•
•
•Dimalam hari yang sunyi, gelap dan dingin saat ini tampak seorang pria dengan penampilan yang sedikit berantakan sedang bersandar dipinggir balkonnya sembari melihat-lihat pemandangan kota dimalam hari. Pria itu menghembuskan nafasnya lalu kembali menegak segelas wine ditangannya.
"Xaviena...." Gumam pria itu setelah menegak segelas wine ditangannya dengan nada berat dan serak basahnya.
"Aku tidak bisa... Aku tidak bisa membiarkanmu dimiliki oleh orang lain. Kamu milikku, Xaviena!" Ucap pria itu dengan kilatan obsesi terlihat dimatanya dan nada bicaranya pun menjadi berubah dingin.
(´∩。• ᵕ •。∩')
Di pagi hari yang tampak mendung, terlihat wanita yang menggunakan pakaian khas kantornya menuju ruangan sang bos yaitu Sabirru Leonardo Da Xanthone. Wanita tersebut mengetuk pintu ruangan bos nya dengan tangan kanannya memegang beberapa berkas kantor.
"Masuk." Ucap Sabirru dari dalam ruangannya ketika dia mendengar suara ketukan pintu dari luar.
Wanita yang tak lain adalah Xaviena itu pun masuk setelah mendengar izin dari bos nya.
"Permisi pak, saya ingin memberitahukan bahwa ada laporan yang harus bapak tandatangani terlebih dahulu sebelum kita meeting diluar." Ucap Xaviena sembari menyerahkan berkas kantor yang dipegangnya ke atas meja Sabirru. Sabirru yang sedang melihat laptopnya pun mengalihkan pandangannya menuju Xaviena-nya, ralat sekretaris pribadinya.
"Hanya ini saja, kan?" Tanya Sabirru pada Xaviena setelah menandatangani beberapa berkas tersebut. Lalu Xaviena hanya menjawab dengan anggukan.
"Bersiap-siaplah karena tiga puluh menit lagi kita akan meeting di luar. Jangan membuatku menunggu atau kau akan kupecat." Ucap Sabirru dengan nada dingin dan tegas pada Xaviena yang masih berdiri memegang beberapa berkas tadi.
Xaviena menganggukkan kepalanya dengan sedikit kaku lalu menundukkan kepalanya sebagai hormat lalu keluar dari ruangan Sabirru.
(´∩。• ᵕ •。∩')
Sesuai perintah dari Sabirru, saat ini Xaviena sedang berada di salah satu cafe yang terkenal dipinggir kota dengan Sabirru. Mereka hanya pergi berdua saja karena perintah dari Sabirru sendiri. Xaviena merasa sangat canggung dari perjalanan hingga menuju cafe. Xaviena yang terkenal ceria kini hanya terdiam kaku didalam mobil Sabirru.
Ketika sampai dicafe, Xaviena diajak oleh Sabirru untuk menuju meja kliennya yang berada dilantai dua diruangan tertutup yang sudah di booking olehnya. Selama meeting berlangsung, Xaviena mempresentasikan semua hasil yang telah ia pelajari untuk memajukan perusahaan dan cara bekerjasama dengan perusahaan lain.
Bukannya memperhatikan, justru sebaliknya. Sabirru maupun para kliennya tidak memperhatikan hasil presentasi dari Xaviena, melainkan hanya menatap kecantikan dari Xaviena. Xaviena yang menyadarinya pun berdehem pelan.
"Ekhm... Apa ada yang kurang jelas? Atau tidak paham?" Ucap Xaviena dengan tersenyum canggung melihat tatapan para klien Sabirru kearahnya. Dia juga semakin canggung melihat tatapan tak terbaca dari Sabirru yang juga tersenyum tipis padanya.
"Tidak ada, semua sudah jelas. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Ucap salah satu klien Sabirru dengan tatapan genitnya pada Xaviena.
"Excuse me? Kenapa anda menjadi menanyakan nama sekretaris saya? Untuk apa urusan anda menanyakan namanya?" Ucap Sabirru dengan nada dingin ketika melihat salah satu kliennya menanyakan nama Xaviena dengan tatapan genit.
Ia sangat tidak suka ketika ada yang menggoda Xaviena-nya. Sudah cukup dia bersaing dengan manusia yang bernama Albarra yang menjadi tunangan Xaviena-nya. Sungguh dia tidak sanggup. Andai saja dizaman ini masih pada sistem pemerintahan kerajaan, sudah dipastikan pria itu dia penggal.
(´∩。• ᵕ •。∩')
Setelah kejadian yang kurang mengenakkan tadi, Sabirru langsung mengajak Xaviena kembali ke kantor. Xaviena yang sedikit takut melihat perubahan ekspresi Sabirru pun hanya menurut saja. Dia menjadi sedikit ngeri melihat bos nya itu. Kenapa bos nya menjadi sangat menyeramkan seperti itu? Padahal tadi kliennya hanya menanyakan namanya. Itu lah isi pikiran dari Xaviena saat ini.
