"Kakak.. Apha mau nanya."
Dion yang awalnya terpaku pada laptop, mulai memfokuskan netranya pada sang adik. Terlihat buntalan kecil sedang menatap penuh minat.
"Nanya apa?"
"Ikan kenapa bisa napas di laut?"
Dion mengkerutkan dahi, "Karena punya insang."
"Insang itu apa kak?"
Karena ia yakin pertanyaan akan berujung panjang, Dion menyuruh si kecil untuk duduk di pangkuannya. Mengesampingkan sedikit tugas kuliah demi meladeni makhluk yang mulai penasaran akan segala hal.
"Insang itu alat pernapasannya ikan. Tapi ada beberapa ikan yang ga punya insang."
Guratan penuh tanda tanya menghiasi dahi si kecil, "Kalo ga punya insang meleka napas gimana?"
Sedikit menahan gemas sebenarnya. Dion baru sadar, Alva jauh berkali-kali lipat lebih menggemaskan ketika penasaran. Lihat saja pipinya yang digembungkan.
Dion harap Alva bisa mengurangi sedikit tingkat kegemasannya. Ia hanya takut suatu saat menjadi egois; mengurung si kecil untuk dirinya sendiri.
"Ya.. mereka lompat dulu ke daratan buat ambil napas, terus turun lagi ke laut."
Alva mengangguk sok paham. Ia berangsur pindah dari pangkuan Dion menuju lemari kecil di sudut ruang keluarga. Lemari itu membutuhkan sidik jari sebab didalamnya berisi harta karun khusus untuk Alva."Kamu bisa buka lemari itu sayang?" Keenan muncul setelah mengurung diri seharian dikamar. Si kecil memeluk kegirangan.
"Abang balu kelual kamal?"
Keenan menyamakan tingginya dengan Alva lalu mengusak surai coklat kehitaman itu dengan gemas, "Iya sayangku maaf ya. Tugas abang banyak."
"No ploblem.. it's okay."
Netra lebarnya kembali beralih ke lemari. Hanya menempelkan salah satu ibu jari ke mesin dan terbuka, terlihat banyak sekali buku ensiklopedia sampai komik berjejer disana. Dion sendiri sampai takjub. Grisella memang tidak main-main dalam memanjakan cucu bungsunya.
Alva mengambil salah satu buku ensiklopedia dan menunjuk gambar ikan paus di cover depan, "Kata oma, ikan ini ndak ada insang. Belalti dia lompat dulu ke dalat ya kak?"
Satu lagi keistimewaan yang Grisella beri; membiarkan Alva memanggilnya dengan sebutan oma. Tujuan utama agar anak itu tidak kesusahan.
Ingatkan Grisella untuk memaksa Mattew mengajak si bungsu terapi wicara. Umurnya sudah 6 tahun, tapi bicara saja masih cadel. Beberapa kosakata juga masih harus dieja. Entahlah apa yang keempat lelaki kurang belaian itu pikirkan. Lucu sih lucu, tapi hal detil seperti itu harus mereka perhatikan sedari awal. Bagaimana kalau misalnya nanti Alva diejek di sekolah karena masih susah bilang r?
"Iya Alva, ih adik kakak pinter ya. Siapa sih yang ngajarin?" Goda Dion membuat wajah si kecil memerah hingga telinga.
"Oma."
Bagai tersambar petir, hati Dion sakit sekali rasanya. Daritadi yang menjawab pertanyaan kan dia, kenapa malah grandma terus disebut..
"Alva ga salah ya sayang.. kan emang yang pertama ngasih tau grandma. Lo gausah lebay gitu."
Sindiran Keenan langsung menusuk ke relung hati Dion yang paling dalam. Memang kurang ajar abangnya satu ini.
"Sayangku.. ada cookies nih. Mau?"
Grisella datang membawa sepiring penuh kue kering serta susu stroberi. Dion yang sudah lapar sedari tadi langsung mengambil salah satu kue sebelum Grisella menepuk tangannya agak keras, "Aduh! Kok dipukul sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVA
Teen FictionHanya tentang Alva yang tak sengaja terperangkap dalam keluarga Altezzio.