•
•
•"Ahh astagaaa!! Siapa pria itu?? Dia sangat tampan!!"
"Apa dia anak dari mendiang Tuan Georgios?? Dia tampan sekali!!"
"Astaga rasanya aku ingin mimisan sekarang!"
Pekikan para wanita terdengar secara tiba-tiba saat seorang pria dengan tinggi mencapai 195 cm memasuki gedung. Tak lupa dengan tuxedo berwarna biru gelap yang ia pakai. Pria itu tak lain adalah Sabirru.
Sabirru mengedarkan pandangannya menatap ke sekeliling untuk mencari seseorang, lebih tepatnya seorang gadis yaitu Xaviena. Bukannya melihat Xaviena, Sabirru malah melihat seorang pria yang sangat mirip dengan mertuanya. Orang tersebut yang tak lain adalah Hendricks.
"Itu... ayah mertua?" batin Sabirru dengan terpaku menatap Hendricks yang juga menoleh kearahnya.
Ia dengan cepat merubah raut wajahnya menjadi datar lalu mendekati Hendricks yang tampak masih berkumpul dengan rekan-rekannya disebuah meja bundar.
Ia langsung mendekati meja tersebut dengan berjalan santai. Saat sebelum pergi ke acara ini, Ia diberikan informasi yang lebih lengkap oleh Alexander tentang keterkaitan antara orang-orang dizaman nya yang baru ini. Mulai sekarang Ia harus membiasakan diri untuk hidup sesuai peraturan pada zaman yang sekarang, yang lebih modern.
- flashback on (sebelum pergi ke acara) -
"Alex, kumohon muncullah. Aku membutuhkan bantuanmu." Ucap Sabirru dengan menutup matanya memanggil Alexander Yhnx.
Setelah hampir satu menit, muncullah seorang pria dengan jubah hitam menatap Sabirru dengan penuh tanda tanya.
"Ada apa, Yang Mulia? Apa kau mengalami kesulitan, lagi?" Tanya Alex menatap Sabirru yang merapihkan rambutnya didepan kaca.
"Aku butuh ingatan itu semuanya, Alex. Ingatan pada zaman sekarang tempat aku menempati tubuh ini. Aku ingin semua ingatan itu tanpa terkecuali, Alex. Agar aku juga mengetahui seluk beluk tentang zaman ini." Jawab Sabirru dengan menoleh menatap Alex dibelakangnya.
Alex tampak menghela nafas lalu mengangguk.
"Baiklah, Yang Mulia. Aku akan memberikan ingatan itu." Ucap Alex dengan singkat.
Setelahnya Alexander menutup matanya dan mengucapkan sebuah kalimat berupa mantra dengan menggumamkan kalimat tersebut lalu setelahnya ia meniupkan pelan kearah Sabirru.
"Nel nome del grande dio, desidero fornire al mio imperatore le informazioni sulla memoria di quest'epoca. per favore permettigli di ricordarlo e benedicilo con la tua grazia."
(atas nama dewa yang agung, aku ingin memberikan informasi ingatan zaman ini untuk kaisarku. tolong izinkan dia mengingat dan berkati dia dengan anugrahmu.)Setelahnya Sabirru merasakan sedikit sakit pada kepalanya, tak lama muncul semua ingatan didalam kepalanya akan zaman yang sekarang secara lengkap.
"Jadi seperti itu..." Gumam Sabirru setelah tak lagi merasakan sakit di kepalanya.
"Kalau begitu saya pamit, Yang Mulia." Setelah mengatakan itu, Alexander langsung menghilang dalam kedipan mata.
- flashback off (sebelum pergi ke acara) -
"Oh lihatlah siapa yang datang. Panjang umur untukmu, nak." Ucap Tyan sambil tersenyum menatap Sabirru yang mendekati meja mereka.
"Paman apa kabar? Apakah aku boleh bergabung di meja ini?" Tanya Sabirru sambil menatap Tyan, Hendricks serta Johan.
"Kabarku baik, nak." Jawab Tyan dengan tersenyum tipis akan pertanyaan Sabirru.
"Oh iya, tentu saja kau boleh bergabung disini. Ayo duduk." Lanjut Tyan dengan menunjuk kursi kosong tepat disebelah kiri Hendricks.
"Apa kau masih ingat dengan pria yang disebelah kananmu itu, nak?" Tanya Tyan dengan tersenyum misterius sedangkan Hendricks memutar bola matanya dengan malas. Sementara Johan hanya memperhatikan.
"Mana mungkin dia ingat dengan ku, buktinya sekarang dia tak menyapaku sama sekali." Ucap Hendricks dengan nada malas dan menatap Sabirru dengan sedikit kesal.