Bahkan saat ini ketika masih didalam mobil untuk menuju kembali ke kantor pun, Xaviena tak berani bersuara sama sekali. Sabirru yang saat ini sedang menyetir mobilnya pun melirik sekilas dari sudut matanya kearah Xaviena yang masih terdiam kaku dan canggung.
"Kenapa kau terlihat sangat tegang, Xaviena?" Tanya Sabirru pada Xaviena yang masih terdiam duduk dikursi penumpang disebelahnya.
"T-tidak ada, pak. S-saya tidak tegang. Saya hanya heran kenapa bapak terlihat begitu marah ketika salah satu klien bapak tadi bertanya nama saya." Ucap Xaviena dengan sedikit gugup. Dia mengalihkan pandangannya kearah jendela mobil untuk menghilangkan rasa canggungnya.
"Saya hanya tidak suka dengan pria itu yang berani-beraninya bertanya tentang sekretaris pribadi saya. Saya hanya merasa tidak nyaman." Jawab Sabirru dengan nada tenang. Hal itu membuat Xaviena menganggukkan kepalanya pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela mobil. Sabirru yang melihat itu pun tersenyum tipis tanpa diketahui oleh Xaviena.
(´∩。• ᵕ •。∩')
Ketika sampai dikantor, Sabirru masuk terlebih dahulu kedalam kantor dan meninggalkan Xaviena yang masih berjalan pelan dibelakangnya. Ketika Xaviena dan Sabirru keluar bersamaan dari mobil milik Sabirru, para karyawan wanita menatap penuh iri pada Xaviena. Mereka merasa bahwa Xaviena pasti mencari kesempatan dalam kesempitan untuk mendekati Sabirru. Xaviena yang ditatap seperti itu hanya acuh dan tak memperdulikannya. Ia berjalan masuk kedalam lift untuk menuju lantai 20, tempat ruangannya berada.
Ketika sampai didalam ruangannya, Xaviena duduk dikursinya dan kembali mengurus berkas-berkas penting kantor. Ketika dia sedang fokus dalam mengerjakan laporan hasil kantor, Xaviena teringat pada mimpinya waktu itu. Apa maksud mimpi tersebut? Dan... Kenapa dia merasa seperti tidak asing dengan pria yang dimimpinya tersebut? Dia kembali merasakan pusing dikepalanya ketika dia mengingat mimpi tersebut.
Akhirnya dia memutuskan untuk melupakan sejenak mimpi tersebut dan fokus dalam pembuatan laporan kantor yang saat ini sedang dia teliti diatas mejanya.
Tak terasa hari sudah sore, dan Xaviena pun juga sudah menyelesaikan dalam pembuatan laporannya. Dia bersiap-siap untuk pulang dengan memegang beberapa berkas ditangan kanannya untuk meletakkan berkas tersebut diruangan sang bos.
(´∩。• ᵕ •。∩')
Setelah menaruh berkas-berkas tadi diruangan bosnya, Xaviena langsung pulang dikarenakan hari sudah sore dan juga tampak sedikit mendung. Untungnya ketika dia tadi menaruh berkas-berkasnya diruangan bosnya, Sabirru tak terlihat sama sekali. Mungkin sudah pulang terlebih dahulu kerumahnya.
Setelah beberapa menit dijalan, Xaviena akhirnya sampai didepan rumah lebih tepatnya mansion nya. Yaitu mansion Keluarga Besar milik Cecillio. Setiap hari Xaviena hanya ditemani oleh beberapa pelayan dan bodyguard didalam mansion tersebut dikarenakan sang ayah dan kedua kakaknya masih berada diluar negeri.
Tapi ketika dia masuk kedalam halaman mansionnya, dia melihat mobil berwarna silver mengkilap terparkir rapi dihalaman mansion. Xaviena yang awalnya merasa lelah karena seharian bekerja menjadi ceria dikarenakan melihat mobil sang kakak sulung yang bernama Zayn berada dihalaman mansion yang berarti kakak sulungnya sudah pulang dari luar negeri.
Dengan langkah yang cepat, Xaviena memasuki mansion lalu mengedarkan pandangannya untuk mencari Zayn. Lalu matanya terpaku pada seorang pria jangkung yang tengah duduk diatas sofa didepan televisi.
"KAKAKK!!!"
(´∩。• ᵕ •。∩')
KAMU SEDANG MEMBACA
GO TO THE FUTURE [HIATUS]
Fiksi RemajaBerpindah jiwa ke masa lalu? Tentu saja tidak! Kisah ini menceritakan seorang Kaisar terdahulu yang bertransmigrasi jiwa ke masa depan demi meminta maaf kepada istrinya dan kembali lagi dengannya tapi dalam posisi yang berbeda. PERINGATANN‼️ INI HAN...