parte diecinueve

149 13 2
                                    

- Flashback On -

"Salam, Yang Mulia. Semoga dewa memberkati Anda. Saya ingin memberi kabar kepada Anda, Yang Mulia." Ucap Seorang prajurit dengan menundukkan kepalanya.

"Apa? Cepat beritahu aku." Saut Kaisar Bluearrow yang tak lain adalah Sabirru.

"Tadi Yang Mulia Permaisuri pergi dengan menyelinap keluar istana dengan menggunakan pakaian biasa seperti rakyat jelata, Yang Mulia."

"Kenapa kalian tidak mencegahnya, dasar bodoh! Dia bisa terluka karena tak ada yang menjaganya. Cepat kerahkan pasukan bayangan untuk memantaunya dari jauh. Kalian ini tak boleh melepaskan pandangan kalian darinya sedetikpun, paham?!"

"B-baiklah, Yang Mulia." Ucap prajurit tersebut lalu pergi menjalankan perintah Sabirru.

Setelah prajurit itu pergi, Sabirru mendesah pelan, lebih tepatnya mengerang frustasi. Ada apa denga dirinya ini?! Perasaan apa ini? Apa benar dia telah jatuh cinta pada wanita itu? Bagaimana mungkin dia bisa jatuh cinta?!

"Ck! Sialan." Sabirru berdecak pelan lalu menggeleng keras dan kembali fokus pada kertas kertas didepannya.

Sedangkan disisi lain seorang pria yang tak lain adalah pemimpin dari Kekaisaran Lunaria, yang bernama lengkap Evander Archello de Loughley itu tengah tersenyum tipis memperhatikan wanita pujaan hatinya dari jauh.

"Ternyata Xaviena ku tidak berubah ya?" Gumamnya menatap wanita yang tengah memilih gelang disalah satu tokoh.

Saat Evander mulai berjalan mendekati Xaviena, beberapa prajurit datang dan mengelilingi tubuhnya membuat Evander mundur dan menyeringai.

"Menyuruh prajuritnya untuk mengawal? Menarik sekali. Sepertinya ada yang mulai jatuh cinta disini." Gumam Evander sebelum menghilang dibalik kerumunan pasar.

Setelah tubuh Xaviena terkepung oleh para prajurit, tak lama kereta kerajaan datang dan mereka menyuruh Xaviena masuk dan segera kembali menuju istana yang membuatnya menghela nafas.

"Ternyata mereka secepat itu, mengetahuinya." Gumam Xaviena dengan kesal namun masuk kedalam kereta.

✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

"Kau kemana saja, hah?! Kau ini seorang permaisuri dan kau dengan seenaknya pergi diam-diam tanpa pengawasan? Bagaimana jika ada orang jahat padamu?!" Serbu Sabirru didepan pintu kamar Xaviena, saat dia akan masuk kedalam.

"Kenapa? Tiba-tiba sekali kau khawatir padaku? Apa kau sudah mulai mencintaiku, heh?" Xaviena terkekeh geli menatap Sabirru yang kini masih menjulang didepannya.

Xaviena menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya menatap Sabirru yang masih menatapnya. Dapat dia lihat ada perubahan sejenak ekspresinya.

"Aku tidak khawatir, sialan. Kau harusnya sadar akan posisimu sekarang. Kau tak bisa sembarang keluar tanpa pengawasan." Geram Sabirru menatap figur mungil didepannya yang kini menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Dan satu lagi, kita akan tidur sekamar mulai malam ini. Tak ada penolakan sama sekali." Setelah mengatakan itu, Sabirru menyeringai kecil lalu pergi dari sana meninggalkan Xaviena yang tampak kebingungan bercampur keheranan.

✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Disisi lain, Evander tampak duduk disebuah tempat yang asri dan indah. Taman pribadi miliknya yang berada dibelakang istana. Taman itu adalah taman yang tak bisa dimasuki oleh sembarangan orang kecuali orang yang dipercayainya.

Evander tampak berdiri dan sedikit menunduk, mengusap patung figura seorang perempuan cantik nan indah. Persis seperti manusia hidup namun itu adalah patung rekayasa dari tubuh seseorang yang tak lain adalah Xaviena. Perempuan yang disukainya namun telah menikah dengan musuhnya sendiri, Sabirru.

