Cerita Rahasia

15.7K 121 0
                                        

Ceklek*

Pintu ruangan garvin terbuka yang memperlihatkan Garvin sedang mendongak seraya matanya yang terpejam sambil sesekali mendesah.

"Pak Garvin?"

Karyawan yang baru saja masuk itu pun tercengang dan mematung di depan pintu

"Oughh shit... Ada apa ahhh..."

Garvin tak menghiraukan seseorang yang baru saja masuk yang sedang menyaksikan dirinya masturbasi di tempatnya. Garvin sama sekali tidak menghentikan perbuatannya.

"Maaf pak, ada berkas yang harus bapak tandatangani, tolong segera di tandatangani."

"Bawa kemari Mahen... Ahh..."

Ya Mahen adalah seorang manajer di perusahaan Garvin, ia juga kadang menjadi tangan kanan Garvin saat ada masalah dalam perusahaan.

Mahen masuk ke dalam kemudian meletakkan berkas tersebut di atas meja tepat di depan Garvin.

"Ambilkan pena nya" titah Garvin yang masih asik dengan rudalnya

Mahen hanya menuruti perintah Garvin sambil sesekali melihat ke rudal Garvin yang membuat Garvin tersadar.

"Kenapa kau terus melihatnya? Kau ingin mengulumnya?"

"Ti-tidak pak, maaf"

"Kulum saja, aku juga akan menaikkan gajimu saat kau mau memuaskanku"

"Tapi saya laki-laki"

"Tentu saja bisa. Kau mau?"

Garvin yang bodoh, lagi-lagi dia melakukan kesalahan yang sama hanya karna ingin mendapatkan kepuasan sesaat.

Mereka melakukan hal yang menjijikan itu bersama dia ruangan garvin, Karna Mahen juga tertarik dengan uang yang di tawarkan oleh Garvin.

***

Rafka memijat keningnya setelah sekian lama membaca skrip yang telah ia buat. Rasanya pusing, belum lagi dia harus melihat beberapa berkas yang sudah menumpuk di meja nya. Seperti tak ada habisnya pekerjaan itu. Rea memperhatikan suaminya itu kemudian pergi keluar dan membuatkan secangkir kopi untuk Rafka.

Ceklek*

Rafka menoleh saat pintu terbuka yang kedua kalinya.

"Kau... Darimana?"

"Ini, aku buatkan Kopi, kau pasti lelah... Bersantai lah sebentar. Aku tau kau pusing dan kelelahan, pekerjaan sebanyak ini kau kerjakan sendiri. Apa kau tidak punya asisten?"

"Tadinya aku punya. Tapi dia di paksa memberikan kesuciannya pada Garvin. Setelah itu dia bunuh diri"

Garvin, pria itu memang menyebalkan. Bisa bisanya dia mengambil paksa kesucian karyawan Rafka.

"Biar ku bantu"

"Apa kau bisa?" Rafka mengerutkan keningnya menatap sang istri

"Tentu saja, cita citaku adalah menjadi seorang direktur. Tidak mungkin aku tidak bisa mengerjakan ini"

"Sungguh cita cita yang mulia. Tapi, harus berakhir dengan..." Rafka menggantung ucapannya

"Ya.... Sudahlah Rafka, aku tidak ingin membahasnya. Terkadang aku sedih saat mengingat ibuku. Sebentar.."

"Ada apa?"

"Bagaimana dengan ibumu? Kau pasti punya ibu kan?"

Rafka terkekeh kecil saat mendengar pertanyaan dari Rea

"Jelas aku mempunyai ibu, jika aku tidak punya ibu lantas dari mana aku lahir?"

"Ya, kau benar. Maksud ku ibumu kemana? Bahkan saat pernikahan kita aku tidak melihat ibumu"

"Ibuku ... Dia membenciku"

"Apa?! Kenapa?"

"Aku pernah melakukan hubungan seksual dengan laki-laki ya dalam tanda kutip homoseks"

"Laki-laki, jangan bilang dengan-"

"Ya, dengan Garvin"

Lagi-lagi Garvin, kenapa laki-laki itu ada di setiap masalah, memang Garvin pembawa masalah untuk semua orang, apa tidak seharusnya ia di jebloskan ke rumah sakit jiwa?

"Garvin lagi?!"

"Ya..."

"Tunggu, apa kau gila! Kau melakukan itu dengan Garvin? Bagaimana caranya?"

"Ya dia memasukkannya ke dalam anusku, dan kami melakukan itu lebih dari sekali hingga akhirnya ibuku melihatnya"

*Flashback*

"Rafka!!! Apa kau gila, kau dan Garvin sama sama laki-laki Rafka! Apa kalian seorang gay! Jangan jangan kau mencintai Garvin, dan Garvin... Kau mencintai putraku?!!"

Mereka hanya terdiam dan menundukkan kepalanya

"Benar benar ya kalian! Kalian ini masih kecil, untuk apa kalian melakukan hal seperti itu?! Mama kecewa padamu Rafka. Mulai saat ini jangan panggil aku mama lagi Karna kau bukan anakku!"

Deg!

Rafka mendongakkan kepalanya menatap sang ibu yang kemudian ibunya langsung berbalik dan mengemasi barang-barang milik Rafka. Setelah selesai wanita paruh baya itu melemparkan koper berisi barang-barang Rafka  ke hadapannya

"PERGI!"

"Tapi ma. Rafka mau tinggal dimana?"

"Saya bilang jangan panggil saya mama!, kamu bukan anak saya!"

*Flashback off*

Rea mendengarkan cerita yang di ucapkan oleh Rafka kemudian hanya diam.

"Ya, jika kau jijik padaku, kau bisa menceraikan aku sekarang"

Rea menatap Rafka kemudian.

"Tidak, aku tau itu bukan salahmu, dan itu juga bukan atas dasar keinginanmu, kau hanya menuruti perintah Garvin. Aku paham"

Tanpa berbicara lagi Rafka memeluk Rea yang membuat Rea sedikit tersentak dan berujung membalas pelukannya.

"Terimakasih, hanya kau yang mempercayaiku saat mendengar cerita ini. Terimakasih Rea. Aku berjanji akan membuatmu bahagia saat kau bersamaku"

"Memangnya kau pernah bercerita kepada siapa lagi selain aku?" Tanya Rea saat mereka sudah melepaskan pelukannya

"Sebenarnya aku pernah menceritakan pada mantan kekasihku, dan setelah itu dia meninggalkan aku Karna dia mengira aku adalah gay. Rea ingat, cerita ini sangat Rahasia, aku mohon jangan kasih tau siapapun"

"Oke, baiklah.. percayakan semua padaku"

"Aku percaya padamu"

Chup

Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Rea, Rea tersenyum kemudian melingkarkan lengannya di leher Rafka.

"Kau ingin berciuman?"

"Kau sudah mulai nakal ternyata" ucap Rafka Seraya mencolek lembut hidung Rea

Mereka mendekatkan bibirnya satu sama lain kemudian memejamkan matanya. Baru saja bibir mereka menyentuh dan hendak memagut satu sama lain , tiba-tiba sebuah ketukan pintu terdengar.

Tok tok tok...

Mereka membuka matanya kemudian menoleh ke arah pintu bersamaan.

THREESOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang