di meja makan

22.3K 124 1
                                        

Rea menatap Rafka yang mendapatkan balasan tatapan hangat dari Rafka. Tanpa Rea mengatakan apapun Rafka menganggukkan kepalanya seorang tahu akan maksud dari tatapan sang istri.

Rea mengalihkan pandangannya kemudian kembali menatap bibi dan keponakannya.

"Kalian boleh tinggal di rumahku dan Rafka"

"Kau serius?"

Rea menganggukkan kepalanya Seraya tersenyum.

"Terimakasih Rea, kau memang orang baik, terimakasih juga Karna telah memaafkan ibu"

"Iya Tania, aku sudah memaafkan bibi sejak lama"

Beberapa detik kemudian seorang dokter masuk ke dalam ruangan dan memeriksa keadaan Soraya dan Tania.

"Ibu keluarganya?"

"Iya, saya keluarganya dok"

"Mereka sudah boleh pulang, luka bakar di kaki dan tangan mereka sudah membaik. Silahkan selesaikan administrasinya ya Bu, pak"

"Baik dok" jawab Rafka.

Rafka pergi untuk menyelesaikan biaya administrasi sedangkan rea membantu mengemasi barang-barang tante dan keponakannya.

***

Saat sampai di rumah, mereka langsung masuk ke dalam rumah, masih ada Garvin dan Ken disana.

"Rafka... Mereka?"

"Ya, mereka akan tinggal disini bersama kita. Kau tidak keberatan bukan?"

Garvin menatap tubuh Tania dari ujung kepala sampai ujung kaki kemudian menganggukkan kepalanya.

"Tidak, tidak sama sekali"

"Aku akan mengantarkan mereka ke kamar" ucap Rea tiba-tiba.

Rafka menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Rea langsung mengantarkan bibi dan keponakannya itu ke kamar yang akan mereka tempati.

"Ini kamar bibi"

Soraya dan Tania melihat sekelilingnya dan tercengang.

"Kamu serius Rea? Ini kamar bibi?. Ini terlalu besar untuk bibi"

"Tidak apa apa bi, disana ada pintu. Di balik pintu itu ada kamar mandi, jadi bibi tak perlu keluar kamar seperti di rumah dulu saat ingin mandi"

"Ya ampun Rea, ternyata setelah bibi menjualmu hidupmu lebih bahagia ya.."

Bahagia? Ya, Soraya memang selalu tertarik dengan kemewahan dunia dan uang. Jadi dia tak tau hal buruk apa yang selama ini Rea terima sebelum menikah dengan Rafka, bahkan sesudah.

"Bagaimana dengan kamarku?"

"Oh, aku hampir lupa. Bi, bibi bereskan saja barang-barang bibi, Rea akan antar Tania ke kamarnya"

"Apa!, rumah se besar ini apa tidak ada art?"

"Ada alasan tertentu yang membuat Rafka dan Garvin tidak mempunyai art di rumah ini, dan bibi tak perlu tahu, ayo Tan"

Tania mengikuti langkah Rea untuk melihat kamarnya.

"Ini."

Tania membulatkan matanya menatap seisi ruangan, ya mereka memang tak memiliki rumah yang mewah. Mereka hanya tinggal di sebuah bordil, tidurnya pun tak pernah nyenyak, sebab mereka selalu mendengar desahan demi desahan yang keluar dari para psk.

"Bereskan barang-barangmu, aku akan keluar menemui suamiku"

"Baiklah.."

Rea pergi meninggalkan Tania di ruangannya, saat Rea sudah jauh melangkah Tania menaruh tasnya kemudian melemparkan tubuhnya ke kasur empuk itu dan berguling kesana kemari.

THREESOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang