"Ini Alva, adikku."
Wanita berambut pendek itupun tersenyum gemas. Tangan kanannya ia ulurkan, "Hai aku Clara! Sepupumu!"
Yang diajak berkenalan malah meringkuk dalam pelukan Mattew. Semuanya tampak asing, terlebih wanita yang mengaku kakak sepupunya ini. Ternyata dialah yang memeluk Keenan di bandara tadi pagi.
"Honey, tunjukkan wajahmu. Mereka juga keluargamu lho." Bujuk Mattew sambil mengusap pelan rambut Alva. Ia tau sekali bungsunya ini tidak terbiasa berbicara dengan orang asing.
Salah satu pria diujung sofa tersenyum tipis. Alva melirik pria tersebut dan nampak tidak asing. Mirip sekali dengan daddynya.
"Hai, kenalkan aku Uncle John. Adik daddymu."
Pria itu memperkenalkan namanya dan berusaha mengambil alih Alva dalam gendongan Mattew sebelum tangan lentik Clara mengambilnya penuh paksa.
"No, dad. Aku gemes banget sama dia. Please jadiin dia adik aku ya.." Ucapnya semangat sambil sesekali mencium pipi gembul Alva.
Alva sendiri merasa agak risih. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menutup pipi kirinya namun gagal. Kecupan dari orang yang mengaku kakak sepupunya ini sangatlah agresif.
Leo yang sudah melihat tanda-tanda bahwa adiknya akan menangis langsung mengambil paksa Alva dari pelukan si wanita sinting. Kalau bukan karena Clara adalah adik tersayang Keenan-tentu sebelum ada Alva-ia tidak akan membiarkan adiknya ditangan wanita sinting itu.
"Lo kalo mau caper jangan ke adek gue. Gatel banget jadi cewek." Ucap Leo yang langsung mendapat tatapan tajam dari Keenan.
"Jaga omongan kamu, Leo. Abang ga pernah ngajarin kamu ngomong kayak gitu!"
Leo menghembuskan napas pelan. Beginilah Keenan jika ada Clara. Seperti orang kena pelet.
Keenan memang sangat dekat dengan Clara. Menurut kesaksian Mattew, Keenan bagaikan penjaga Clara. Keenan akan selalu menjaga Clara dari bahaya apapun. Selain itu, semua yang Clara inginkan pasti Keenan berusaha mengabulkannya. Hal itulah yang membuat Clara sangat manja pada Keenan. Ia juga menjadi sombong dengan apa saja yang Keenan berikan. Ia merasa Keenan hanya sayang pada dirinya. Namun tentu saja semua hanya bisa dia rasakan dalam hatinya. Didepan keluarga besar, ia akan menjadi perempuan baik dan ceria.
Sinting.
"Darl, daddy ke ruang kerja dulu ya sama uncle. Kamu disini sama kakak-kakakmu gapapa?" Tanya Mattew sambil mengusap pipi si bungsu.
"Nda papa, dad."
"Be a good boy ya sayang, jangan bikin kakak-kakakmu kewalahan oke? See u di meja makan ya."
Alva menatap kepergian daddy nya bersama uncle. Sedikit sedih karena dirinya masih ingin bermanja-manja.
"Kak.." Alva memanggil lirih dalam dekapan Leo."Hm? Apa adikku? Haus? Laper?" Leo sedikit mengendurkan pelukannya pada Alva. Tidak lucu kalau adiknya sesak napas karena terlalu erat dipeluk.
Alva menggeleng pelan. Ia menunjuk Keenan yang kini asik mengobrol dengan Clara. Biasanya jika ada Alva, Keenan akan lebih memilih memangku Alva. Tapi kenapa sekarang malah ngobrol dengan perempuan itu? Alva kan juga ingin dipangku..
"Ennan.. mau Ennan.."
Melihat Alva ingin menangis membuat Leo tak tega. Meskipun berat hati, ia tetap memberikan Alva pada Keenan.
"Bang, Alva mau dipangku."
Keenan melirik adik kecilnya yang memasang wajah melas. Sedikit terkekeh, lalu kakinya ia rapatkan untuk memangku Alva.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVA
Teen FictionHanya tentang Alva yang tak sengaja terperangkap dalam keluarga Altezzio.