14

9K 617 9
                                    

Setelah insiden terjebak di bianglala beberapa hari lalu, Mattew diharuskan kembali ke Indonesia untuk rapat dengan perusahaan abal-abal itu. Apa-apaan?!

Founder perusahaan yang ternyata juga orang Indonesia mengatakan bahwa insiden tersebut bukanlah dari pihaknya. Melainkan ada campur tangan pihak lain yang belum diketahui.

Mattew tertawa dalam sambungan telepon. Orang ini benar-benar minta dihajar.

"Saya berani membuktikan, sir. Tolong jangan cabut saham anda dari perusahaan ini." Ucap si founder bernama Tian. Ia mengatakan dengan suara tegas dan stabil. Mattew rasa alat pendeteksi kebohongan pun akan terkecoh olehnya.

"Kalau begitu kirim rekaman cctv di seluruh area taman bermain. Saya sudah melihat semuanya dengan teliti. Jika ada satu hal yang berbeda, maka kau harus siap menerima hukuman setimpal."

Nada suara Mattew terdengar santai sebenarnya. Namun entah kenapa hal itu menambah ketakutan Tian. Semua rekaman cctv sudah ia dan timnya edit, bagaimana bisa ia tunjukkan ke Mattew? Niat busuknya pasti terbongkar.

"Mohon maaf sir, rekaman yang anda minta hilang begitu saja sehari setelah insiden terjadi. Saya pun tidak tau siapa yang mengambilnya."

Mattew menaikkan satu alisnya. Orang ini bodoh ya?

Jelas-jelas Mattew masih bisa melihat rekaman  sampai hari ini. Oleh karena itu ia ingin menantang Tian. Ia yakin Tian tidak akan bisa menunjukkan rekaman yang asli karena Mattew mengetahui tentang proses pengeditan.

Tapi Mattew tidak menyangka bahwa Tian akan berbohong dengan alasan bodoh seperti ini. Apa perlu ia seret anak ketiganya agar mengajari Tian tata cara bohong yang baik dan benar?

Maka dalam hitungan detik, Mattew mematikan sambungan telepon. Terlampau malas berbicara dengan manusia pembohong dan bodoh.

"Bilang anak-anak kita pulang ke Indonesia besok. Dan.."

Mattew menjeda ucapannya sebelum menahan napas dan menghembuskannya perlahan, "Aku ingin penjagaan anakku diperketat. Kalau bisa kemanapun dia melangkah, minimal ada satu orang yang bisa memantaunya."

Maka tak ada alasan untuk Edward menolak. Perihal anakku, Edward pun sudah tau pasti siapa yang dimaksud.

***

Alva sudah benar-benar pulih. Terbukti dengan tingkahnya yang random hari ini; mengambil 3 toples kosong dan diletakkan berjejer atas lantai.

"Cukup ndak ya?" Tanyanya pada diri sendiri. Setelah berpikir 3 detik ia pun menambah satu toples lagi, kali ini lebih besar. Total ada 4 toples.

Dengan rasa tidak bersalahnya Alva menuju akuarium mini dekat televisi dan mengambil beberapa ikan untuk dimasukkan dalam toples. Akuarium yang tadinya berisi 6 ikan kini tersisa 2.

"Cantik!"

Si kecil memulai eksperimennya. Sedari awal menempati apart, ia tertarik sekali dengan ikan-ikan mungil ini.

Dulu saat kakek masih hidup, ia selalu diajak kakek ke toko ikan hias. Kakek bilang bahwa ikan itu mahal harganya, jadi kalau ingin beli harus menabung lebih dulu.

Alhasil mereka hanya melihat-lihat sambil sesekali mengetuk kaca akuarium dan berujung ditegur pemilik toko. Kenangan manis bersama kakek.. Alva jadi rindu.

Hatinya menghangat ketika ikan-ikan itu berenang lincah di toples miliknya. Ia tengkurap seraya memperhatikan interaksi satu ikan dengan ikan lainnya dalam toples berbeda.

Toples satu dan dua diletakkan berdekatan, begitu pula toples tiga dan empat. Berpasang-pasangan konsepnya.

Eksperimen pun mulai. Disini Alva akan mengadu kelincahan berenang antara ikan di toples satu-dua dan tiga-empat. Siapa yang masih lincah hingga akhir eksperimen akan Alva kembalikan dalam akuarium.

ALVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang