Setelah terkunci di ruangan beberapa hari yang lalu, membuat keduanya merasa canggung saat mata mereka saling bertemu. Jungkook masih merasa malu mengingat dirinya memeluk Yuna malam itu. Begitu pun dengan Yuna, perasaannya menjadi tak menentu. Ia merasa tersentuh saat Jungkook memeluknya saat ketakutan, tapi di sisi lain Yuna pun merasa takut akan perasaannya terhadap suaminya itu.
"Kau akan pergi bekerja?", tanya Jungkook mencairkan suasana canggung mereka.
Yuna mengangguk tanpa menatap Jungkook.
"Apakah menyenangkan bekerja menjadi influencer?", tanyanya lagi.
"Tidak selalu menyenangkan, tapi aku berusaha sebaik mungkin".
"Sudah kuduga karena sifatmu yang pemalu", entah kenapa kalimat itu meluncur dari mulut Jungkook. Mereka tidak seakrab itu untuk membicarakan topik itu. Keduanya kembali canggung.
Yuna yang sudah tidak tahan dengan situasi ini, akhirnya ia beranjak dari tempat duduknya, dan berpamitan pada Jungkook untuk pergi lebih dulu.
"Aku akan berangkat, kau tidak perlu mencuci piringnya. Aku akan membersihkannya sepulang dari restoran", ucapnya sambil berjalan menuju pintu, namun belum sampai Yuna membuka pintu, langkahnya terhenti saat Jungkook kembali berbicara.
"Mau berangkat bersama?".
Yuna menoleh, mata mereka saling bertemu. Beberapa detik, mereka saling menatap satu sama lain tanpa suara.
***
Sambil mengemudikan mobilnya, Jungkook mengingat kembali pembicaraan yang dilakukan kakeknya saat dirinya berhasil keluar setelah terkunci bersama Yuna. Berbeda dengan Yuna yang memilih untuk langsung menuju mobil. Jungkook berniat untuk berpamitan terlebih dahulu pada sang kakek, namun niatnya itu ia urungkan mendengar pembicaraan sang kakek bersama seseorang yang tidak dikenalnya.
"Aku tahu, aku tahu dengan baik masa lalunya".
"Lalu apa tuan akan diam saja?", ucap lelaki paruh baya yang tidak Jungkook kenali.
"Aku tidak akan diam, tapi aku menunggu waktu yang tepat".
"Tapi mungkin keluarga Choi mungkin akan menggugat anda".
"Aku tahu dan tidak akan kubiarkan. Kau tahu gadis itu, Yuna. Ia adalah salah satu senjata mereka tidak akan menggugatku".
"Kau memanfaatkannya?".
"Secara tidak langsung, tapi aku pun menyelamatkannya".
"Maksud tuan?".
"Aku menyelamatkannya dari masa lalunya. Orang tuanya meninggal dalam kecelakaan, dan dia tinggal bersama anak kedua tuan Choi. Anak kedua tuan Choi tidak memperlakukannya dengan baik. Kau tahu, dia bahkan pernah hampir dibakar hidup-hidup".
Jungkook membulatkan matanya saat mendengar ucapan kakeknya. Ia tidak percaya hal tersebut menimpa Yuna.
"Tapi tuan, kecelakaan orang tua Yuna...".
"Ya aku tahu, mereka akan menggugatku karena itu. Oleh karena itu, sebelum mereka menggugatnya, aku akan memanfaatkan Yuna dengan baik".
Lamunan Jungkook terhenti, karena Yuna mencengkram lengannya. Jungkook hampir saja menerobos lampu merah. Sontak ia mengerem mobilnya mendadak, membuat Yuna sedikit terpatuk pada dasbord.
"Kau tidak apa-apa?", tanya Jungkook sambil memeriksa kepala Yuna. Bekas luka bakar itu kini terlihat lagi olehnya.
Yuna mengangguk sambil memperbaiki rambutnya. Ia sadar Jungkook melihat bekas lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuna's Diary
FanfictionPerjalanan hidup seorang perempuan yang dapat membuat semua orang yang membacanya mendapatkan pelajaran dan makna hidup.