"Rugi sekali karena kau telah menikah dengan pria sialan itu, sayangku. Padahal aku harusnya yang bersamamu saat ini, bukan dia." Gumam Evander mengelus lembut pipi patung itu dengan penuh kasih seakan-akan itu adalah manusia nyata.

Patung tersebut benar-benar seperti manusia nyata. Evander sengaja menyewa seorang pemahat ahli untuk membuat patung agar seperti replika kekasihnya itu--ralat perempuan yang dia sukai, yang telah menjadi istri orang.

Tak ada yang mengetahui bahwa Evander mempunyai patung ini, karena dia menyembunyikan patung itu. Bahkan saat patung itu telah selesai di pahat, Dia langsung membunuh pemahat tersebut ditempatnya berdiri.

"Walaupun kau telah menjadi istri dari musuhku, tapi aku akan tetap menyukaimu, mencintaimu, sayangku." Gumam Evander lagi dengan tatapan gila penuh obsesi terhadap patung tersebut, seakan-akan patung tersebut adalah benar-benar Xaviena.

Gila, benar-benar pria gila.

✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Malam ini benar-benar malam yang amat canggung, lebih tepatnya hanya Xaviena yang merasa begitu. Dikarenakan mereka benar-benar tidur satu kamar kali ini, itu juga karena ada beberapa hal yang menjadi faktornya.

Entah karena benar-benar ada berita miring tentang pernikahan mereka, beberapa bangsawan yang merasa curiga, atau masalah politik kerajaan. Karena beberapa tamu bangsawan datang dari berbagai daerah untuk menghadiri diskusi antar pemimpin diesok hari.

Mungkin saja karena Sabirru yang tak ingin para bangsawan itu tahu bahwa mereka tak sekamar atau ntah apapun itu alasannya. Tapi memang benar kali ini mereka benar-benar sekamar dari beberapa bulan setelah pernikahan, lebih tepatnya tiga bulan pasca pernikahan mereka.

"Kau tampak sangat canggung, ada apa denganmu?" Ucap Sabirru dengan menolehkan kepalanya sehingga wajahnya tepat berada disebelah telinga kanan Xaviena.

Namun sang empu yang ditanya malah menatap atap-atap kamar yang berinterior klasikal itu.

"Hey, kau kenapa?" Tanya sekali lagi Sabirru dengan menjentikkan jarinya didepan wajah Xaviena yang membuatnya menoleh.

Kini wajah mereka berhadap-hadapan dengan posisi berbaring sebelahan. Jarak wajah mereka cukup dekat, bahkan Xaviena dapat mencium aroma mint dari suaminya itu.

"Tidak ada, aku hanya heran denganmu. Kau aneh." Ucap Xaviena dengan menatapnya hingga tatapan mata mereka terhubung satu sama lain.

Sabirru terkekeh kecil menanggapi.

"Kau mengatakanku aneh? Bukannya kau yang aneh disini, eh?" Ucap Sabirru dengan tersenyum tipis menatap wajah mulus istrinya.

"Hey?! Apa maksudmu bahwa aku aneh? Aku tidak aneh." Jawab Xaviena dengan menatapnya sedikit melotot.

"Maksudku adalah mana mungkin seorang gadis mencintai seorang laki-laki yang jelas-jelas tidak menyukainya sama sekali. Namun naasnya mereka malah menikah dan gadis itu mengejar-ngejar perhatian dari laki-laki yang telah berstatus sebagai suaminya." Jelas Sabirru tersenyum tipis sekali lagi.

"Kau tidak tahu bahwa jika seorang gadis telah mencintai seorang laki-laki, maka gadis itu pun akan rela jika disuruh untuk mempertaruhkan nyawanya." Ucap Xaviena dengan mengalihkan pandangannya kembali menatap lurus kearah atap-atap kamar.

Sabirru terdiam sejenak mendengar penuturan dari perempuan yang telah berstatus sebagai istrinya itu.

- Flashback Off -

✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

haii, apakabar? udah berapa bulan yaa hehe


GO TO THE FUTURE [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang