Hari ini adalah hari ketiga si bungsu sakit. Syukurnya, panas hebat yang dialami berangsur membaik. Alva pun sudah tidak lagi mengeluh kepalanya pusing atau badannya yang hangat. Namun Mattew tetap rutin memberikan antibiotik sesuai perintah Alex.
Dan seperti biasa, drama minum obat menjadi hal yang paling menguji kesabaran keluarga Altezzio.
"Ini vitamin sayang, bukan obat. Diminum ya biar sembuh. Ingat kan Uncle Alex ngomong apa semalam?" Bujuk Mattew dengan sedikit kebohongan. Tapi bagaimana lagi jika Alva terlalu anti dengan obat.
Tadi malam memang Alex mampir ke apart Mattew. Hanya sekedar melihat keadaan Alva, masih perlu minum obat utama atau tinggal antibiotik saja. Untungnya Alva adalah anak kuat sehingga hari ketiga ia bisa meminum antibiotik tanpa obat tambahan seperti hari-hari sebelumnya.
"Ndak mau!! pait!" Alva menutup mulutnya dengan kedua tangan. Kepalanya menggeleng dengan airmata tertahan di pelupuk.
Obat yang Alex berikan ada tiga. Salah dua berbentuk cair dengan perisa jeruk sedangkan satu lagi berbentuk tablet bulat berwarna putih dan rasanya pahit. Alva tak masalah sebenarnya dengan dua obat cair tersebut. Walaupun rasa yang dihasilkan tidak semanis sirup, namun lidah mungilnya tetap bisa menelan. Berbeda dengan obat satunya lagi. Alva pernah menangis hebat kala obat itu dipaksa masuk mulutnya. Mulai detik itu ia bertekad akan membenci obat apapun jenisnya.
"Ayo dong nak.. buka ya mulutnya? Nanti daddy ajak ke taman bermain deh. Kita main wahana bareng. Mau ya?"
Mattew berulang kali menarik napas lalu membuangnya. Ia benar-benar harus sabar saat ini. Sejak awal mengadopsi Alva, Mattew berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi ayah yang hebat. Jika menahan emosi saja tidak bisa, bagaimana ia akan menjadi ayah yang hebat?
Dari kejauhan Keenan melihat interaksi lucu antara Mattew dan Alva. Sesekali terkekeh karena kelucuan Alva yang teguh menolak obat masuk mulutnya. Ah.. ingin sekali gabung tapi skripsi sedang didepan mata. Mau tidak mau ia harus mendahulukan kewajibannya demi bisa lulus.
"Lho belum diminum juga obatnya dad?" Tanya Dion sehabis dari dapur. Ia baru selesai memasak makanan untuk Mattew dan dua saudaranya. Ia ingat sekali Alva sudah dibujuk minum obat sejak 20 menit lalu. Sampai sekarang masih belum berhasil juga.
Ini adiknya yang terlalu bebal atau Mattew yang tidak jago membujuk anak kecil, sih?
"Adikmu mogok minum obat. Coba kamu bujuk.. mungkin dia mau." Ucap Mattew terlampau pasrah. Dia menyerahkan obat dan air putih pada Dion lalu beranjak ke dapur. Mungkin membuat kopi untuk meredam emosi. Kebiasaan Mattew dari dulu.
Dion mendapat sebuah ide. Ia mendekat ke arah adiknya duduk dan mulai bercerita tentang keluarga dino yang rajin minum obat.
Dahi Alva mengkerut, "Papel dino minum obat?"
"Iya dong. Daddynya purple dino selalu ngasi purple dino obat setiap hari. Alva tau ga kenapa?"
Yang ditanya menggeleng. Kedua pipi gembul itu bergerak kesana kemari. Kalau tidak ingat tujuannya disini untuk apa, sudah Dion terkam pipi itu.
"Tujuannya biar purple dino sehat. Coba bayangin kalo purple dino sakit, pasti daddynya purple dino sedih kan?" Tanya Dion dengan wajah melankolisnya. Dari ujung ruang keluarga, Leo melihat dan ingin muntah detik itu juga.
Alva yang pada dasarnya memiliki pikiran polos sudah akan menangis sebelum Dion melanjutkan dramanya, "Nah, sama kayak Alva. Alva kan sekarang lagi sakit jadi wajib minum obat. Tuh lihat kasian daddy daritadi bujuk Alva, tapi Alvanya gamau. Purple dino aja mau minum obat.. masa Alva engga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVA
Teen FictionHanya tentang Alva yang tak sengaja terperangkap dalam keluarga Altezzio.