"Oh ayolah jangan begitu, Hendricks. Mungkin Sabirru lupa dengan wajahmu makanya ia tak mengenalimu." Saut Johan menatap mereka.
Sabirru terkekeh geli melihat ucapan Hendricks lalu menjawab dengan menatap reinkarnasi Ayah dari wanita yang menjadi istrinya di masa lalu itu.
"Tentu aku ingat padamu, Paman. Tadi aku hanya sengaja tak menyapamu untuk melihat ekspresi mu yang tampak kesal itu." Ucap Sabirru dengan terkekeh menatap jahil kearah Hendricks.
Tyan dan Johan yang melihat pun akhirnya tertawa sedangkan Hendricks masih menatap sedikit kesal kearah Sabirru.
"Oh iya.. bagaimana dengan kabar Avi-ku, Paman? Apakah dia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik?" Tanya Sabirru yang langsung menghentikan tawa dari Tyan dan Johan serta ekspresi Hendricks pun menjadi berubah.
"Dia sangat ba--"
"Dia sangat cantik, kau tahu? Xaviena tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan manis. Mungkin jika kalian menikah, kelak anak kalian akan menjadi anak yang sangat cantik dan tampan." Tyan memotong ucapan Hendricks yang tadinya akan menjawab.
Johan terkekeh sedangkan tanpa diketahui siapapun, telinga Sabirru tampak memerah atas penuturan Tyan barusan.
"Papa!"
Semua pria yang berada dalam satu meja bundar tersebut menoleh ketika mendengar suara lembut seorang gadis yang tiba-tiba muncul. Gadis cantik tersebut adalah Xaviena. Ia datang dengan sendiri karena kedua kakaknya pergi entah kemana.
"Ada apa sayang?" Saut Hendrick dengan tersenyum ketika melihat putri kesayangannya menghampirinya.
"Oh lihatlah siapa yang datang sekarang." Ucap Tyan dengan nada jahil menatap Sabirru. Sedangkan telinga Sabirru semakin memerah kala menatap wajah cantik milik Xaviena.
Johan pun sama, menatap jahil kearah Sabirru dan memperhatikan telinga nya yang tampak semakin memerah.
"L-lho? P-pak Sabirru?" Ekspresi wajah Xaviena mendadak berubah menjadi penuh keterkejutan ketika melihat Sabirru yang menatapnya dengan telinga nya yang memerah.
"Hah? Pak Sabirru? Apa maksudmu, sayang?" Tanya Hendricks yang juga terkejut.
"Bos perusahaan tempat aku bekerja adalah Pak Sabirru." Jawab Xaviena yang membuat Hendricks, Tyan serta Johan memandang terkejut kearah Sabirru dan Xaviena secara bergantian.
"Apa-apaan ini maksudnya, nak? Xaviena adalah sekretaris baru yang kau rekrut waktu itu?" Ucap Tyan dengan cengo.
"Jadi ini ceritanya teman masa kecilku adalah bos ku, eh?" Ucap Johan menyaut dengan menatap Sabirru dan Xaviena secara bergantian.
"Apa?! Teman masa kecil? Apa ini maksudnya, Pa?" Ekspresi wajah Xaviena semakin terkejut lalu menatap Hendricks untuk meminta penjelasan.
"Sabirru adalah orang yang dulu sangat dekat denganmu saat kau masih sangat kecil. Bahkan ketika kau lahir dan Sabirru masih berumur 5 tahun, Ia sangat menjagamu bahkan melebihi Zayn dan Zephyr." Ucap Hendricks dengan menjelaskan sambil menarik kursi didekatnya agar Xaviena duduk.
(´∩。• ᵕ •。∩')
"Albarra, kau harus melakukannya malam ini juga. Bagaimana pun caranya kau harus memutuskan pertunangan mu dengan Xaviena-ku. Kau mengerti, kan?" Ucap seorang pria bertubuh atletis dengan tinggi yang mencapai 195 cm itu menatap bawahannya.
"Saya mengerti, tuan." Jawab Albarra dengan menunduk.
"Perlu kau ingat, kau harus membuatnya sampai benar-benar sakit hati. Agar aku bisa mendekati nya seperti seorang pahlawan yang menyelamatkan orang tercintanya dari kehancuran." Pria dengan netra hijau zamrud tersebut tersenyum miring.
(´∩。• ᵕ •。∩')
hello!! aku up lagi ni hehe😃☝🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
GO TO THE FUTURE [HIATUS]
Novela JuvenilBerpindah jiwa ke masa lalu? Tentu saja tidak! Kisah ini menceritakan seorang Kaisar terdahulu yang bertransmigrasi jiwa ke masa depan demi meminta maaf kepada istrinya dan kembali lagi dengannya tapi dalam posisi yang berbeda. PERINGATANN‼️ INI HAN...