XVI

182 23 5
                                    

"Jungkook.. Jungkook-ah.. Bangunlah", Yuna menepuk-nepuk pipi Jungkook.

Pengunjung yang ada di sekitar pantai mendekat dan mencoba untuk menolong Yuna yang berhasi membawa Jungkook ke permukaan. Salah satu pengunjung pun melakukan CPR pada Jungkook agar ia segera sadar.

UHUK UHUK...

Semua orang yang disana bernafas lega setelah Jungkook terbatuk. Yuna menghambur ke arah Jungkook dan memeluknya erat.

"Syukurlah.. Syukurlah", tangis Yuna pecah setelah melihat Jungkook sadar.

Beberapa pengunjung lain menawarkan diri untuk mengantar mereka ke tempat penginapan mereka agar dapat beristirahat. Yuna tidak menolak, ia pun ingin Jungkook beristirahat di tempat yang lebih baik, bukan di sisi pantai.

Sesampainya di tempat penginapan, Yuna membantu Jungkook untuk mengganti bajunya. Yuna masih menitikkan air matanya sambil membantu Jungkook. Melihat Yuna yang masih menangis tanpa suara dengan keadaan yang juga sama-sama menyedihkan membuat Jungkook membawa Yuna ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku membuatmu khawatir, aku baik-baik saja".

Yuna hanya mengangguk, ia masih menangis. Bagaimana jika Jungkook tidak selamat? Hanya itu yang dipikirkannya selama berenang di laut.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih Yuna".


***

Suasana malam di pantai tergambar jelas di kamar penginapan. Yuna melihat laut malam melalui jendela kamar mereka. Setelah siang hari yang melelahkan itu, Yuna lebih banyak diam. Jungkook pun sama, ia masih memikirkan sosok anak yang ada di laut saat dirinya tenggelam. 

'Kenapa Yuna terlihat sama dengan sosok anak itu. Padahal sosok anak perempuan itu adalah Chaeyoung', Jungkook terus bertanya-tanya dalam pikirannya.

Jungkook menoleh pada Yuna yang sedang duduk di ranjang mereka sambil melihat jendela. Surai hitam, mata yang jernih, sama persis dengan anak yang menyelamatkannya dulu. Jungkook mendekatkan diri kepada Yuna, ia duduk di sisi ranjang dan mengusap surai panjang Yuna.

"Kau baik-baik saja, sepertinya kau yang lebih terguncang dibanding aku", ucap Jungkook dengan nada mengejek.

Yuna tidak menjawab, ia tetap melihat laut malam, tapi matanya seolah memperlihatkan ia akan menangis lagi. 

"Maaf, aku bermaksud mencairkan suasana", sesal Jungkook melihat Yuna yang akan menangis kembali.

"Kenapa kau tidak berhati-hati?", ucap Yuna dengan suara bergetar.

"Bagaimana jika kau mati?".

"Yuna...", Jungkook menatap Yuna yang kini juga menatapnya. Bulir air mata itu menumpuk di mata Yuna dan sebentar lagi akan tumpah. Bibir Yuna juga bergetar, ia menahan tangisnya.

"Jika kau tiada siapa yang akan ada disisiku?", pertanyaan Yuna membuat Jungkook terdiam.

"Aku kehilangan ingatanku, kau bilang keluargaku sudah tidak ada. Hanya ada kau yang ada di sisiku. Jika kau tiada, siapa yang berada disisiku", akhirnya air mata itu jatuh.

Jungkook benar-benar merasa seperti orang paling jahat. Yuna menumpukkan harapannya hanya pada dirinya, tetapi Jungkook bahkan telah merencanakan untuk berpisah dengan gadis itu.

Jungkook menyentuh pipi Yuna dan mengusap air matanya. Yuna menyentuh tangan Jungkook yang ada di pipinya. Kini ia menangis sambil menggenggam tangan Jungkook.

"Aku benar-benar ketakutan", Yuna terisak.

"Yuna, lihat aku. Aku tidak apa-apa, aku tidak akan meninggalkanmu. Jangan menangis lagi".

Yuna's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang