parte trece

1.5K 108 2
                                    


Di malam hari yang dingin ini, mansion keluarga Hendricks tampak lebih ramai dengan suara canda tawa dari ketiga anak mereka, ah lebih tepatnya suara godaan godaan Zayn untuk adik kecilnya dan Zephyr hanya sesekali bergabung dalam obrolan.

"Aaa kakak!! Berhenti mengucapkan omong kosong! Mana mungkin aku dulu seperti itu!"

"Adikku yang manis, jika kamu tidak percaya silahkan tanya pada Papa dan Zephyr. Kamu memang dulu sangat nakal sehingga Oppa harus membayar kerugian senilai 25 juta untuk kenakalan mu itu." Jelas Zayn yang membuat Xaviena menjadi semakin malu.

Zephyr dan Hendricks yang melihatnya pun tertawa. Memang benar dulu Xaviena sangat nakal, bahkan kenakalannya itu mengakibatkan Oppanya yaitu Alaric- ayah Hendricks mengganti rugi sebesar 25 juta akibat Xaviena membuat mobil seseorang di Italia menjadi penyok.

Saat itu Xaviena masih berumur 5 tahun, Zephyr berumur 7 tahun serta Zayn yang berumur 10 tahun sedang berlibur kerumah sang Oppa yang berada di Italia.

Sedangkan Hendricks tetap dinegaranya karena harus mengurus beberapa masalah bisnis yang terjadi pada saat itu.

Xaviena bersama Zephyr bermain di taman bermain umum di Italia, tetapi muncul sifat jahil dan nakal Xaviena yang tiba-tiba melemparkan sebuah batu pada kaca mobil orang asing yang terparkir disekitar taman tersebut.

Hal tersebut tentu saja membuat sang pemilik mobil marah lalu memarahi Xaviena dengan cara membentaknya dan hal itu menimbulkan rasa tak senang dari Zephyr yang langsung saja memarahi kembali sang pemilik mobil.

Tak berselang lama untung bodyguard yang ditugaskan untuk mengawasi mereka datang dan segera melerainya, lalu mereka pun segera menelepon Alaric dan akhirnya mobil tersebut diganti rugi kerusakan kaca nya dengan uang senilai 25 juta.

"Hahahaha!" Terdengar kembali suara tawa dari Hendricks dan Zayn serta Zephyr yang hanya tersenyum.

"Kumohon hentikan. Jangan membahas masalalu, aku sudah sangat malu sekarang." Jelas Xaviena dengan mengerucutkan bibirnya kebawah.

Hal itu pun semakin mengundang gelak tawa dari sang ayah dan kedua kakaknya.

(⁠´⁠∩⁠。⁠•⁠ ⁠ᵕ⁠ ⁠•⁠。⁠∩⁠'⁠)

"Bagaimana caraku agar bisa membuatmu kembali kedalam pelukanku, sayang? Aku sangat merindukanmu.." Sabirru menatap pigura foto Xaviena yang baru saja ia cetak untuk dipajang didalam kamarnya itu.

Senyum indah Xaviena terpatri diwajahnya saat melihat kearah kameranya sendiri untuk ber-selfie ria.

"Aku sungguh menyesal, sayang. Aku sangat menyesal. Kenapa waktu itu kau tidak mengatakan bahwa kau sedang mengandung anak kita?" Sabirru menatap pedih kearah foto tersebut.

"Andaikan kau bisa mengingat semuanya, apa yang akan kau lakukan? Apakah kau akan meninggalkan ku lagi atau akan kembali bersamaku?"

"Walaupun saat ini sudah berbeda zaman, kau selalu tampak cantik dimataku."

"Aku akan selalu mencintaimu, sayang."

(⁠´⁠∩⁠。⁠•⁠ ⁠ᵕ⁠ ⁠•⁠。⁠∩⁠'⁠)

"Xaviena, menikahlah dengan Kaisar Kerajaan Bluearrow. Ini adalah wasiat dari kakek kita."

"Aku bahkan tak sudi untuk memelukmu, jalang."

"Ingat, walaupun Aku saat ini tidak mencintaimu, Aku tidak akan menikah lagi."

"Aku.. mencintaimu, Xaviena."

"Maaf... Aku telah menghamili Rebecca, anak perdana menteri Bluearrow."

"Sedikit demi sedikit Aku sudah mempengaruhi pikiran Sabirru, dan sebentar lagi kau kan kusingkirkan dan Akulah yang akan menjadi permaisuri di Bluearrow. Bersiaplah, Xaviena."

"Aku yang menang, Xaviena. Kau kalah." Wanita ular itu menatap rendah kearah Xaviena yang hanya terdiam menatapnya.

"Kau akan di penjara setelah ini, Xaviena. Akulah yang akan menjadi permaisuri di Bluearrow. Mungkin besok kau akan dieksekusi didepan seluruh rakyat."

"Dasar wanita murahan!"

"Maaf... Maafkan aku, Xaviena."

"Sayang, tolong kembalilah padaku..."

"Hahh!! Kenapa suara-suara itu selalu berada dimimpiku tanpa aku bisa melihatnya dengan jelas?"

"Kenapa nama wanita itu sama sepertiku?"

Karena masih larut, akhirnya Xaviena kembali tidur. Dia menyelimuti dirinya sebelum akhirnya kembali memasuki alam mimpinya.

Tanpa siapapun sadari, tampak seseorang berpakaian serba hitam sedang mengintip Xaviena dari pintu kaca balkonnya.

"Sepertinya Xaviena saat ini mengalami mimpi itu lagi. Aku berharap dia kembali mengingat semuanya termasuk Sabirru, walaupun sebenarnya aku tidak sudi dia mengingat semua kenangan buruk pada masa lalu."

"Dimasa ini aku tidak akan membiarkan kesayanganku untuk mengingat pria bodoh itu lagi."

Orang itu pun menghilang dalam sekejap seperti dibawa oleh angin malam yang dingin dan menusuk.

(⁠´⁠∩⁠。⁠•⁠ ⁠ᵕ⁠ ⁠•⁠。⁠∩⁠'⁠)

Sinar matahari pagi mulai menyinari, tak luput cahaya itu menyinari jendela kamar seorang gadis anak bungsu dari Hendricks.

Xaviena terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara alarm berdering nyaring diatas nakas nya.

Setelah beberapa detik terdiam sehabis bangun, tiba-tiba terlintas sebuah pemikiran dirinya sendiri yang membuatnya bingung sendiri.

"Apa aku mengalami transmigrasi jiwa? Aish kamu ini mikir apasih? Bodoh banget. Di zaman sekarang mana ada kayak begituan." Xaviena menggelengkan kepalanya lalu setelahnya pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya sendiri.

GO TO THE FUTURE [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang