Epilog

157 23 7
                                    

Perempuan itu, perempuan itu benar-benar mirip dengan Yuna. Wajahnya, tangannya, dan saat dia menyentuh wajahku, benar-benar sperti Yuna.

"Yuna.....", pandangan Jungkook mulai gelap, tapi ia dapat merasakan genggaman tangan itu kuat.


***

"Dia terbatuk, dia berbatuk", suara anak kecil itu terdengar di telinga Jungkook membuatnya mulai membuka matanya perlahan.

"Benarkah, syukurlah kita panggil orang dewasa", suara anak kecil lainnya kembali terdengar di telinga Jungkook.

"Jangan, ibuku ada di sini. Aku takut dimarahi karena masuk ke laut", rengek anak lainnya.

Ada seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang ada di atas pandangannya.

"Kau baik-baik saja?", tanya sang anak laki-laki.

Jungkook mencoba untuk duduk, dan di bantu oleh anak perempuan di sebelahnya.

"Kau baik-baik saja?", tanya anak perempuan itu karena sebelumnya Jungkook tidak menjawab pertanyaan temannya.

"Aku baik-baik saja. Terima kasih nak", jawab Jungkook disambut tawa dari mereka.

"Nak? Apa tidak salah? kau bahkan terlihat seumuran dengan kami", ujar ank laki-laki diiringi tawanya.

'Seumuran?', Jungkook melihat telapak tangannya. Tangannya mengecil, kenapa bisa?

"Jungkook.... Jungkookk... Jeon Jungkook..", panggil lelaki paruh bawa.

'Kakek? Kenapa dia masih hidup?', Jungkook semakin tidak mengerti situasi ini.

"Kami harus pergi", ucap anak perempuan itu sambil menarik lengan temannya.

'Tunggu... ini seperti terjadi puluhan tahun lalu, saat aku tenggelam', batin Jungkook.

'Berarti... aku kembali ke masa lalu, dan anak perempuan ini...'.

"Tunggu", Jungkook menahan lengan anak perempuan itu.

"Apa kau Chaeyoung?", tanya Jungkook.

Anak perempuan itu menggeleng, "Bukan, aku bukan Chaeyoung. Aku tidak mengenalnya".

"Lalu, bukankah kau menyelamatkanku?", tanya Jungkook.

Anak perempuan itu mengangguk, "Iya, tapi namaku bukan Chaeyoung. Namaku Yuna", jawabnya.

'Yuna?', batin Jungkook.

"Ayo Younghoon, nanti orang tua kita marah karena pergi terlalu lama", ajak Yuna pada Younghoon, anak laki-laki yang bersamanya.

'Tunggu, Younghoon? Yuna?', Jungkook tidak mengerti situasi ini, tapi ia harus berfikir cepat. Tanpa sengaja tangannya menyentuh sesuatu yang ada di celananya. Jungkook mencoba merogoh itu, dan melihat diary Yuna. 

'Aku benar-benar kembali ke masa lalu'.

"Tunggu....", Jungkook mengejar kedua anak itu.

"Apa kau Yuna, Choi Yuna?, dan kau Younghoon, Park Younghoon?", tanya Jungkook memastikan.

Kedua anak itu mengangguk, "Dari mana kau tahu nama kami?", tanya Yuna.

Jungkook tersenyum, "Aku tahu, dan aku akan perbaiki semuanya. Terima kasih telah menyelamatkanku".

"Sama-sama. Kami harus pergi", Yuna kembali menarik Younghoon untuk segera pergi dari sana karena suara seseorang yang memanggil Jungkook semakin dekat.

"Yuna....", teriak Jungkook.

Yuna menoleh dan menghentikan langkahnya.

"Aku mencintaimu..... Kita akan bersama, dan aku akan menggenggam tanganmu seperti yang kau inginkan".

Yuna bergidik ngeri, "Ada apa dengannya? Aku takut, ayo pergi Younghoon".

Jungkook tersenyum melihat kepergian Yuna, "Aku mencintaimu Yuna".


***

Seorang perempuan paruh baya kini berjalan ke pusaran suaminya yang meninggal dua tahun lalu. Perempuan itu tersenyum sambil mengelus lembut papan nama suaminya.

"Terima kasih Jungkook. Terima kasih telah hadir dalam hidupku, menjadi suamiku, dan ayah yang baik bagi anak-anak kita", ucap Yuna.

"Terima kasih juga telah menepati janjimu untuk tidak meninggalkanku, dan selalu mengenggam tanganku", Yuna mengeluarkan diary yang dimiliki Jungkook. Diary yang diceritakannya, bahwa ia datang dari masa lalu untuk memperbaiki masa depannya bersama Yuna.

"Mari bertemu lagi, di kehidupan yang akan datang".



Pembaca, terima kasih telah menemani waktu saya. Terima kasih telah membersamai saya di saat-saat sulit dalam menyelesaikan pendidikan lanjut saya. Melihat pembaca senang atas tulisan saya, membuat saya bersemangat. Pendidikan lanjut saya sudah selesai, semoga hal ini dapat membuat kita semakin dekat. Semoga hal ini juga membuat saya semakin sering berkunjung dan menulis.

Sekali lagi, terimakasih telah membaca tulisan saya.






















Yuna's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang