Dua minggu berlalu, Alva perlahan mulai terbuka dengan keluarga barunya. Kesedihan akan meninggalnya sang kakek sudah ia lupakan. Mattew, Leo, maupun Dion sangat bisa menghiburnya dengan berbagai cara.
Nyaman? Pasti. Alva yang tak pernah tau arti sebuah keluarga akhirnya bisa merasakan memiliki sebuah keluarga hampir utuh. Dikatakan hampir karena.. ya kalian tau.. Mattew masih setia menduda. Entah bisa bertahan sampai kapan, yang jelas, begini saja Alva sudah senang.
Selama dua minggu juga Alva terbiasa melihat intensitas ketiga lelaki dewasa yang mengaku sebagai abang dan daddy serta beberapa lelaki berkacamata hitam yang senantiasa berjaga di tiap sudut rumah.
Namun kini tepat dihadapannya, berdiri satu manusia tampan yang wajahnya sama sekali asing bagi Alva. Beberapa detik ia ketuk-ketukkan telunjuk di kepala, berharap mendapat informasi. Barangkali ada file di otaknya yang terhapus sementara.
Dan jawabannya—nihil.
"Jadi ini anaknya?"
Bukan, pria itu tak berbicara dengan Alva. Melainkan dengan sosok pria lainnya dibelakang Alva, "Benar, tuan muda. Tuan Matt yang mengadopsinya—"
"Sstt, tidak usah. Aku sudah tau semua." Pria asing tersebut mengisyaratkan pria lainnya untuk pergi. Membiarkan ia berdua dengan anak baru ini.
"Siapa namamu?"
Sedikit takut ia mencicit, "Alva."
Sial, imut sekali.
Alva merasakan elusan pada puncak kepalanya, "Aku Keenan. Dion dan Leo pernah bercerita tentangku, bukan?"
•••
"Kok pulang ga bilang bang? Kan bisa kita siapin suguhan gitu."
Keenan berdecih. Terlampau hafal dengan kata manis adiknya. Apalagi kalau bukan soal duit?
"Minta berapa?"
Leo tersenyum kikuk. Pura-pura kaget, "Lho? Uangku masih banyak lho bang. Aku murni pengen manjain abangku tercinta ini."
"Halah, paling dikasih segepok juga lo terima!"
Itu Dion. Membawa secangkir teh dan cemilan untuk Keenan. Meletakkannya dimeja dan memukul pelan pantat Leo, "Gue curiga lo beneran belok."
Dion menambah cubitan pada lengan Leo, "Kalaupun gue belok selera gue bukan lo, bangsat!"
"EHEM!"
Berhentilah sudah huru-hara dua cecungguk itu. Mattew menghembuskan napas kasar seraya memijit tengkuk leher, "Disini sudah ada Alva. Kalau kalian mau ribut bahkan berkata kasar, silahkan diluar. Jangan nodai anakku dengan kata-kata hewan itu!"
Informasi tambahan, saat ini anak Mattew hanya Alva. Dion, Leo, dan juga Keenan hanya bisa pasrah.
"Dan untuk Keenan."
"Hm?"
Keenan menunda keinginannya untuk ke kamar. Ia tau, ada hal penting berkaitan dengan perusahaan yang akan Mattew ucapkan.
"Bulan depan kamu bisa memimpin perusahaan."
Diam. Keenan total dibuat diam oleh ucapan sang ayah. Memimpin perusahaan ia bilang? Menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri aja belum sepenuhnya bisa. Apalagi untuk orang lain.
Hampir satu bulan lamanya ia dikirim ke luar negeri untuk melakukan uji coba kepemimpinan. Sudahlah mengerjakan skripsi, ditambah dengan belajar menjadi pemimpin. Dan sekarang apalagi? Apa Mattew harus selalu egois?
"Bahas nanti saja, dad. Keenan mau istirahat."
Jawaban Keenan menjadi keputusan final yang tak bisa diganggu gugat. Mattew mengangguk pasrah dengan Alva yang tertidur pulas di pangkuan—terlalu lelah mendengar drama keluarga.
•••
"Yang itu saja ya, baby? Kan warna biru sudah banyak."
Alva menggeleng keras. Ia kembali menunjuk boneka dino berwarna biru di salah satu katalog majalah. Airmata sudah di pelupuk, tinggal menunggu kapan akan jatuh. Kalau begini mana bisa Mattew tolak?
"Iya, besok beli dengan Edward ya, plump? Kabari daddy kalau sudah sampai mall."
Seraya tersenyum, Alva menganggukan kepala antusias. Ipad di tangannya mulai ia gerakkan ke tombol dial, berusaha menghubungi salah satu pengawal kepercayaan sang ayah.
Yang sedang menyiram tanaman tepat disamping Alva berada. Deket-deketan lho dek, kenapa ga ngomong langsung coba :(
Selesai bercengkrama singkat tentang pembelian boneka dino, Alva menyerahkan ipad ke salah satu maid. Memang sudah menjadi rutinitas bagi keluarga Altezzio untuk membatasi penggunaan teknologi Alva. Dan untungnya Alva merupakan tipe anak penurut. Ia yakin apapun yang diperintahkan keluarga barunya adalah hal baik.
Agak gajelas tapi ku harap kalian suka 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVA
Teen FictionHanya tentang Alva yang tak sengaja terperangkap dalam keluarga Altezzio.