Zeyu terus saja menekan-nekan remot TV yang ada digenggamnya dengan asal. Ditatapnya televisi yang berukuran 32 inci itu datar.
Bosen. Kata itu yang terus keluar dari mulut zeyu. Zeyu menghela nafas panjang, bingung harus melakukan kegiatan apa sekarang. Cowok itu melirik arloji yang berada di tangan kirinya, waktu masih menunjukan pukul lima sore.
Biasanya jam-jam segini dia sedang bercanda atau beradu argumen dengan lieza, tapi hari ini tidak. Rasanya zeyu sedikit kesepian...
No way!
Zeyu menggeleng cepat, tidak mungkin ia kesepian karena tidak ada lieza disini. Sebelum ada lieza saja, zeyu sering sendirian seperti ini, jadi sudah biasa jika merasa kesepian.
Tapi yang ini beda!
Zeyu mengacak-acak rambutnya frustasi. Lama- lama dia bisa gila, memikirkan hal-hal tidak penting seperti itu.
Tring!
Satu notifikasi masuk, menandakan satu pesan masuk. Dengan malas-malasan zeyu meraih ponselnya yang berada tak jauh darinya, lalu membaca pesan itu dengan malas.
+86 257-5464-****: Zeyu?
Zeyu mengernyit bingung, siapa yang mengirim pesan ini. Zeyu melempar ponselnya sembarang, tidak peduli dengan pesan tadi.
Tring!
Zeyu berdecak kesal, merasa risih dengan pesan itu. Sering sekali ada nomor yang tidak dikenal masuk, yang mengirim pesan tidak penting kepada zeyu. Seperti minta untuk di save ada mengucapkan manis, ada juga yang menyatakan Cinta, dan semua itu zeyu abaikan. Zeyu mencari ponselnya yang tadi lempar sembarangan, dan menemukannya didekat bantal.
+86 257-5464-**** Rumah sakit ***** Datang, sebelum lo nyesel gk bakalan ketemu lieza lagi
Read
Zeyu berpikir sejenak, siapa yang mengirim pesan seperti ini? Pikirannya langsung tertuju pada.. Li mei. Hanya dia yang tau tentang lieza selain mingrui, dan hanya li mei dan dirinya yang bisa melihat lieza.
Zeyu sinis. Merasa percuma saja li mei mengirim pesan itu, karena zeyu tidak akan percaya.
•••
"Udah ketemu adik lo?" tanya lieza saat li mei keluar dari kamar tempat adik li mei dirawat inap. Li mei mengangguk, lalu duduk disamping lieza. "Sakit apa katanya?" tanya lieza
"Demam berdarah" jawab li mei tak bersemangat. Lieza mengangguk mengerti, kemudian keduanya sama-sama tidak bersuara lagi. Li mei mengecek ponselnya, pesan itu tidak dibalas hanya dibaca. Dia tersenyum simpul, senang dengan sikap zeyu yang tidak begitu peduli kepada lieza. Lieza yang melihat li mei yang tiba-tiba tersenyum akhirnya bertanya.
"Kenapa senyum-senyum sendiri, mei?" tanya lieza penuh selidik. Li mei tersadar, lalu menggeleng pelan.
"Gapapa."
"Boong!" ejek lieza.
"Enggak kok! Udah ah, kita ke taman yang ada dibawah yuk!" ajak li mei yang langsung dibalas anggukan pasti oleh lieza.
•••
Li mei dan lieza duduk disalah satu bangku
panjang yang ada taman rumah sakit. Langit sudah mulai berwarna orange, matahari sudah siap istirahat dan giliran sang bulan untuk berjaga setelahnya. Keduanya menatap kearah langit, menikmati setiap detik yang berharga ini."Za?" panggil li mei pelan. Lieza hanya bergumam pelan. "Gue kok rasanya pengen es krim, ya?" ujarnya.
"Yaudah, beli." balas lieza singkat.
Li mei melirik kearah lieza. "Lo mau gak?" tanya li mei. Mata lieza berbinar-binar mendengar tawaran dari li mei tadi dan tentu lieza mengangguk. Li mei langsung beranjak dari duduknya menuju kantin rumah sakit yang jaraknya agak jauh dari tempat mereka saat ini.
Lieza kembali menatap langit. Seketika lieza teringat zeyu.
"Pasti dia seneng gak ada gue." ujar lieza pelan dengan bibir dimanyunkan. "Gak kesepian apa gak ada gue! Gue aja yang gak ada dia, gue kesepian. Bosen gitu rasanya gak ada dia. Walaupun singkat ngomongnya, tukang ninggalin, marah-marah mulu, tapi gue sayang. Aneh." lieza berkicau sendiri. Lieza coba membuang jauh-jauh pikiran tentang zeyu sekarang, dia ingin beristirahat memikirkan orang itu. Lieza beranjak dari duduknya, dia ingin menikmati sorenya ini dengan berjalan-jalan.
"Kok gue kayak gak asing ya, sama tempat ini." ucap lieza sambil menggaruk-garuk alisnya yang tidak gatal. Dengan langkah yang santai, lieza menginjak setiap rerumputan yang sudah dipotong rapi, diiringi dengan senandungan kecil yang keluar dari bibirnya. Tak lama, li mei datang dengan membawa dua eskrim yang ada digenggamnya, dia tersenyum ramah seperti biasa.
"Nih!" li mei menyodorkan eskrim rasa stroberi kearah lieza.
"Kok lo tau gue suka stroberi?" tanya lieza yang berhasil membuat li mei gugup.
"Asal aja gue beli, hehe." li mei tertawa kecil. Mencairkan suasana. "Lagian, dari bau tubuh lo aja udah wangi stroberi tau!"
Lieza terkekeh pelan. "Bener juga, ya!"
Setelah pembicaraan yang menyenangkan, tertawa makan eskrim bersama, dan menikmati keindahan senja bersama, mereka memutuskan untuk masuk kembali kedalam.
"Masuk yuk! Udah hampir petang nih langitnya." ujar li mei
"Yaudah, ayo!" ajak lieza dan keduanya sama- sama melangkahkan kakinya. Saat tepat dipintu rumah sakit, tiba-tiba tangan lieza ditarik seseorang. Otomatis lieza langsung membalikan tubuhnya, menatap sang pelaku yang menarik tangannya.
"Zeyu?" tanya lieza kaget, zeyu melepaskan tangannya. Li mei yang melihat zeyu yang tiba- tiba ada disini juga kaget, kebahagiaannya tadi hilang seketika. "Kenapa lo ada disini?"
Zeyu mengatur nafasnya yang sedikit terengah-engah, kemudian menatap mata lieza.
"Pulang." ujar zeyu, lieza mengernyit bingung. "Gue kesepian di rumah." sambungnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/358318713-288-k714797.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Ghost
Acak"Gue mohon, jangan pergi dulu." ucap zeyu sambil menghapus air matanya. Ini pertama kalinya dia menangis karena seorang wanita, kecuali ibunya. Gadis itu benar-benar akan menghilang. Zeyu merasakan hatinya sakit kali ini. Kenapa hatinya sadar saat w...