IX

210 30 3
                                    

Sinar matahari yang muncul dari celah gorden membangunkan Yuna dari tidurnya. Gadis itu melengguh serta terkejut ketika jari-jarinya menyentuh sesuatu yang ternyata adalah rambut dari Jungkook. Pria itu tertidur disamping Yuna dengan posisi duduk dan menyenderkan kepalanya pada kasur Yuna. Keterkejutan Yuna membuatnya sedikit bersuara dan itu membangunkan Jungkook.

"Kau sudah bangun?", tanya Jungkook sambil mengumpulkan kesadarannya.

Yuna hanya mengangguk menatap heran Jungkook yang kini bersamanya di kamarnya.

"Jangan berfikir macam-macam, aku terjebak disini karena kau menahan tanganku semalaman, kau juga mengigau tidak karuan".

"Maafkan aku", ucap Yuna pelan.

"Sudahlah, aku bosan mendengar kau mengucapkan maaf. Sekarang aku mau berangkat kerja, siapkan sarapan untukku", ucap Jungkook pergi meninggalkan Yuna yang masih mematung di tempat tidurnya, sepertinya gadis itu masih memikirkan apa yang tanpa sadar dia lakukan semalam.

'Hmm... dia benar-benar terlihat bodoh', guman Jungkook tersenyum tipis.

Selesai membersihkan dirinya dan bersiap ke kantor, Jungkook pun turun dan duduk untuk menyantap sarapannya yang tersedia di meja makan. Jungkook terus memperhatikan Yuna yang membelakanginya karena sedang membersihkan alat masak. Peristiwa semalam membuat Jungkook penasaran akan apa yang terjadi pada Yuna, terutama luka bakar yang ada di kepalanya.

"Yuna..", tanpa sadar Jungkook memanggil nama istrinya itu.

"Ya..", Yuna seketika menoleh.

Kedua iris mata mereka bertemu, membuat keduanya canggung dan akhirnya kembali pada aktivitas masing-masing. 

'Sial, kenapa aku memanggil namanya', guman Jungkook.

Selesai menghabiskan sarapannya, Jungkook kembali melirik Yuna yang masih membelakanginya, padahal cucian piring sudah tidak ada lagi di wastafel.

'Aghhh kenapa aku harus peduli', Jungkook bergegas ke mobilnya, namun belum juga ia masuk, dering ponselnya berbunyi.

"Hallo, ada apa hyung?", tanya Jungkook menjawab panggilan yang tidak lain dari Jin.

"Kakek melakukan hal aneh lagi, bersiaplah menghadapi semuanya".

"Maksud hyung?".

"Bersabarlah, semua juga karena ulahmu".

"Hyung, kenapa jangan buat aku penasaran", desak Jungkook pada kakak laki-lakinya.

"Aku akan mengirimkan artikelnya untukmu", Jin menutup panggilannya, disusul dengan Jungkook yang langsung membuka artikel yang dikirim oleh Jin.

"Shitttt", teriak Jungkook setelah membaca artikel yang diberikan oleh Jin.

"Hallo kakek", Jungkook mengangkat panggilan dari kakeknya berselang teriakannya tadi.

"Sepertinya kau telah membaca artikel itu".

"Kakek, kenapa jadi seperti ini. Ini tidak sesuai dengan perjanjian pernikahanku yang telah kakek setujui", rengek Jungkook.

"Ya aku tahu, aku membalasmu. Kau kira karena aku kakekmu, aku akan bersikap manis padamu. Huh tidak seindah itu Jeon Jungkook".

"Kakek...".

"Dengar, kau yang pertama kali mengkhianatiku dan ku balas pengkhiatanmu dengan pengkhiatan dariku. Kita impas, jangan banyak bicara dan bawa istrimu hari ini saat konferensi dilakukan".

"Kakek, kakek. Sial, kakek menutup panggilannya. Kenapa hal ini terjadi padaku. Arghhhh", teriak Jungkook.

Yuna yang mendengar teriakan Jungkook pun segera berlari keluar melihat keadaan Jungkook.

Yuna's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang