!" teriak ku kembali. Lalu hantu itu pergi melayang entah kemana.

Aku menundukan kepalaku kembali. Aku menangis saat ini. Hatiku terasa sakit, sakit sekali.

"Ngapain"

"Pergi!! Pergi!!" teriakku lagi.

"Lo marah sama gue?"

Saat ini aku merasa bahwa hujan tidak mengguyur tubuhku, seperti ada yang menghalangi. Aku mendongak menatap keatas, melihat sebuah payung berwarna biru langit itu berada diatas kepalaku sedang memayungiku saat ini. Lalu aku menatap seseorang yang membawa payung itu dan..

"Zeyu?"

My Beautiful Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang