"Kenapa ga ngasih tau kamu udah adopsi anak ini?! Kenapa wahai anakku yang paling kaya?" Oceh grandma yang terlampau 15 menit berbicara seperti itu.
Dan yang unik, kedua tangannya tidak berhenti meladeni keinginan Alva, seperti mengambilkan minum, memegang blue dino, bahkan mengusap perut black dino agar bisa tertidur.
"Maaf dong ma, Matt bener-bener banyak kerjaan jadi agak lupa—"
"LUPA KAMU BILANG? IBUMU SENDIRI DILUPAIN?!"
Sang anak hanya menggaruk telinganya yang tak gatal. Sebenarnya malas sih berurusan dengan ibunya, tapi mau gimana lagi. Sudah ada Alva sekarang. Dan nampaknya ibunya lah yang paling dekat dengan Alva.
"Matt kira dengan mama ngasih tau tentang Alva, mama tau sendiri kelanjutannya.."
"Jadi kamu ngira mama ini dukun gitu? Seenggaknya kabarin mama gitu lho kalo mau ke pantinya Alva. Kan mama bisa ikut!"
Kali ini Leo dan Dion yang menggaruk telinga mereka. Bagaimana ya? Mereka juga sengaja tidak memberi tau grandma. Kalau dia ikut, bisa runyam imajinasi mereka tentang memiliki adik kecil. Alias Alva akan langsung diajak tinggal oleh nenek tua itu. Bahaya bukan?
Keenan masih tidur dikamar. Tidak ikut percekcokan duniawi ini.
"Kalian berdua juga! Yaampun.. grandma kan udah kasih handphone yang paling bagus, gunain gitu lho buat kabarin nenekmu ini. Apa tega kalian ngebiarin grandma uring-uringan ga jelas karna ga dikasih tau soal Alva? Mau?"
Ketiga lelaki Altezzio hanya bisa mengangguk dan berkata, "iya grandma, kita minta maaf."
Dan makhluk paling kecil diantara mereka terlihat bingung. Ada apa ini? Kenapa grandma marah-marah sambil menyebut namanya? Ia yakin kok tidak pernah buat salah.
Kalau bertemu Grisella, Alva sudah pernah bertemu sebelumnya. Ia ingat sekali mereka bertemu di bus kala itu. Grisella lah orang yang membeli dagangannya. Dan sekarang doa Alva terkabul. Ia bertemu lagi dengan ibu ini, bukan sebagai penjual dan pembeli, tapi nenek dan cucu.
"Kalian terlalu larut bertengkar sampai lupa ada makhluk mini yang takut melihatnya." Ucap Keenan dan sontak membuat keempat orang itu diam. Mereka sama-sama melihat Alva yang bingung dan juga takut. Terbukti dengan ditolaknya tangan Mattew yang mau menggendong.
"Kenapa gamau, sweetheart? Kan yang daritadi marah nenekmu, bukan daddy. Yuk sini daddy gendong." Kepala Mattew pun digetok tongkat grandma. Anak kurang ajar.
"Ennan.. mau ennan aja.." Lirih Alva. Keenan tak perlu lagi bertanya apa artinya karena ia sudah tau.
"Mau digendong abang? Sini."
Alva sedikit berlari ke arah Keenan. Ia lalu merentangkan kedua tangannya dan disambut baik oleh Keenan, "Keenan pamit ajak Alva jalan-jalan dulu. Kalian silahkan dilanjut bertengkarnya. Permisi."
Setelah perginya Keenan dan Alva, mereka berempat mulai menyalahkan satu sama lain. Apalagi Grisella dan Mattew, merekalah yang paling sering adu mulut.
"Gara-gara kamu Alva diambil sama Keenan!"
"Kok Matt sih ma? Mama dong yang salah, ngapain marah-marah mulu?"
Di sisi lain..
"Mukamu keringetan, panas ya?"
Alva mengangguk. Ia menyandarkan kepalanya di bahu lebar Keenan, "Nanas.."
Keenan agak terkekeh, "Panas, sayang. Bukan nanas. Yuk duduk disitu, adem tuh."
"Mau es krim?"
Alva mengangguk (lagi). Keenan pun mengajaknya membeli es krim turki yang terkenal suka 'mempermainkan pelanggannya'.
"Coba kamu bilang ke penjualnya, pak beli vanila sama coklat 1."
Alva menurut. Ia berkata demikian lalu mulai dipertontonkan aksi si penjual. Tangan kecilnya berusaha meraih cone es krim, namun tidak bisa. Si penjual pun memberikan cone itu tepat di hadapan Alva, tapi ketika Alva ingin mengambilnya, si penjual langsung mengangkat tinggi cone tersebut.
Keenan tertawa gemas. Sungguh ia gemas sekali melihat wajah adiknya yang memerah. Pertanda kesal mungkin.
"Ennan.. ennan aja ambil.. Alva ndak bica.." Alva mengucapkan itu sambil menahan tangisnya.
"Lho kok nangis? Astaga sini abang gendong. Abang yang ambil ya, maafin abang ya sayang. Abang minta maaf, oke? Permintaan maaf diterima?" Tanya Keenan seraya mengecup kedua mata, hidung, serta punggung tangan Alva.
Alva mengiyakan. Beberapa detik kemudian, mereka mendapatkan es krimnya. Es krim ini sangat besar di tangan Alva, sehingga ia makan dengan belepotan sana sini.
"Kok masih belepotan? Sini abang lap mulutnya." Ucap Keenan yang langsung mengusap lembut bibir Alva dengan tangannya.
"Nah bersih. Habisin ya."
Dua makhluk beda usia itupun menghabiskan waktu bersama. Kini Alva tidak lagi takut dengan abang sulungnya. Justru Alva berharap mereka bisa terus tertawa seperti ini selamanya.
Halo semua!
Happy new year!! 🎉🎉
Libur nataru ini kalian kemana nih? Semoga selalu sehat-sehat ya
Makasih banget buat semua vote dan komennya. Aku ga nyangka ada yang suka dengan cerita ini. Teruslah komen dan vote ya, boleh juga kasih ide untuk part selanjutnya
Woves u all 🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVA
Teen FictionHanya tentang Alva yang tak sengaja terperangkap dalam keluarga Altezzio.